Mohon tunggu...
Aidaa Putri
Aidaa Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Ilmu Komunikasi, UPN Veteran Jakarta

aspire to inspire before we expire.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persepsi Mahasiswa tentang Sinetron Suara Hati Istri terhadap Pemeran Anak di Bawah Umur

5 Juli 2021   15:20 Diperbarui: 5 Juli 2021   18:26 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstract 

Tv series “Suara Hati Istri” received a lot of criticism from various points of view, starting from the psychological point of view of the child to the law of child protection. This happened because the TV series had used an actress who was still at an early age to act as the third wife while the main actor was 39 years old. The name of the underage character is Zahra, played by Lea Ciarachel Fourneaux who is still 15 years old. The method used in this study is a qualitative method with data collection techniques in the form of participatory interviews with five UPNVJ students. This study used cultivation theory with two assumptions from the experts. The results of theoretical discussion found that many people spend the time watching tv, the stronger a person’s tendency to equate television reality with social reality, and television forms mainstreaming and resonance as two forms of perception that appear in this research/study.

Key Word : Cultivation Theory, Heavy Watcher, Television, Social Reality

Abstrak

Sinetron suara hati istri menuai banyak kritikan, dari berbagai sudut pandang, mulai dari sudut pandang psikologis anak hingga hukum perlindungan anak. Hal tersebut terjadi karena Sinetron suara hati istri sempat menggunakan aktris yang masih berusia anak sebagai pemeran salah istri ketiga dari aktor utama berusia 39 tahun dalam sinetron tersebut. Karakter yang diperankan bernama Zahra, oleh aktris Lea Ciarachel Fourneaux yang masih berusia 15 tahun. Adapun metode yang digunakan pada penulisan ialah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara partisipatif terhadap lima mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Teori yang digunakan pada pembahasan terkait Sinetron suara hati istri ini ialah Teori Kultivasi dengan 2 asumsi menurut para ahli. Hasil dari pembahasan teori menemukan semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial dan televisi membentuk mainstreaming dan resonance sebagai dua bentuk persepsi yang muncul dalam peneltian ini.

Kata Kunci : Teori Kultivasi, Heavy Watcher, Televisi, Realitas Sosial

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sinetron suara hati istri telah menuai banyak kritikan dari berbagai pihak, karena sempat menggunakan aktris yang masih berusia anak sebagai pemeran salah istri ketiga dari aktor utama berusia 39 tahun dalam sinetron tersebut. Karakter yang diperankan bernama Zahra, oleh aktris Lea Ciarachel Fourneaux yang masih berusia 15 tahun. Hal ini oleh barbagai pihak dianggap sebagai bentuk ekploitasi anak, penormalan pernikahan usia anak, pernikahan di bawah umur, hingga pemasukan konten pedofil dalam adegan dewasa yang diperankan oleh karakter Zahra dalam sinetron tersebut. Sinetron suara hati istri ini merupakan tayangan yang ditayangkan oleh Indosiar . Tayangan  FTV ini dibuat sebagai salah satu serial khusus yang ditayangkan pada ramadhan 2021dan diproduksi oleh Mega Kreasi Films sejak tahun 2019, dengan menggunakan sudut pandang seorang istri yang merasa terzalimi karena suaminya melakukan perselingkuhan. Sinetron ini oleh berbagai kalangan kemuduian dikritik dari berbagai sudut pandang, mulai dari sudut pandang psikologis anak hingga hukum perlindungan anak. Pihak Indosiar kemudian sebagai distributor dan jaringan penyiar, menganti aktris Lea Ciarachel Fourneaux dengan pemeran Hanna Kirana yang berusia 18 tahun.

Banyaknya pihak yang memberikan kritik terhadap penayangan sinetron ini menunjukkan terjadi proses pembentukan persepsi yang kemudian diikuti oleh aksi pemberian kritik. Tingginya kuantitas latar belakang komunikator yang memberikan kritik, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara spesifik pada persepsi ekpoitasi anak di kalangan mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penlitian kualitatif deskriptif, dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi dengan menggunakan asumsi teori kultivasi George Garbner. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari hasil wawancara dengan lima mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

B. Kajian Literatur

1. Tandiyo Pradekso, 2014, Persepsi Anak Pada Acara Televisi.

Fokus dan Tujuan Penelitian : Perilaku anak menonton televisi, Persepsi anak pada realitas acara televisi.

Metodelogi Penelitian : Penelitian deskriptif kualitatif dengan perspektif post-positivistik.

Hasil Penelitian : Persepsi anak usia 8-9 tahun pada dasarnya tidak berbeda dengan persepsi umum tentang acara televisi. Anak mampu membedakan konten tayangan. Karakter yang disukai umumnnya berada pada animasi, variety show, reality show, infotainment, olahraga dan film. Anak memiliki pola menonton yang eksesif. Lingkungan anak menonton tidak kondusif. Program acara yang digemari anak adalah animasi film, dan sinetron.

Perbedaan dengan penelitian terdahulu : Penelitian  Persepsi Mahasiswa Terhadap Sinetron Suara Hati Istri (Studi Fenomenologi Pada Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta terhadap Pemeran Anak Di Bawah Umur) mengunakan perspektif teori kultivasi.

2. Diego, Indria Flowerina, 2018, Persepsi Mahasiswa Universitas Dharma Andalas Terhadap Tayangan Kekerasan di Televisi.

Fokus dan Tujuan Penelitian : Penelitian ini mau melihat bagaimana persepsi mahasiswa terhadap tayangan kekerasan yang dimuat di televisi

Metodelogi Penelitian : Metode penlitian yang digunakan dalam pemelitian ini adalah penelitian kualitatif

Hasil Penelitian : Terdapat persepsi negatif terhadap kekerasan di televisi namun mahasiswa tetap menyaksikan tayangan tersebut pada film-film yang ditayangkan. Terdapat banyak konten eduitemen yang menarik minat nonton masyarakat. Dari tayangan tersebut remaja mendapatkan pengetahuan dan informasi. Waktu tayang tidak mengganggu waktu belajar dan merupakan hiburan bagi remaja samarinda.

Perbedaan dengan penelitian terdahulu : Penelitian ini meneliti objek remaja kota samarinda pada tayangan program talkshow, sedangkan penelitian Persepsi Mahasiswa Terhadap Sinetron Suara Hati Istri (Studi Fenomenologi Pada Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta terhadap Pemeran Anak Di Bawah Umur) secara literal meneliti mahasiswa pada tayangan suara hati istri

C. Metode Penelitian

Penelitian kualitatif  menurut Ali dan Yusof (2011) mendefenisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara kuantitatif. Selain itu menurut Chua (1986) menyatakan bahwa metode penelitian kuantitatif juga memiliki keterbatasan dalam menjangkau subjek peneltian, sehingga eksistensi dari metode kualitatif ini hadir untuk menjawab kekurangan dari metode penelitian kuantitatif. Sementara itu, McCusker, K., dan Gunaydin, s. (2015) menekankan pada penggunaan metode penelitian kualitatif akan memberikan hasil akhir berupa pemahaman atas bagaimana suatu komunitas atau individu-individu dalam menerima isu tertentu. Untuk itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara partisipatif terhadap lima mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi fenomenologi. Studi ini berusaha untuk mencari arti suatu kejadian atau fenomena yang dialami oleh individu melalui penelitian mendalam dan konteks kehidupan sehari-hari (Herdiansyah, 2012).

D.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan jurnal ilmiah ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta terhadap pemeran anak di bawah umur pada sinetron suara hati istri.

II. Metode Pengumpulan Data dan Waktu Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tidak langsung melalui google formulir. Metode pengumpulan data ini dilakukan secara virtual karena kondisi saat ini yang tidak memungkin untuk dilakukannya wawancara secara langsung atau tatap muka. Metode pengumpulan data berupa wawancara ini dilaksanakan selama satu hari terhadap lima informan. Informan penelitian adalah mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta yang dipilih secara purposif. Kriteria dari pemilihan informan adalah mahasiswa aktif di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta yang menonton sinetron Suara Hati Istri mereka masih menggunakan aktris Lea Ciarachel Fourneaux sebagai pelakon Zahra. Wawancara pada penelitian ini berlangsung pada 02 Juli 2021.

III. Hasil dan Pembahasan

Tayangan yang dihadirkan di televisi merupakan sebuah objek yang nantinya akan memberikan dampak pada pembentukan persepsi pada khalayak yang menonton. Teori kultivasi kemudian dikembangkan untuk mengukur dampak dari penayangan acara atau suatu program pada televisi. Teori ini pada dasarnya ingin mengetahui bagaiamana dunia nyata dipersepsikan oleh khalayak yang menyaksikan tayangan tersebut (Nurudi, 2004:157). Teori kultivasi ini membawa tiga asumsi dasar mengenai televisi. Sebagai berikut :

1. Secara esensi dan fundamental televisi berbeda dengan bentuk-bentuk media massa lainnya.

2. Cara berpikir dan membuat kaitan dari masyarakat ikut dibentuk oleh televisi.

3. Televisi memiliki pengaruh terbatas.

Pada kata 'cultivation' sendiri menurut Wood merujuk pada proses kumulatif dimana televisi menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada khalayaknya (Wood, 2000:87). Sehingga jika semakin lama seseorang menyaksikan televisi dan menggunakan televisi sebagai sumber informasi utama (heavy viewer) maka kahalayak akan menganggap tayangan tersebut sebagai suatu refleksi keadaan sosial masyarakat yang diangkat ke televisi.
Hasil Analisis Teori Pada Penelitian

Pada sinetron Suara Hati Istri ini peneliti menemukan dua asumsi yang mendukung hasil penelitian ini. Asumsi ke dua dari teori kultivasi menurut (Saefudin & Venus, 2005) yang mengatakan "Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial" dan asumsi ke lima menurut (Saefudin & Venus, 2005) yang mengatakan bahwa "Televisi membentuk Mainstreaming dan Resonance".

1.Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial.

Hasil wawancara menunjukkan jika mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta menganggap bahwa penggunaan aktor anak pada sinetron ini sebenarnya merupakan salah satu realitas yang sedang terjadi di Indonesia. Realitas ini berangkat dari tingginya kasus pernikahan usia anak yang tinggi di Indonesia, sehingga Indosiar dianggap mengambil refleksi keadaan ini. Namun, hal negatif yang muncul sebagai ketakutan dari mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta adalah penerimaan persepsi bahwa pernikahan usia anak adalah suatu hal yang dianggap baik-baik saja karena ditayangkan di televisi dan mengalami romantisasi, karena persepsi ini juga yang muncul pada persepsi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta sebagai hasil akhir dari menonton sinetron Suara Hati Istri. Salah satu pandagan lain yang muncul adalah jika anak-anak semakin sering menyaksikan sinetron ini maka ditakutkan dapat menciptakan sebuah penerimaan jika pernikahan usia anak adalah sesuatu yang wajar.

2.Televisi membentuk Mainstreaming dan Resonance

Mainstreaming terjadi pada penonton berat atau heavy viewer yang mengunakan relevisi sebagai sumber informasi primer, sehingga ketika simbol-simbol dari televisi mendominasi sumber informasi lainnya dan ide mengani duania, maka akan terjadi mainstreaming. Asumsi ini menggambarkan jika seseorang terlalu banyak mengambil sumber informasi utama dari televisi maka konstruksi realitas sosialnya akan mengalami pergerakan ke arah mainstream (Ricard West & Lyn H, 2013:88). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta mengemukakan pandangan ini. Persepsi mainstreamin terbentuk pada pikiran mereka, karena dengan kondisi remaja Indonesia yang menggunakan televisi sebagai sumber informasi utama maka akan mengarahkan mereka pada pembenanran tindakan sosial pernikahan anak yang salah sebagai seseatu yang mainstream atau secara umum dilaukan dimana saja.
Resonance mengarah kepada proses penyamaan keadaan khalayak terhadap apa yang disaksikan. Khalayak cenderung menyamakan nilai yang dimiliki dengan apa yang ditayangkan di televisi. Realitas eksternal objektif (khalayak) beresonansi dengan realitas televisi (Ricard West & Lyn H, 2013:89). Pada wawancara yang dilakukan dengan mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta terdapat persepsi yang mereka berikan bahwa pada kalangan masyarakat saat ini terdapat anak-anak yang hidup pada lingkungan yang bisa saja memungkinkan mereka menyamakan keadaan mereka dengan apa yang mereka saksikan pada tayangan.

IV. Kesimpulan

Teori kultivasi lahir ketika kritik disampaikan dalam beragam bentuk, seperti harapan, pemberian tanggapan berupa sikap priahatin pengkritik Televisi terkait efek tayangan sinetro Suara Hati Istri. Teori kultivasi (Cultivation Theory) pertama kali dikenalkan oleh professor George Gerbner. Televisi sendiri hadir dengan membawa efek yang unik. Pada penelitian ini efek yang diteliti berupa persepsi yang muncul pada mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Hasil penelitian menemukan semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan seseorang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial dan televisi membentuk mainstreaming dan resonance sebagai dua bentuk persepsiyang muncul dalam peneltian ini.

Daftar Pustaka

Infante, D.A., Andrew S., R. & D. F. . (2003). Building Communication Theory. Long Grove: Waveland Press.

Junaidi. (2018). Mengenal Teori Kultivasi dalam Ilmu Komunikasi Cultivation Theory in Communication Science, 4(1), 42--51.

Nurudi. (2004). Komunikasi Massa. Malang: Cespur.

Ricard West & Lyn H, T. (2013). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Saefudin, H. A., & Venus, A. (2005). " Cultivation Theory ," (56), 83--90.

Wood, J. T. (2000). Communication Theories in Action. California: Belmont.

Disusun Oleh :

Endrapta Ibrahim Pramudhiaz 1810411104 

Rakha Fary Novyan1810411113 

Annisa Sekar Pertiwi 1810411171 

Aida Putri Handayani 1810411212 

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. Priyono Sadjijo, M.Si

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun