Mereka membuktikan bahwa ketidakpopuleran bisa menjadi jalan menuju kebebasan untuk melakukan hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup.
Menemukan makna di balik ketidakpopuleran
Kemenag Kabupaten Magelang dalam artikelnya tahun 2023 menyebutkan bahwa hidup yang bermakna adalah corak kehidupan yang sarat dengan kegiatan, penghayatan, dan pengalaman-pengalaman yang memiliki arti.Â
Ini mengingatkan kita bahwa kebermaknaan hidup tidak diukur dari seberapa banyak pengikut yang kita miliki di media sosial, tapi dari seberapa dalam kita menghayati setiap momen dan memberikan dampak positif pada lingkungan sekitar.
Ketidakpopuleran memberi kita ruang untuk melakukan hal-hal tersebut tanpa beban ekspektasi publik.Â
Kita bisa fokus pada hubungan personal yang lebih intim dan bermakna, alih-alih mengejar validasi dari orang-orang yang bahkan tidak kita kenal.
Memilih jalan kita sendiri
Pada akhirnya, pilihan antara popularitas dan ketidakpopuleran adalah pilihan personal.Â
Tidak ada yang salah dengan menjadi populer, selama kita bisa menjaga keotentikan dan kesehatan mental kita.Â
Namun, jika Anda merasa lelah dengan tuntutan dunia digital yang tak pernah berhenti, mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan keindahan dari ketidakpopuleran.
Kebebasan sejati tidak datang dari pengakuan orang lain, tapi dari kemampuan kita untuk hidup sesuai nilai-nilai pribadi tanpa takut akan penilaian publik.Â
Mungkin, dengan menerima ketidakpopuleran, kita justru bisa menemukan versi terbaik dari diri kita sendiri.
Referensi:
- Data Revolt Agency. (2023). Trends in social media in 2023 from a data perspective.Â
- NCBI. (2023). Leisure and meaning in life.Â
- Kemenag Kabupaten Magelang. (2023). Memberi makna dalam hidup.Â
- Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. (2023). Innovative: Journal of Social Science Research.Â
- Liputan6.com. (2024). 9 ciri orang yang menikmati hidup sederhana dan bahagia tanpa terbebani ekspektasi sosial.