Mohon tunggu...
Aidaa Putri
Aidaa Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Ilmu Komunikasi, UPN Veteran Jakarta

aspire to inspire before we expire.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persepsi Mahasiswa tentang Sinetron Suara Hati Istri terhadap Pemeran Anak di Bawah Umur

5 Juli 2021   15:20 Diperbarui: 5 Juli 2021   18:26 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sinetron Suara Hati Istri ini peneliti menemukan dua asumsi yang mendukung hasil penelitian ini. Asumsi ke dua dari teori kultivasi menurut (Saefudin & Venus, 2005) yang mengatakan "Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial" dan asumsi ke lima menurut (Saefudin & Venus, 2005) yang mengatakan bahwa "Televisi membentuk Mainstreaming dan Resonance".

1.Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial.

Hasil wawancara menunjukkan jika mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta menganggap bahwa penggunaan aktor anak pada sinetron ini sebenarnya merupakan salah satu realitas yang sedang terjadi di Indonesia. Realitas ini berangkat dari tingginya kasus pernikahan usia anak yang tinggi di Indonesia, sehingga Indosiar dianggap mengambil refleksi keadaan ini. Namun, hal negatif yang muncul sebagai ketakutan dari mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta adalah penerimaan persepsi bahwa pernikahan usia anak adalah suatu hal yang dianggap baik-baik saja karena ditayangkan di televisi dan mengalami romantisasi, karena persepsi ini juga yang muncul pada persepsi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta sebagai hasil akhir dari menonton sinetron Suara Hati Istri. Salah satu pandagan lain yang muncul adalah jika anak-anak semakin sering menyaksikan sinetron ini maka ditakutkan dapat menciptakan sebuah penerimaan jika pernikahan usia anak adalah sesuatu yang wajar.

2.Televisi membentuk Mainstreaming dan Resonance

Mainstreaming terjadi pada penonton berat atau heavy viewer yang mengunakan relevisi sebagai sumber informasi primer, sehingga ketika simbol-simbol dari televisi mendominasi sumber informasi lainnya dan ide mengani duania, maka akan terjadi mainstreaming. Asumsi ini menggambarkan jika seseorang terlalu banyak mengambil sumber informasi utama dari televisi maka konstruksi realitas sosialnya akan mengalami pergerakan ke arah mainstream (Ricard West & Lyn H, 2013:88). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta mengemukakan pandangan ini. Persepsi mainstreamin terbentuk pada pikiran mereka, karena dengan kondisi remaja Indonesia yang menggunakan televisi sebagai sumber informasi utama maka akan mengarahkan mereka pada pembenanran tindakan sosial pernikahan anak yang salah sebagai seseatu yang mainstream atau secara umum dilaukan dimana saja.
Resonance mengarah kepada proses penyamaan keadaan khalayak terhadap apa yang disaksikan. Khalayak cenderung menyamakan nilai yang dimiliki dengan apa yang ditayangkan di televisi. Realitas eksternal objektif (khalayak) beresonansi dengan realitas televisi (Ricard West & Lyn H, 2013:89). Pada wawancara yang dilakukan dengan mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta terdapat persepsi yang mereka berikan bahwa pada kalangan masyarakat saat ini terdapat anak-anak yang hidup pada lingkungan yang bisa saja memungkinkan mereka menyamakan keadaan mereka dengan apa yang mereka saksikan pada tayangan.

IV. Kesimpulan

Teori kultivasi lahir ketika kritik disampaikan dalam beragam bentuk, seperti harapan, pemberian tanggapan berupa sikap priahatin pengkritik Televisi terkait efek tayangan sinetro Suara Hati Istri. Teori kultivasi (Cultivation Theory) pertama kali dikenalkan oleh professor George Gerbner. Televisi sendiri hadir dengan membawa efek yang unik. Pada penelitian ini efek yang diteliti berupa persepsi yang muncul pada mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Hasil penelitian menemukan semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial dan televisi membentuk mainstreaming dan resonance sebagai dua bentuk persepsiyang muncul dalam peneltian ini.

Daftar Pustaka

Infante, D.A., Andrew S., R. & D. F. . (2003). Building Communication Theory. Long Grove: Waveland Press.

Junaidi. (2018). Mengenal Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi Cultivation Theory in Communication Science, 4(1), 42--51.

Nurudi. (2004). Komunikasi Massa. Malang: Cespur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun