Center for Good Food Purchasing (2023) mencatat bahwa program-program institusi ini menawarkan akses pasar yang lebih stabil bagi petani, terutama bagi mereka yang beroperasi di sekitar kota besar.Â
Di sisi lain, petani yang bergantung pada pasar lokal yang fluktuatif masih menghadapi ketidakpastian harga dan persaingan dengan produk impor yang lebih murah.
Tantangan yang dihadapi petani dalam memenuhi permintaan real food
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada berbagai tantangan signifikan yang dihadapi oleh petani dalam memenuhi permintaan pasar real food.Â
Salah satu hambatan utama yang dihadapi petani adalah tingginya pengeluaran untuk produksi.Â
Petani sering kali harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memastikan bahwa produk mereka benar-benar memenuhi standar real food, seperti penggunaan bahan-bahan alami dan pengurangan penggunaan pestisida kimia.Â
Selain itu, kurangnya infrastruktur yang memadai juga menjadi penghambat bagi petani untuk mendistribusikan produk mereka ke pasar yang lebih luas.
Selain tantangan biaya, petani juga harus bersaing dengan produk impor yang sering kali memiliki subsidi besar dari pemerintah negara asalnya.Â
National Black Farmers Association dan The New Humanitarian (2022) mencatat bahwa petani lokal sering kali dipaksa untuk menurunkan harga produk mereka untuk bersaing dengan produk impor yang lebih murah, sehingga mempersempit margin keuntungan mereka.Â
Di Filipina, misalnya, para petani harus menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan pendapatan mereka akibat masuknya produk impor yang jauh lebih murah.Â
Kondisi serupa bisa kita amati di Indonesia, di mana petani kecil sering kali tidak mampu bersaing dengan produk impor yang datang dengan harga yang lebih rendah.
Adaptasi dan solusi petani lokal terhadap tantangan
Meski tantangannya besar, ada banyak contoh petani yang berhasil beradaptasi dengan tren real food melalui inovasi dalam praktik pertanian mereka.Â