masyarakat, sudah menyadari betapa krusialnya isu lingkungan hidup.
Pilkada 2024 tampaknya akan menjadi ajang penting untuk menilai sejauh mana kita, sebagaiBicara soal pemilihan kepala daerah, isu-isu Pilkada Hijau sayangnya masih sering terpinggirkan.
Padahal, krisis lingkungan sudah nyata di depan mata kita—dari banjir, kekeringan, hingga kualitas udara yang semakin memburuk.
Meski begitu, visi-misi para calon kepala daerah soal lingkungan sering kali terdengar sayup-sayup, tidak menjadi fokus utama.
Seperti yang kita lihat pada partai-partai besar, contohnya PDIP, sudah mulai menekankan pentingnya komitmen terhadap pelestarian lingkungan.
Mereka mewajibkan calon-calon kepala daerahnya untuk menaruh perhatian khusus pada pengelolaan sampah dan konservasi lingkungan dalam visi-misi mereka.
Namun, meski ada komitmen itu, implementasinya seringkali tidak maksimal.
Yang jadi pertanyaan adalah, apakah janji-janji ini akan diwujudkan, atau hanya sebatas janji kampanye?
Minimnya Perhatian Terhadap Isu Lingkungan
Salah satu alasan mengapa Pilkada Hijau masih sulit diwujudkan adalah karena fokus utama para calon kepala daerah sering kali lebih tertuju pada pembangunan infrastruktur yang “kasat mata”.
Tidak dapat dipungkiri, masyarakat kita masih melihat pembangunan fisik sebagai indikator utama kemajuan.
Siapa yang tidak ingin jalanan mulus atau gedung-gedung baru berdiri megah?