Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Suka Iseng Nulis

Seorang Millenial Berbulu Gen-Z

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sungai Seine, dari Venue Olimpiade Menjadi Toilet Massal Warga Paris

27 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 27 Juli 2024   08:07 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tepi Sungai Seine yang beriak lembut, sebuah drama kota sedang berlangsung. Bukan drama tentang keagungan sejarah atau romantisme Paris yang selama ini kita kenal, melainkan sebuah pertunjukan protes yang mengejutkan dan, ya, sedikit menjijikkan. 

Warga Paris, dalam aksi perlawanan mereka terhadap penyelenggaraan Olimpiade 2024, meluncurkan kampanye hashtag yang mengajak untuk "buang hajat bersama-sama" di sungai yang justru akan menjadi venue utama pesta olahraga dunia tersebut[1].

Mengapa? 

Mengapa kota yang dikenal sebagai pusat kebudayaan dan keanggunan Eropa ini tiba-tiba berubah menjadi panggung protes yang begitu vulgar?

Jawabannya terletak pada lapisan-lapisan sejarah dan politik yang telah lama terendap di dasar Sungai Seine, seperti limbah yang kini mengancam kesuksesan Olimpiade. 

Ketika Paris diumumkan sebagai tuan rumah Olimpiade 2024 pada tahun 2017, gemuruh tepuk tangan dan sorak-sorai memenuhi udara. Namun, di balik euforia itu, tersembunyi kekhawatiran yang perlahan-lahan menggerogoti antusiasme warga.

Sungai Seine, yang selama ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Paris, tiba-tiba diproyeksikan sebagai panggung utama Olimpiade. 

Bagi pemerintah, ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Paris bukan hanya kota dengan masa lalu yang gemilang, tetapi juga kota yang siap menyongsong masa depan. Namun bagi sebagian warga, keputusan ini adalah cermin dari arogansi penguasa yang mengabaikan realitas.

Realitas bahwa Sungai Seine, seperti halnya banyak sungai di kota-kota besar, telah lama menjadi saluran pembuangan limbah kota. 

Air yang mengalir di bawah jembatan-jembatan bersejarah itu bukan lagi air yang jernih, melainkan cocktail berbahaya dari limbah rumah tangga dan industri[2]. 

Ketika hujan turun, sungai ini menjadi lebih kotor lagi, membawa serta segala macam kotoran dari jalanan Paris.

Pemerintah Prancis, dalam upayanya meyakinkan dunia, menggelontorkan dana sebesar 1,4 miliar Euro untuk membangun sistem penyaringan bawah tanah[3]. 

Sebuah angka yang fantastis, yang bagi banyak warga Paris terasa seperti tamparan di wajah ketika mereka masih berjuang dengan masalah-masalah sosial sehari-hari.

Walikota Anne Hidalgo dan Presiden Emmanuel Macron bahkan berjanji akan berenang di Sungai Seine untuk membuktikan keamanannya[4]. 

Namun, janji-janji ini terasa semakin hambar ketika hasil pengukuran oleh organisasi Surfrider menunjukkan bahwa tingkat kontaminasi bakteri di sungai masih tinggi, termasuk adanya bakteri E. coli yang berasal dari tinja manusia[5].

Di sinilah ironi itu muncul: semakin keras pemerintah berusaha meyakinkan, semakin kuat pula keinginan warga untuk membuktikan sebaliknya. 

Hashtag ajakan "berak massal" di Sungai Seine pada tanggal 23 Juni mungkin terdengar seperti lelucon kasar, tetapi ia adalah manifestasi dari frustrasi yang telah lama terpendam[1].

Protes ini bukan hanya tentang kebersihan sungai. 

Ia adalah akumulasi dari berbagai kekecewaan: anggaran Olimpiade yang fantastis di tengah krisis sosial, prioritas pemerintah yang dianggap salah, hingga perasaan bahwa warga miskin Paris sengaja "disingkirkan" demi keindahan semu selama Olimpiade berlangsung[6].

Namun, di balik aksi protes yang vulgar ini, tersembunyi pertanyaan yang lebih dalam tentang makna kemajuan dan pembangunan. 

Ketika kita berbicara tentang Olimpiade yang ramah lingkungan, dengan pengurangan penggunaan AC dan tempat tidur daur ulang, bukankah ini seharusnya menjadi momen bagi kita untuk merefleksikan hubungan kita dengan alam dan sumber daya?

Ironinya, justru negara-negara Barat yang selama ini vokal tentang isu lingkungan, kini protes dan membawa AC sendiri ke Paris[7]. 

Bukankah ini menunjukkan bahwa kita masih belum siap untuk benar-benar menghadapi konsekuensi dari komitmen lingkungan yang kita kumandangkan?

Mungkin, aksi protes "berak massal" di Sungai Seine ini adalah cermin yang memantulkan wajah kita sendiri: wajah peradaban modern yang masih struggle untuk mendamaikan ambisi dengan realitas, kemajuan dengan keberlanjutan.

Saat air Sungai Seine mengalir menuju Laut Atlantik, membawa serta harapan dan kekecewaan warga Paris, kita diingatkan bahwa perjalanan menuju keberlanjutan dan keadilan sosial masih panjang. 

Dan mungkin, seperti air sungai yang akhirnya akan menjernih setelah melewati berbagai rintangan, kota Paris pun akan menemukan keseimbangannya kembali setelah badai Olimpiade ini berlalu.

Referensi:
[1] https://www.france24.com/en/france/20230623-paris-mayor-cancels-seine-swim-as-activists-threaten-poop-protest
[2] https://www.reuters.com/lifestyle/sports/paris-2024-organisers-insist-seine-swimmable-despite-setbacks-2023-08-05/
[3] https://www.france24.com/en/france/20230805-paris-races-to-clean-up-river-seine-ahead-of-2024-olympics
[4] https://www.theguardian.com/world/2023/jul/09/paris-mayor-swims-in-river-seine-to-prove-it-is-clean-enough-for-olympics
[5] https://surfrider.eu/en/our-missions/coastal-defenders/bathing-water-quality/seine-saint-denis-93/
[6] https://www.france24.com/en/france/20230413-paris-2024-olympics-face-mounting-criticism-over-costs-and-impact
[7] https://www.reuters.com/lifestyle/sports/paris-2024-organisers-insist-seine-swimmable-despite-setbacks-2023-08-05/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun