Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Iwan Fals, sang Pemberontak dari Era 80-an

22 Agustus 2024   07:00 Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:18 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang musisi yang lagu-lagunya dilarang diputar di radio dan televisi? Itulah yang dialami Iwan Fals di era 80-an. 

Namun justru dari tekanan dan larangan itulah, ia tumbuh menjadi salah satu tokoh publik paling berpengaruh dan inspiratif di Indonesia.

Iwan Fals memulai kariernya sebagai pengamen jalanan di Bandung. Dengan gitar usangnya, ia menyanyikan lagu-lagu ciptaannya sendiri yang berisi kritik sosial dan politik. 

Awalnya, tidak banyak yang memperhatikan. Namun perlahan tapi pasti, lirik-liriknya yang tajam mulai menarik perhatian mahasiswa dan aktivis. 

Mereka melihat Iwan sebagai corong aspirasi rakyat kecil yang berani bersuara di tengah tekanan rezim Orde Baru. 

Keberanian Iwan mengkritik penguasa melalui lagu memang harus dibayar mahal. Ia kerap ditangkap dan diinterogasi aparat. 

Konser-konsernya sering dibubarkan paksa. Bahkan beberapa lagunya dilarang beredar. 

Namun alih-alih menyerah, Iwan justru semakin produktif menciptakan lagu-lagu kritik sosial. "Semakin hari kritik Iwan semakin memudar tepatnya sejak kematian sang buah hati Galang Rambu Anarki pada tahun 1997. Setelah itu Iwan mulai menulis lirik tentang cinta saja," tulis sebuah jurnal akademik[2]. 

Menariknya, di balik image pemberontak, Iwan ternyata memiliki sisi lembut. Ia sering bergaul dengan anak-anak yatim piatu di yayasan milik ibunya. "Anak-anak yatim piatu menggangap iwan sebagai kakaknya sendiri, dan tidak ada perbedaan antar satu dengan lainya. 

Hal itu membuat iwan fals mempunyai suatu tanggung jawab terhadap anak-anak asuh ibunya dan faktor itulah yang membuat semakin bersikap dewasa, toleran dan lembut," ungkap sebuah penelitian[1]. 

Konsistensi Iwan dalam berkarya dan menyuarakan aspirasi rakyat membuatnya tetap relevan hingga kini. Di usia 60-an, ia masih aktif berkolaborasi dengan musisi muda. 

"Iwan Fals banyak melakukan kolaborasi dengan musisi muda," tulis sebuah artikel di Kompas[8]. Ini menunjukkan bahwa pesan-pesan dalam lagunya masih bergauna bagi generasi baru. 

Lantas, apa yang bisa kita pelajari dari perjalanan karier Iwan Fals? 

Pertama, keberanian untuk bersuara dan konsisten dengan prinsip, meski harus menghadapi tekanan. 

Kedua, kemampuan beradaptasi tanpa kehilangan esensi. Iwan tetap kritis, namun cara penyampaiannya berevolusi seiring waktu. 

Ketiga, pentingnya menjaga relevansi dengan terus berinovasi dan terbuka pada ide-ide baru. 

Tentu saja, tidak semua orang setuju dengan cara Iwan menyampaikan kritik. Ada yang menganggapnya terlalu frontal dan provokatif. 

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa keberaniannya membuka jalan bagi kebebasan berekspresi yang kita nikmati saat ini. Bukankah itu esensi dari seorang tokoh inspiratif? 

Seseorang yang berani melangkah lebih dulu, meski jalan yang dilaluinya penuh risiko. 

Kini, di era media sosial, siapa pun bisa dengan mudah menyuarakan kritik. Namun berapa banyak yang benar-benar konsisten dan bertanggung jawab atas ucapannya? 

Mungkin inilah saatnya kita bercermin dan bertanya: sudahkah kita menggunakan kebebasan berekspresi kita dengan bijak? Atau jangan-jangan kita justru terjebak dalam euforia demokrasi semu yang dangkal? 

Perjalanan Iwan Fals mengingatkan kita bahwa menjadi inspiratif bukan berarti selalu populer. Terkadang kita harus berani tidak disukai, demi membela kebenaran yang kita yakini. Bukankah itu esensi dari kepemimpinan sejati?

-
Referensi:
[1] Krinok. (n.d.). Retrieved from https:  //online-journal.  unja.  ac.  id/krinok/article/download/17991/13322/51022
[2] Avatara. (n.d.). Retrieved from https:  //ejournal.  unesa.  ac.  id/index.php/avatara/article/download/20867/19140
[3] Jahrudin, F. (n.d.). Retrieved from https:  //repository.  uinjkt.  ac.  id/dspace/bitstream/123456789/28815/1/JAHRUDIN-FITK.pdf
[4] Mahendro, Y. (2012, November 28). Iwan Fals: Kritik sosial lewat lagu. Retrieved from https:  //yudomahendro.  wordpress.  com/2012/11/28/iwan-fals-kritik-sosial-lewat-lagu/
[5] Iwan Fals. (n.d.). Biografi Iwan Fals. Retrieved from https:  //www.  iwanfals.  co.  id/article/our-story/53-biografi-iwan-fals
[6] BASTRA. (n.d.). Retrieved from http:  //ojs.  uho.  ac.  id/index.php/BASTRA/article/viewFile/10752/7575
[7] detikSulsel. (2024). 20 contoh teks biografi inspiratif tentang sejumlah tokoh berpengaruh. Retrieved from https:  //www.  detik.  com/sulsel/berita/d-6550591/20-contoh-teks-biografi-inspiratif-tentang-sejumlah-tokoh-berpengaruh
[8] Kompas. (2024, June 4). Iwan Fals sekarang lebih lantang. Retrieved from https:  //www.  kompas.  id/baca/tokoh/2024/06/04/iwan-fals-sekarang-lebih-lantang
[9] Wikipedia. (n.d.). Iwan Fals. Retrieved from https:  //id.  wikipedia.  org/wiki/Iwan_Fals
[10] Gramedia. (n.d.). Tokoh inspiratif. Retrieved from https:  //www.  gramedia.  com/best-seller/tokoh-inspiratif/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun