Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemutihan Pajak 2024, Ketika Negara Mengulurkan Tangan Damai

2 September 2024   15:10 Diperbarui: 2 September 2024   15:21 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Sumatera Barat misalnya, program ini berlangsung dari 21 Agustus sampai 30 September 2024. Mereka bahkan memberikan 5 keuntungan sekaligus, mulai dari pembebasan bea balik nama kendaraan sampai pembebasan denda SWDKLLJ. Ini seperti promo bundling, tapi bukan buat beli gadget, melainkan buat bayar pajak.

Pertanyaan selanjutnya adalah: mengapa pemerintah repot-repot bikin program ini? Jawaban sederhana: mereka butuh duit.

Dengan adanya program ini, mereka berharap masyarakat yang selama ini "lupa" bayar pajak akan berbondong-bondong ke Samsat. It's a win-win solution. Masyarakat bebas denda, pemerintah dapat pemasukan.

Memang, idealnya generasi muda seharusnya tidak perlu diiming-imingi program pemutihan untuk sadar bayar pajak. Pajak itu kewajiban, bukan pilihan.

Tapi saya maklum, antusiasme masyarakat untuk bayar pajak memang cenderung berkurang. Bukan karena kita pelit atau tidak peduli, tapi karena persepsi negatif terhadap pajak itu sendiri.

Jika kita flashback sejenak. Berapa kali kita dengar berita tentang dana pajak yang dikorupsi?

Ingat kasus e-KTP yang merugikan negara triliunan rupiah? Atau kasus Mario Dandy yang bikin kita naik darah?

Berapa kali kita lihat fasilitas publik yang rusak, padahal kita sudah bayar pajak?

Berbulan-bulan kita terpaksa belajar semi offroad, menghindari lubang-lubang di jalan provinsi yang terus menganga.

Atau, merasa prihatin ketika mendengat berita tentang sekolah negeri yang atapnya rubuh, meski tak ada angin kencang.

Jadi, wajar saja kalau kita jadi skeptis. Kita merasa seperti orang yang rajin transfer ke rekening pacar, tapi pacarnya malah selingkuh dengan orang lain. Sakit hati, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun