Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menunda Pernikahan Mengancam Keseimbangan Demografi Indonesia

30 Oktober 2024   15:53 Diperbarui: 30 Oktober 2024   15:56 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan pengantin (KOMPAS/PRIYOMBODO) 

Pernikahan bagi orang Indonesia bukan hanya sekedar acara resepsi, tapi juga sebuah tonggak penting dalam kehidupan. 

Namun, belakangan ada pergeseran besar dalam pandangan ini. 

Peningkatan usia menikah dan pilihan hidup melajang semakin banyak diambil generasi muda, didorong oleh tekanan ekonomi seperti sulitnya pekerjaan stabil, tingginya biaya hidup, dan harga properti yang terus meningkat. 

Banyak juga yang lebih selektif dalam memilih pasangan dan memprioritaskan pengembangan diri serta karier.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional, jumlah penduduk lajang usia 15-49 tahun naik 5,4 persen dari 2012 hingga 2022, dan mencapai 37,2 persen pada 2023. 

Angka ini signifikan karena penurunan angka kelahiran dan peningkatan usia pernikahan dapat mempengaruhi keseimbangan demografi serta memperbesar potensi beban sosial-ekonomi di masa depan. 

Apakah ini langkah yang tepat, atau justru menghadirkan tantangan baru? Mari kita telaah lebih dalam.

Masalah Ekonomi Sebagai Pendorong

Faktor ekonomi memegang peran utama dalam keputusan banyak anak muda untuk menunda menikah. 

Penelitian dari GoodStats menunjukkan bahwa ketidakstabilan ekonomi adalah alasan terbesar bagi generasi muda. 

Sulitnya mendapatkan pekerjaan stabil dan tingginya biaya hidup membuat banyak orang lebih memilih menunda pernikahan hingga mereka merasa mapan. 

Harga properti yang terus naik serta biaya pendidikan dan pengasuhan anak yang mahal juga menjadi beban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun