Berbicara tentang perasaan, mari kita bahas sisi emosional dari berkebun. Ada sesuatu yang sangat menenangkan dari menyentuh tanah, mencium aroma bunga, atau melihat tunas baru yang mulai tumbuh.Â
Ini bisa menjadi terapi alami untuk mengurangi stres dan kecemasan yang sering dialami oleh penderita demensia[1]. Bayangkan betapa bahagianya mereka ketika bisa memetik tomat atau cabai hasil jerih payah sendiri!
Yang tak kalah penting, berkebun memberikan rasa pencapaian dan kemandirian. Bagi lansia yang mungkin merasa kehilangan kontrol atas banyak aspek hidupnya karena demensia, kemampuan untuk merawat dan menumbuhkan tanaman bisa menjadi sumber kepercayaan diri yang luar biasa.Â
Ini melatih mereka untuk tetap mandiri dalam melakukan sesuatu tanpa perlu bantuan orang lain, tentu saja sesuai dengan kemampuan masing-masing[2].
Oh, dan jangan lupa manfaat nutrisi! Jika lansia menanam sayuran atau buah-buahan sendiri, mereka akan lebih bersemangat untuk mengonsumsinya. Ini berarti asupan vitamin dan mineral yang lebih baik, yang sangat penting untuk menjaga kesehatan otak dan tubuh secara keseluruhan.
Saya tahu, mungkin ada di antara Anda yang berpikir, "Tapi rumah kami tidak punya halaman yang luas."Â
Jangan khawatir! Di era urban farming seperti sekarang, berkebun bisa dilakukan di mana saja. Manfaatkan pot bunga, wadah plastik bekas, atau bahkan sistem hidroponik.Â
Yang penting adalah prosesnya, bukan skala atau hasilnya[1].
Jadi, apa yang bisa kita lakukan sekarang? Jika Anda memiliki orang tua atau kakek-nenek yang mengalami demensia, cobalah ajak mereka berkebun.Â
Mulailah dari hal kecil, mungkin merawat tanaman dalam pot di beranda atau menanam herba di jendela dapur. Libatkan mereka dalam setiap proses, dari memilih bibit hingga merawat tanaman sehari-hari.
Ingatlah, tujuan utamanya bukan menghasilkan hasil panen yang melimpah, tapi memberikan kegiatan yang bermakna dan menyenangkan bagi mereka.Â