Beberapa perusahaan telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi fenomena ini dan berhasil menciptakan budaya kerja yang lebih sehat.Â
Menurut UWGB Blog, perusahaan yang menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk melatih pemimpin mereka dalam keterampilan kepemimpinan yang empatik telah melihat hasil yang signifikan dalam mengurangi disengagement.Â
Pelatihan manajerial yang berfokus pada keterampilan komunikasi, pengakuan karyawan, dan keseimbangan kehidupan kerja terbukti mampu mengubah budaya kerja menjadi lebih positif.
Sebagai contoh, perusahaan yang menerapkan program pengakuan karyawan secara konsisten melihat peningkatan dalam keterlibatan karyawan.Â
Mereka yang merasa diakui dan dihargai cenderung lebih loyal dan termotivasi untuk memberikan kontribusi lebih.Â
Ini membuktikan bahwa pengakuan sosial memiliki dampak yang jauh lebih besar dibandingkan insentif finansial semata.
Kesimpulan: Saatnya manajemen beradaptasi
Quiet Quitting dan Great Resignation bukanlah fenomena yang bisa diabaikan.Â
Ini adalah sinyal bahwa ada sesuatu yang salah dalam kebijakan manajerial yang ada.Â
Bagi perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang di era modern ini, sangat penting untuk lebih responsif terhadap kebutuhan karyawan.Â
Dengan memperbaiki kebijakan yang terlalu kaku, memberikan lebih banyak fleksibilitas, dan memastikan bahwa karyawan merasa dihargai, perusahaan dapat mengatasi fenomena ini dan bahkan memanfaatkannya sebagai alat untuk meningkatkan kinerja manajerial.
Pada akhirnya, Quiet Quitting mengajarkan kita bahwa kepemimpinan yang baik tidak hanya diukur dari seberapa besar hasil yang dicapai, tetapi juga dari seberapa baik kita mendengarkan dan merespons kebutuhan orang-orang yang bekerja untuk kita.