Meski tidak seratus persen harapan-harapan saya sebagai rakyat menjadi kenyataan, tapi saya masih memberikan dukungan bagi Jokowi. Bukan sosok presiden yang sangat ideal mungkin, tapi latar belakang beliau sebagai orang sipil dan bukan orang militer, menjadi salah satu alasan saya juga mendukung beliau.Â
Hingga tahun 2019 ketika ada ajang pilpres berlangsung, saya tetap menjatuhkan pilihan saya pada Jokowi. Dengan alasan pribadi saya, beliau akan bisa menjaga pluralisme dan toleransi di Indonesia, yang semakin lama semakin mengkhawatirkan.
Namun ketika kini, masalah intoleransi malah semakin subur, saya tentu saja kecewa. Sebagai pendukung yang merasa menjatuhkan pilihan secara rasional, saya juga berhak untuk mengkritik kebijakan beliau yang belum optimal dalam masalah intoleransi di Indonesia.Â
Sekarang saya berpikir kembali di pilpres berikutnya untuk menjadi golput, jika capres-capres yang diusung di pilpres selanjutnya tidak sesuai dengan sosok ideal yang saya inginkan untuk membuat perubahan yang siknifikan bagi bangsa Indonesia.
Bagi saya pribadi sosok presiden paling ideal yang pernah ada di Indonesia itu Gus Dur. Jika saja ada capres yang hampir sekaliber Gus Dur di tahun 2024, bisa jadi saya tidak akan menjadi golput.
Pada prinsipnya saya tetap menghormati pilihan politik masing-masing orang, apakah ia memilih capres tertentu atau ia tidak memilih capres sama sekali alias golput.Â
Namun saya tidak sampai mengambil keputusan ekstrim seperti teman saya dengan sesumbar mengatakan bahwa tak akan pernah lagi menjatuhkan pilihan terhadap capres di pemilihan-pemilihan presiden yang berikutnya. Perkembangan dunia perpolitikan di Indonesia itu sangat dinamis.Â
Akankah pilpres di tahun 2024 memunculkan sosok yang bisa membawa Indonesia menjadi jauh lebih baik lagi? Kita tunggu dan lihat terus perkembangannya.