Dalam kaitannya dengan regulasi emosi, belanja memang bisa menjadi cara untuk meredakan ketegangan.Â
Aktivitas belanja merangsang pelepasan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang dan kepuasan.Â
Inilah mengapa berbelanja bisa memberikan "high" atau euforia sementara.Â
Menurut Calm Sage, pelepasan dopamin ini adalah alasan mengapa orang merasa lebih baik setelah membeli sesuatu, meskipun sering kali hanya bersifat sementara.
Sayangnya, efek ini tidak berlangsung lama. Setelah dopamin turun, individu sering kali merasa kosong atau bahkan lebih cemas.
Inilah yang disebut siklus kompulsif—mereka terus mencari kepuasan instan dari belanja untuk menutupi emosi negatif yang lebih dalam, seperti stres atau kecemasan.Â
Pada titik ini, doom spending berubah dari mekanisme coping yang efektif menjadi masalah psikologis yang lebih serius.
Di Indonesia, dengan maraknya iklan dan kemudahan transaksi melalui e-commerce, masyarakat lebih sering terpapar dengan dorongan untuk membeli barang-barang yang mungkin tidak mereka butuhkan.Â
Ketergantungan pada dopamin dari belanja bisa menjadi akar dari masalah finansial yang lebih dalam jika tidak dikontrol.
Mengelola doom spending untuk kesehatan finansial dan emosional
Pertanyaannya kemudian, bagaimana kita bisa mengelola doom spending tanpa merusak kesehatan finansial kita?Â
Salah satu strategi yang dianjurkan oleh Therapy Group of DC adalah dengan menetapkan batasan yang jelas pada pengeluaran dan menggunakan alat bantu seperti aplikasi keuangan untuk memantau kebiasaan belanja.Â