Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kendalikan Stres Lewat Doom Spending, Tanpa Jebol Rekening

3 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 3 Oktober 2024   07:02 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kaitannya dengan regulasi emosi, belanja memang bisa menjadi cara untuk meredakan ketegangan. 

Aktivitas belanja merangsang pelepasan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang dan kepuasan. 

Inilah mengapa berbelanja bisa memberikan "high" atau euforia sementara. 

Menurut Calm Sage, pelepasan dopamin ini adalah alasan mengapa orang merasa lebih baik setelah membeli sesuatu, meskipun sering kali hanya bersifat sementara.

Sayangnya, efek ini tidak berlangsung lama. Setelah dopamin turun, individu sering kali merasa kosong atau bahkan lebih cemas.

Inilah yang disebut siklus kompulsif—mereka terus mencari kepuasan instan dari belanja untuk menutupi emosi negatif yang lebih dalam, seperti stres atau kecemasan. 

Pada titik ini, doom spending berubah dari mekanisme coping yang efektif menjadi masalah psikologis yang lebih serius.

Di Indonesia, dengan maraknya iklan dan kemudahan transaksi melalui e-commerce, masyarakat lebih sering terpapar dengan dorongan untuk membeli barang-barang yang mungkin tidak mereka butuhkan. 

Ketergantungan pada dopamin dari belanja bisa menjadi akar dari masalah finansial yang lebih dalam jika tidak dikontrol.

Mengelola doom spending untuk kesehatan finansial dan emosional

Pertanyaannya kemudian, bagaimana kita bisa mengelola doom spending tanpa merusak kesehatan finansial kita? 

Salah satu strategi yang dianjurkan oleh Therapy Group of DC adalah dengan menetapkan batasan yang jelas pada pengeluaran dan menggunakan alat bantu seperti aplikasi keuangan untuk memantau kebiasaan belanja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun