Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Suka Iseng Nulis

Seorang Millenial Berbulu Gen-Z

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Notifikasi Tanpa Henti, Ancaman Mental Hakiki

10 Agustus 2024   08:00 Diperbarui: 10 Agustus 2024   08:07 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebisingan digital akibat smartphone (Foto oleh Yan Krukau dari Pexels)

Kebisingan digital telah menjadi fenomena yang tak terhindarkan dalam kehidupan masyarakat urban di Indonesia. 

Dengan perkembangan teknologi yang pesat, masyarakat perkotaan kini hidup di tengah arus informasi yang terus-menerus, notifikasi yang tiada henti, dan tuntutan untuk selalu terhubung secara daring.

Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana kebisingan digital ini mempengaruhi kesehatan mental dan fisik individu?

Penelitian menunjukkan bahwa kebisingan digital dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental. Sebuah studi oleh Jaya dan Wulandari (2018) mengungkapkan bahwa masalah kesehatan mental lebih umum terjadi di daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan, yang sering diwarnai dengan kebisingan digital [2].

Kebisingan ini dapat memicu stres, gangguan tidur, dan kecemasan, sebagaimana dijelaskan dalam artikel oleh Mediverse yang menyoroti ancaman kesehatan mental di kota besar akibat polusi suara dan cahaya [3].

Dampak kebisingan digital tidak hanya terbatas pada kesehatan mental, tetapi juga kesehatan fisik. Kebisingan yang berkepanjangan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan gangguan jantung, seperti yang diuraikan dalam laporan dari Desa Bhuana Jaya [7].

Ini menunjukkan bahwa kebisingan digital bukanlah masalah sepele, tetapi ancaman serius yang mempengaruhi kesejahteraan mental masyarakat urban.

Fenomena ini penting untuk dicari solusinya agar tidak bikin pening. Di era di mana teknologi mendominasi, memahami dampak kebisingan digital menjadi krusial. Masyarakat urban di Indonesia, yang semakin terhubung secara digital, perlu menyadari bahwa kebisingan ini dapat mengganggu keseimbangan hidup mereka.

Seperti yang diungkapkan dalam artikel Kompas tentang dampak negatif digitalisasi, kebisingan digital dapat menciptakan perasaan gagal dan ketidakamanan [4]. Ini menyoroti perlunya pendekatan yang lebih bijak dalam menggunakan teknologi.

Opini saya adalah bahwa kita harus lebih kritis terhadap cara kita berinteraksi dengan teknologi. Kebisingan digital adalah pedang bermata dua; di satu sisi, ia menawarkan konektivitas dan akses informasi yang belum pernah ada sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun