Mohon tunggu...
Aida Kania Lugina
Aida Kania Lugina Mohon Tunggu... -

Sedang dalam pencarian jati diri. Mencari, mencari dan terus mencari

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kenangan Manis Teman Lamaku

18 Mei 2012   04:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:09 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi… Meskipun tertidur, aku kadang menangkap suara yang ada di sekeliling, lalu mentransformasikannya ke dalam mimpi. Pantas ada kata-kata dari teman lamaku yang terdengar aneh. Ternyata kata-kata dalam iklan ini merasuk ke dalam mimpi. Apalagi suara volume kecil televisi bisa terdengar lebih keras di kesunyian. Aku menggaruk kepala yang tak gatal.

Lanjut lagi tentang cerita teman lamaku itu…

“Kenangannya simple sih Da, tapi berkesan buat aku sampai sekarang. Gimana menurut kamu?” tanya teman lamaku itu.

Kenangan memang sesuatu yang sederhana untuk diingat dan disimpan dalam hati. Sekalipun “dia”, orang yang teman lamaku bicarakan itu menganggap kenangan mereka tak berarti apa-apa. Tapi bagi teman lamaku justru kenangan itu menjadi sesuatu hal terindah dan hal termanis yang tidak bisa ia lupakan sampai kapan pun.

Aku berpikir sejenak. Mencoba mencari klimaks dalam kisah teman lamaku itu.

“Pernah terpikir ga kalo kediaman dia adalah jawabannya. Jadi ngapain juga kamu harus menunggu sampai saat ini, karena dia udah ngejawab dengan kediamannya itu,” kataku pada akhirnya.

Bukankah dalam novel saja banyak epilog yang tidak berakhir happy ending. Para pembaca pun harus berbesar hati jika epilog novel yang dibacanya tidak sesuai dengan harapannya. Toh memang tergantung si penulis novel.

Teman lamaku terdiam, wajahnya semakin sedih. “Aku ga akan maafin dia, Da,” katanya setelah beberapa lama.

Aku lalu terbangun, tersentak mendengar kata-kata teman lamaku itu. Sudah lama memang aku tak mendengar kabarnya. Hanya beberapa kali kami saling sapa di facebook. Setiap bertemu, ia memang kerap kali menceritakan tentang “dia” yang menurutnya istimewa. Bahkan tetap istimewa meskipun menurut teman lamaku, “dia” yang dianggapnya istimewa itu telah mempunyai orang lain yang menurut “dia” lebih istimewa.

Cinta ya cinta, jodoh ya jodoh. Sering keduanya tidak berjalan beriringan atau lebih tepatnya kita tidak berjodoh dengan seseorang yang benar-benar kita cintai. Tapi saat hal itu terjadi, yang terbaik yang mungkin bisa dilakukan adalah ikhlas. Skenario dari-Nya sesungguhnya lebih indah meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan hati kita.

Aku tahu temanku itu bukan tipe wanita yang irrasional karena cinta. Cintanya pada “dia” bukanlah cinta buta. Ia hanya menunggu kepastian takdir dari Sang Pemilik Hati. Jadi kata-kata terakhir dari teman lamaku dalam mimpi sangat mustahil untuk diucapkannya. Tapi mimpi singkat itu masih terasa begitu nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun