Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Makassar

Selanjutnya

Tutup

Games Artikel Utama

Membangun Talenta Esports Indonesia di Tengah Arus Global

8 Oktober 2024   12:12 Diperbarui: 8 Oktober 2024   16:00 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim AURA Fire menjadi juara Mobile Legends: Bang Bang pada Piala Presiden Esports 2023, total hadiah 2 miliar. (Dok. PR Megapro Communications/PB ESI)

Tak bisa dipungkiri, industri gim dan esports di Indonesia kini tengah mengalami perkembangan yang pesat. 

Buktinya? Cukup lihat saja bagaimana cabang esports menyedot perhatian publik pada PON XXI di Medan kemarin. 

Masih tidak percaya? buka Youtube, cari keyword 'MPL ID' -kompetisi rutin gim Mobile Legends- dan lihat rerata jumlah penontonnya yang menyentuh jutaan. 

Namun, di balik cerahnya prestasi dan potensi besar industri ini, ada satu aspek krusial yang masih perlu mendapat perhatian serius: pengembangan sumber daya manusia (SDM) lokal.

Industri gim dan esports di Indonesia telah menjadi bagian integral dari ekonomi kreatif tanah air. Meski kita patut berbangga dengan pertumbuhan pesat sektor ini, kenyataannya masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam hal SDM berkualitas. 

Menurut data dari Asosiasi Game Indonesia (AGI), industri gim tanah air membutuhkan sekitar 3.000 SDM baru setiap tahunnya untuk mendukung pertumbuhannya. Sayangnya, kebutuhan ini belum bisa terpenuhi secara optimal.

Salah satu masalah utamanya adalah kekurangan talenta senior dengan keahlian spesifik di bidang desain, seni, dan pemrograman. Kemampuan dalam aspek-aspek krusial seperti desain narasi, animasi, dan pemrograman sistem masih sangat terbatas. Akibatnya, banyak studio pengembang gim lokal kesulitan untuk menghasilkan produk yang benar-benar berdaya saing di kancah global.

Lantas, apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini? 

Sejujurnya, ada beberapa langkah positif yang patut diapresiasi. Salah satunya adalah penerbitan Perpres Nomor 19 Tahun 2024 tentang Percepatan Pengembangan Industri Gim Nasional. Peraturan ini tidak hanya berfokus pada pengembangan industri secara umum, tapi juga mencakup upaya peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan dan edukasi.

Program-program seperti Indonesia Game Developers Exchange (IGDX) dan Global Game Jam juga menjadi wadah bagi para pengembang lokal untuk mengasah keterampilan dan meningkatkan kolaborasi. Belum lagi inisiatif kerjasama dengan pihak swasta dan BUMN untuk memperluas akses pembiayaan bagi pengembang lokal. Semua ini tentu langkah yang patut diacungi jempol.

Namun, jujur saja, implementasi di lapangan masih belum optimal. 

Salah satu kendala utamanya adalah kurangnya keterhubungan antara industri dan institusi pendidikan. Banyak mahasiswa yang berminat terjun ke industri gim mengalami kesulitan mendapatkan tempat magang. Alhasil, mereka sering kali harus mencari jalur alternatif untuk mengasah keterampilan, yang tentu saja tidak selalu efektif.

Lalu, bagaimana dengan negara lain yang sudah lebih dulu sukses di industri ini? 

Mari kita lirik Korea Selatan. Negeri ginseng ini secara aktif mendukung pengembangan talenta esports sejak usia muda. Mereka memiliki infrastruktur canggih seperti PC bangs dan Esports Academies yang menawarkan pelatihan khusus. Hasilnya? Pemain esports mereka bisa berlatih secara profesional sejak dini dan berpartisipasi dalam ekosistem yang terorganisir dengan baik.

Inggris juga punya strategi menarik. Mereka memiliki kebijakan Shortage Occupation List yang memudahkan perusahaan gim lokal merekrut talenta internasional ahli di bidang teknis seperti pengembangan gim dan desain UX. Langkah ini efektif mengatasi kekurangan tenaga kerja lokal di industri tersebut.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan?

Pertama, kita perlu memperkuat kolaborasi antara industri dan akademisi. Program magang yang terstruktur dan berkelanjutan harus menjadi prioritas. 

Kedua, investasi di sektor pendidikan dan pelatihan keterampilan untuk industri esports perlu ditingkatkan. Banyak universitas di luar negeri yang sudah membuka ruang pelatihan esports, memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar keterampilan relevan seperti manajemen acara, produksi video, hingga keamanan siber.

Ketiga, kita perlu mengembangkan program pelatihan yang lebih komprehensif. Tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tapi juga aspek mental dan ketahanan pemain. Teknik meditasi, pengelolaan stres, dan pendekatan psikologis lainnya perlu diintegrasikan dalam pelatihan para atlet esports kita.

Keempat, pemanfaatan teknologi dalam pengembangan SDM harus dimaksimalkan. Penggunaan alat analitik gim dan AI-powered coaching bisa membantu pelatih memberikan arahan yang lebih efektif kepada para pemain.

Terakhir, Pemerintah harus menempatkan orang yang tepat sebagai pelaksana kebijakan arah industri gim dan esports nasional, khususnya posisi kunci semisal ketua asosiasi esports atau dirjen kementerian yang menaungi industri ini. Sudahi jadikan jabatan ini sebagai komoditas politik. 

Dibutuhkan orang yang betul kompeten, tahu seluk beluk industri luar dalam dan visioner dalam bidangnya. Bukan generasi Boomer yang hanya menganggap esport sebagai gim yang dimainkan di gawai oleh para bocil di depan gang.

Industri gim dan esports Indonesia punya potensi besar untuk menjadi pemain kunci di kancah global. Tapi tanpa SDM berkualitas, potensi itu hanya akan jadi angan-angan. Sudah saatnya kita serius membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan talenta lokal. 

Dengan kolaborasi yang tepat antara pemerintah, industri, dan akademisi, saya yakin Indonesia bisa melahirkan developer-developer handal dan atlet esports kelas dunia. Tinggal pertanyaannya: sudah siapkah kita mengambil langkah berani untuk mewujudkannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun