Kurikulum Merdeka, inisiatif yang dianggap banyak pihak sebagai angin segar bagi pendidikan kita? Kurikulum ini memberikan fleksibilitas bagi sekolah dan guru dalam menyusun materi sesuai kebutuhan siswa.Â
Pemecahan Kemendikbudristek menjadi isu hangat, menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana nasibNamun, dengan pemecahan Kemendikbudristek menjadi tiga kementerian, muncul kekhawatiran apakah kurikulum ini dapat dilanjutkan atau justru terancam terbengkalai di tengah perubahan.
Alasan di Balik Pemecahan Kemendikbudristek
Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat lebih dulu alasan di balik pemecahan kementerian tersebut.Â
Menurut Lampost.co dan Antara News, pemecahan ini didorong oleh keinginan untuk mengoptimalkan fokus dan kinerja di setiap sektor penting.Â
Sektor-sektor seperti pendidikan dasar-menengah, kebudayaan, serta pendidikan tinggi dan riset kini mendapatkan perhatian khusus dari kementerian masing-masing.Â
Langkah ini diharapkan dapat memberikan ruang yang lebih luas untuk berkembang, khususnya dalam hal riset dan teknologi yang menjadi tumpuan masa depan bangsa.
Namun, pemisahan ini juga menimbulkan pro dan kontra.Â
Pro-nya, tentu, lebih banyak perhatian dan sumber daya akan difokuskan pada sektor-sektor yang sebelumnya 'berbagi panggung' di bawah satu kementerian besar.Â
Tapi, bukankah ada risiko bahwa birokrasi baru ini akan memperlambat koordinasi antar-kementerian?Â
Bisa jadi, dengan lebih banyak kementerian yang harus bekerja sama, potensi hambatan administratif justru bertambah.
Kurikulum Merdeka: Terus atau Berhenti?
Kembali ke Kurikulum Merdeka. Sejak diterapkan, kurikulum ini dinilai cukup berhasil memberikan dampak positif, terutama dalam hal fleksibilitas bagi guru dan sekolah.Â