Mohon tunggu...
Aidatul Adawiyah
Aidatul Adawiyah Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

Berbagi untuk sesama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pink for Girl, Blue for Boy, Eits, Jika Terjadi Sebaliknya Bagaimana?

13 Oktober 2021   20:06 Diperbarui: 13 Oktober 2021   20:17 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: 1.bp.blogspot.com

Pendidikan di usia dini merupakan salah satu bagian penentu dalam tumbuh kembang anak. Aspek dalam pendidikan di usia dini tidak hanya mengenai nilai akademik saja, melainkan kepribadian, konsep diri, dan emosi pada anak. Anak juga harus mengerti dan paham akan jati dirinya yang sebenarnya.

Dalam proses mengerti dan paham akan jati diri terdapat aspek yang penting untuk dijelaskan pada anak yaitu pengenalan identitas gender pada anak sejak dini. Pengenalan identitas gender pada anak sangat membutuhkan effort yang besar, sebab perlu menjelaskan definisi gender yang berbeda dengan jenis kelamin. Pendidikan mengenai gender pada anak memiliki pengaruh untuk masa depan seorang anak.

Definisi Identitas Gender

Menurut Fausiah, identitas gender merupakan keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan diri seseorang yang berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki dan perempuan. 

Gender memiliki arti yang berbeda dengan jenis kelamin (sex). Jenis kelamin adalah ciri fisiologis dan anatomis yang dapat membedakan laki-laki dengan perempuan. 

Yang terbentuk secara biologis melalui hormone, kromosom, dan alat reproduksi. Sedangkan, gender sendiri lebih menginterpretasikan sosio-kultural yang telah di bentuk oleh anggapan masyarakat. Laki-laki memiliki penis dan sperma, sedangkan perempuan memiliki vagina dan ovum untuk bereproduksi dan melahirkan anak.

Anak mendapatkan pemahaman tentang gender dengan cara meniru apa yang mereka lihat pada lingkungan keluarga, lingkungan social, juga media (tv, gawai) yang sangat mempengaruhi bagaimana anak menentukan jati dirinya sebagai anak laki-laki atau perempuan.

Sikap orang tua terhadap anaknya akan menjadi ciri identitas yang akan tercermin pada diri anak. Sikap yang dapat orang tua berikan yaitu dengan memilihkan alat bermain yang sesuai dengan jenis kelamin sang anak. 

Seperti, jika perempuan ada boneka, masak-masakan, salon-salonan, dll, sedangkan laki-laki terdapat bola, alat bangunan, motor-motoran, dll. Selain dari alat bermain, orang tua juga dapat memperkenalkan identitas gender melalui cara berpakaian. Jika perempuan biasa menggunakan rok, berjilbab, jubah, sedangkan laki-laki sering menggunakan celana, berpeci. 

Dan masih banyak sikap yang dapat orang tua kasih ketika akan memperkenalkan identitas gender pada anak, tinggal menunggu si anak sudah siapkah menerima pengetahuan yang akan di kasih oleh orang tua.

Stereotype Gender

Gender merupakan dimensi sosial budaya seseorang sebagai laki-laki ataupun perempuan. Gender memiliki peran sebagai suatu harapan yang menetapkan bagaimana perempuan atau laki-laki harus berpikir, bertindak dan berperasaan. Setidaknya ada tiga tahap dalam perkembangan gender pada anak.

  • Anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender, yaitu laki-laki atau perempuan.
  • Anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki.
  • Mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen, dan tak berubah-ubah.

Ketiga tahap ini disebut dengan peran jenis kelamin atau stereotype gender. Kesadaran tentang stereotip ini telah dimiliki oleh anak-anak prasekolah. Stereotip peran gender merujuk pada karakteristik psikologis atau perilaku yang secara tipikal diasosiasikan dengan laki-laki atau perempuan.

Waktu Yang Tepat Untuk Memperkenalkan Identitas Gender Pada Anak

Sebagaimana yang dituturkan dr. Anggia Hapsari, Sp. Kj (K)., Psikiater Anak dari Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya bahwa "anak sudah dapat dikenalkan mengenai gender pada usia 15 bulan hingga 3 tahun. 

Pada usia ini anak sedang memasuki fase anal. Fase ini merupakan fase ketika anak sudah mulai mengerti mengenai fungsi alat kelamin". Pada rentang usia seperti ini orang tua dapat menambah stimulus pada anak mengenai fungsi organ intim yang pastinya menggunakan bahasa yang sederhana agar anak dapat menerima stimulus tersebut.

Usia bukanlah tolok ukur untuk orang tua dalam membagikan edukasi mengenai identitas gender pada anak. Yang terpenting orang tua harus dapat memilih waktu yang tepat, dibuktikan dengan kesiapan anak dan pemahaman untuk menerima edukasi dari orang tua.

Pola Asuh Mengenai Identitas Gender

Jika ada pertanyaan dari anak mengenai hal-hal gender, bagaimana orang tua menanggapinya ?? yang pastinya orang tua harus menjawab pertanyaannya dan menjawab menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana yang dapat dimengerti anak. Menjawab harus jujur tidak perlu di tutup-tutupi sebab nantinya anak malah akan memiliki konsep yang keliru.

Masa golden age pada anak terdapat peningkatan kecerdasan mencapai 50 persen, sehingga ini dapat menjadi kesempatan emas untuk orang tua mengenalkan gender. 

Pembentukan konsep diri pada anak akan mempengaruhi kepribadian dan perilaku saat ia dewasa. Mengenalkan perbedaan gender harus dilakukan secara tepat, sebab akan tersimpan dalam memori jangka panjang.

Karena tergolong hal penting, maka diharapkan orang tua tidak terjebak dalam stigma yang salah. Seperti stigma warna, umumnya orang-orang menilai warna merah muda untuk perempuan dan biru untuk laki-laki. 

Sebenarnya tidak seperti  itu anak laki-laki juga boleh menggunakan warna merah muda dan sebaliknya, hanya saja bagaimana cara orang tua dan sekitar menanggapi. Jangan berlebihan dalam menilai seperti "iih kamu kan cowok kenapa pakai pink? Pink kan warna cewek. 

Hahaha banci" nah stigma seperti ini juga salah sebab apa yang di dengar, di lihat oleh anak akan tersimpan dalam memorinya dan dapat mempengaruhi proses pembentukan jati diri anak. Tidak semua laki-laki yang menggunakan merah muda itu banci dan tidak semua perempuan yang menggunakan biru tomboy.

Ternyata begitu pentingnya mengenalkan anak pada identitas gender sejak dini. Tugas mengenalkan gender bukan hanya tugas orang tua, namun guru, dan lingkungan juga. Selanjutnya, penting untuk orang tua meluruskan stigma yang salah agar anak tidak terlanjur nyaman dan tidak jatuh pada diskriminasi gender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun