_
Dalam desir malam ku duduk, ku pandang langit langit bintang indah gemerlap nampak cahayanya menerangi lika liku jalanku adakah sebuah nikmat yang  lebih indah dari ini
Hampir ku tersesat dalam penderitaan yang menyeret jiwa- ku larut dalam kegelisahan, yang seakan tiada berujung, aku tak berdaya sampai hampir ku terhanyut dalam lembah kematian yang menyiksa, mencekik .. "ah (dalam hatiku, dengan patah patahku mengucap) ak ku ta k sang nggu up bernaf fass lag gi ".. kemudian datanglah sang cahaya kepadaku dalam gelap gulitannya.. hampirku terhanyut dalam sebuah ilusi yang menenggelamkan jiwaku kedalam lautan.. yang menerbankan ragaku,. Â Cahaya datang padaku..
Jiwaku kembali hidup, tulangku tak lagi rapuh ragaku tak lagi runtuh.
Ilusi itu terasa nyata, Sungguh sungguh terasa. Lagi dan lagi. Aku terbangun aku menatap sekitar ku dengan kebingungan. Benda-benda mati berserakan disekitarku (yaa Tuhan) dalam hatiku berucap..
 tak jarang ku terbangun dikerumunan manusia, mereka menatapku dengan heran kemudian suara tawa keluar dari mulutnya. Bahkan itu membuatku lebih sadar aku dikelilingi oleh Makhluk hidup yang membuat hidupku terasa hidup.
Terima kasih, cahaya yang menghampiriku dari segala arah, Terima kasih Tuhan, telah Engkau tuntun aku kepada orang-orang  hebat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H