Bayangkan sebuah dunia di mana sedekah bisa menghasilkan keuntungan finansial. Indah, bukan? Sayangnya, kita hidup di Indonesia, negeri di mana bahkan niat baik pun bisa berakhir dengan gugatan di pengadilan.
Jadi ceritanya begini. Ada seorang ustaz kondang, yang namanya sudah tak asing lagi di telinga kita. Sebut saja Ustaz YM (bukan Your Majesty, tapi You'll see Money).Â
Beliau ini punya ide brilian: menggabungkan konsep sedekah dengan investasi batu bara. Â
Seolah-olah kita bisa mendapat pahala dan profit sekaligus. Dua kali tepuk, satu nyamuk mati. Atau dalam kasus ini, dua kali setor, satu rekening ludes.
Padahal, bukankah agama mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam urusan duniawi?Â
Ah, tapi siapa peduli dengan peringatan itu ketika ada janji keuntungan 28,6%?Â
Itu adalah angka yang cukup fantastis untuk membuat orang-orang berlomba-lomba menyerahkan uang mereka, berharap bisa menjadi jutawan sambil menabung pahala.
Kasus ini bikin saya jadi teringat dengan tetangga, Bu Darma. Beliau ini punya konter pulsa di ujung jalan dekat rumah lama saya.
Suatu hari, sambil mengantar nyonya buat beli ikan, saya mampir untuk isi pulsa gocengan (maklum, saldo rekening sudah tidak kuat kalo beli pulsa seharga duit bung karno).
"Pak," kata Bu Darma dengan mata berbinar, "Saya baru ikut investasi lho. Katanya dijamin halal dan untungnya gede!"
Sekilas saya lihat tampilan layar hapenya, yang menampilkan grafik batang lilin (candlestick). "Hmm, seperti aplikasi trading online yang lagi populer waktu itu," pikir saya.