Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johnson (dalam Siregar dan Nara, 2011, hlm. 117) bahwa kekuatan, kecepatan, dan kecerdasan otak tidak lepas dari faktor lingkungan atau faktor konteks, karena adanya tatapmuka antara kognisi dan lingkungan.
2. Pendekatan  Kontruktivisme
Menurut Piaget (1970), Ausubel (1963), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) menjelaskan bahwa kelebihan teori kontruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses yang berkaitan antara pembelajaran terdahulu dan pembelajaran terbaru.Â
Terciptanya keterkaitan ini dengan cara siswa mengeksplor secara mandiri. Menurut teori kontruktivisme, konsep-konsep yang dilakukan dalam struktur kognitif seseorang akan berkembang dan berubah apabila ia menambah pengetahuan atau pengalaman.
  a. Accretion, yakni apabila seseorang dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dngan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu.
  b. Tuning, yakni apabila seseorang ingin merubah dirinya dengan pengetahuan atau pengalaman yang baru ia dalami.
  c. Parcing, yakni menurut Gagne,Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep baru dengan konsep yang sudah ia miliki.
3. Pendekatan Deduktif -- Induktif
Pendekatan Deduktif, adalah pembelajaran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum lalu diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus (Busrah, 2012, hlm. 5).
Menurut Purwanto (dalam Rahmawati, 2011, hlm.75) pendekatan induktif adalah pendekatan yang bermula dengan menyajkan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu fakta, atau prinsip. Pembelajaran ini diawali dengan memberikan contoh-contoh khusus kemudian sampai umumnya.
dalam fase ini, siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yakni induktif dan deduktif.