Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ftalat, Musuh Tersembunyi di Balik Peralatan Bayi

28 Agustus 2024   12:00 Diperbarui: 28 Agustus 2024   12:03 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi botol susu plastik.(SHUTTERSTOCK/Kompas.com) 

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, kita sering lupa bahwa ancaman terbesar bagi generasi penerus bangsa bisa jadi bersembunyi di balik benda-benda yang kita anggap paling tidak berbahaya. 

Siapa sangka, botol susu plastik yang kita berikan pada bayi kita dengan penuh kasih sayang, atau mainan plastik yang membuat mereka tertawa riang, bisa menjadi bom waktu bagi kesehatan dan perkembangan mereka? 

Sebuah studi yang dilakukan oleh Merced-Nieves et al. (2021) mengungkap fakta yang mengejutkan: paparan ftalat prenatal berkorelasi dengan penurunan kecepatan pemrosesan informasi visual pada bayi, terutama pada bayi laki-laki. 

Bayangkan, bahkan sebelum mereka lahir, anak-anak kita sudah terpapar racun yang bisa mempengaruhi perkembangan kognitif mereka. Ini bukan lagi masalah "jika", tapi "seberapa parah".

Namun, jangan terburu-buru menyalahkan ibu hamil. 

Ftalat, bahan kimia industri yang digunakan untuk membuat plastik lebih fleksibel, ada di mana-mana. Dari wadah makanan hingga kosmetik, dari mainan hingga peralatan medis. Kita hidup di dunia yang dikelilingi plastik, dan tanpa sadar, kita telah membiarkan racun ini meresap ke dalam kehidupan kita sehari-hari.

Yang lebih mengkhawatirkan, penelitian Ferguson et al. (2022) menemukan bahwa paparan ftalat prenatal, terutama DEHP, berhubungan dengan peningkatan risiko kelahiran prematur. 

Bayangkan, satu dari sepuluh kelahiran prematur di Amerika Serikat dikaitkan dengan paparan bahan kimia ini. Jika ini terjadi di negara maju seperti AS, bagaimana dengan Indonesia? Apakah kita sudah siap menghadapi gelombang bayi prematur yang mungkin akan datang?

Tapi jangan putus asa dulu. Ada secercah harapan. 

Studi yang dilakukan oleh Rolland et al. (2023) menunjukkan bahwa paparan ftalat berat molekul rendah pada awal kehidupan dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku visual anak. Ini mungkin terdengar menakutkan, tapi setidaknya kita tahu apa yang harus kita waspadai. Kita bisa mulai mengambil tindakan untuk melindungi anak-anak kita.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? 

Pertama, kita perlu menyadari bahwa ini bukan hanya masalah individu, tapi masalah sistemik. Kita perlu kebijakan yang lebih ketat untuk mengatur penggunaan ftalat dalam produk konsumen. Kita juga perlu edukasi yang lebih baik tentang bahaya plastik, terutama bagi ibu hamil dan orang tua baru.

Kedua, kita bisa mulai dengan langkah-langkah kecil di rumah. Hindari penggunaan produk plastik, terutama untuk makanan dan minuman. Pilih alternatif yang lebih aman seperti kaca atau stainless steel. Jika harus menggunakan plastik, pastikan itu bebas ftalat.

Ketiga, kita perlu lebih waspada terhadap lingkungan di sekitar kita, terutama di tempat-tempat seperti unit perawatan intensif neonatal (NICU). Bayi yang dirawat di NICU memiliki risiko paparan ftalat yang lebih tinggi. Kita perlu mendorong rumah sakit untuk menggunakan peralatan medis yang bebas ftalat.

Namun, di tengah semua kekhawatiran ini, ada satu hal yang perlu kita ingat: jangan panik. Stres berlebihan juga tidak baik untuk ibu hamil dan bayi. Yang kita butuhkan adalah kesadaran dan tindakan yang bijaksana.

Akhirnya, kita perlu mempertanyakan gaya hidup kita yang terlalu bergantung pada plastik. 

Apakah kenyamanan yang ditawarkan plastik sebanding dengan risiko yang ditimbulkannya? 

Mungkin sudah waktunya kita kembali ke cara hidup yang lebih alami, lebih ramah lingkungan, dan tentu saja, lebih aman bagi generasi penerus kita. 

Jadi, mulai sekarang, setiap kali Anda melihat botol plastik atau mainan plastik, tanyakan pada diri Anda: apakah ini yang terbaik untuk anak saya? 

Karena pada akhirnya, masa depan mereka ada di tangan kita. 

Dan kita tidak ingin tangan itu terkontaminasi ftalat, bukan?

Referensi:

  • [1] Alomedika. (n.d.). Hati-hati paparan phthalate pada anak. [https:  //www.  alomedika.  com/hati-hati-paparan-phthalate-pada-anak]
  • [2] Kompas. (2024, February 8). 1 dari 10 kelahiran prematur dikaitkan dengan cemaran kimia produk plastik. [https:  //www.  kompas.  id/baca/humaniora/2024/02/08/1-dari-10-kelahiran-prematur-dikatikan-dengan-cemaran-kimia-produk-plastik]
  • [3] Intami, M. (n.d.). Dampak penggunaan plastik terhadap kesehatan dan lingkungan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. [https:  //repository.  uinjkt.  ac.  id/dspace/bitstream/123456789/57503/1/MAYANK%20INTAMI-FDK.pdf]
  • [4] Jurnal Avicenna. (n.d.). Dampak penggunaan plastik terhadap kesehatan dan lingkungan. [https:  //jurnal.  stikesmus.  ac.  id/index.php/avicenna/article/download/459/336]
  • [5] Geotimes. (n.d.). Efek kimia plastik pada bayi: Studi terbaru. [https:  //geotimes.  id/kolom/efek-kimia-plastik-pada-bayi-studi-terbaru/]
  • [6] Alodokter. (n.d.). Dampak sampah plastik bagi lingkungan dan kesehatan manusia. [https:  //www.  alodokter.  com/dampak-sampah-plastik-bagi-lingkungan-dan-kesehatan-manusia]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun