Dukungan ini bukan hanya soal makanan, tetapi juga menjadi bentuk kasih sayang yang terasa dalam setiap suapan.Â
Sebagai contoh, banyak mahasiswa merasakan bekal yang disiapkan oleh orang tua bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bentuk perhatian dan dukungan di tengah kesibukan perkuliahan.Â
Annisa Ayu, seorang mahasiswa UPN Veteran Jakarta, menceritakan, 'Awalnya memang terasa seperti keterpaksaan, tapi sekarang saya sadar makanan dari rumah lebih sehat dan membuat saya merasa lebih dekat dengan keluarga.'Â
Di tengah perjuangan menyelesaikan tugas dan tekanan akademik lainnya, membawa bekal dari rumah menjadi pengingat bagi mahasiswa bahwa mereka tidak berjuang sendirian.Â
Ini adalah bentuk dukungan yang tidak bisa diukur dengan angka.
Lebih dari Sekadar Hemat
Membawa bekal mungkin terdengar sederhana, tetapi kebiasaan ini mencerminkan adaptasi mahasiswa terhadap kondisi ekonomi yang sulit.Â
Berdasarkan survei dari Save the Student, 52% mahasiswa mengalami kesulitan finansial dan mempertimbangkan untuk berhenti kuliah.Â
Inside Higher Ed (2024) juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang membawa bekal lebih mampu mengelola keuangan dan fokus pada akademik dan kesehatan mental.
Kebiasaan ini menunjukkan kreativitas mahasiswa dalam memilih bahan yang sehat, mengontrol porsi makan, dan merancang menu bervariasi.Â
Dalam konteks budaya Indonesia, membawa bekal juga menjadi kesempatan untuk berbagi dengan teman dan menciptakan kebersamaan.Â
Misalnya, saat jam makan siang di kantin, mahasiswa sering berkumpul dan saling mencicipi bekal satu sama lain, menciptakan suasana yang lebih akrab.Â