KRITIK SASTRA KARYA CHAIRIL ANWAR
Penulis: Aida
Puisi Chairil Anwar -- Ibu
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikanÂ
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah kau diminta membantuÂ
Katanya supaya aku pandai
Ibu.....
Pernah aku merajukÂ
Katanya aku manja
Pernah aku melawanÂ
Katanya aku degil
Pernah aku menangisÂ
Katanya kau lemah
Ibu.....
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada tuhan
Namun .....
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir dipipimu
Begitu kuatnya dirimu....
Ibu.....
Aku sayang padamu.....
Tuhanku.....
Aku bermohon padamu
Sejahterakanlah dia
Selamanya....
KRITIK SASTRAÂ
 Puisi pertama datang dari sastrawan terkenal yaitu Chairil Anwar. Beliau menuliskan sebuah puisi indah dengan tema ibu. Puisi ini bercerita tentang bagaimana sang penulis mendapat perlakuan dari sang ibu. Setiap ibu memiliki cara tersendiri untuk membimbing dan mendidik anaknya.
Kesabaran dan ketelatenan itulah yang mencoba dituangkan oleh Chairil. Meski cara yang mereka lakukan berbeda, ada yang mendidik dengan penuh kelembutan, ada pula yang mendidik dengan penuh ketegasan. Meski semua itu berbeda-beda, namun pengorbanan dan tujuan seorang ibu tetaplah sama, yaitu memberikan kasih sayang demi kebaikan sang anak. Seperti dalam penggalan sajaknya,
"Setiap kali aku tersilap, ia hukum aku dengan nasehat. Setiap kali aku kecewa, dia bangun di malam sepi untuk bermunajat. Setiap kali aku dalam kesakitan, dia obati aku dengan penawar dan semangat."
 Puisi ibu karya Chairil Anwar, puisi yang bertemakan ibu ini adalah salah satu karya dari penyair indonesia yaitu Chairil Anwar, karya-karya nya yang sealu dijadikan sebuah pedoman dari generasi ke generasi terutama penerus bangsa, dan karya-karya nya selalu dikenang. Dan bahkan banyak anak muda yang menggunakan puisi-puisi karya Chairil Anwar dengan maksud untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dialami. Puisi-puisi ciptaan Chairil Anwar cukup banyak beragam, mulai dari kisah percintaan, situasi Negara, refleksi diri sendiri, hingga kecintaan terhadap keluarga.
 Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar sangat menyentuh hati sehingga bagi orang yang membacanya akan membuat mata berkaca-bekaca yang disebabkan mirisnya kata-kata yang sangat menyentuh hati kita yang mengingat besarnya pengorbanan seorang ibu kepada sang anaknya. Karya yang dihasilkan oleh Chairil Anwar tidak diragukan lagi banyak hasil karyanya yang dicari oleh orang-orang yang menyukai karya sastra.
 Dalam Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar memberikan banyak pilihan kata yang terlihat biasa saja dan terkesan memiliki kata-kata yang biasa digunakan dalam kesehariannya. Tetapi pada puisi "Ibu"ini si pengarang membungkus kata-kata dalam puisi tersebut dengan menggunakan bukan arti kata yang sebenarnya, yang terdapat pada kalimat.
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikanÂ
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah kau diminta membantuÂ
Katanya supaya aku pandai.
 Kata " katanya memperbaiki kelemahan" dari kata tersebut merupakan sebuah harapan Chairil sebagai bahwa ibu memarahi anaknya agar seorang anak memperbaiki kesalahan yang diperbuat.
Pernah aku merajukÂ
Katanya aku manja
Pernah aku melawanÂ
Katanya aku degil
Pernah aku menangisÂ
Katanya kau lemah
 Kata "degil" yang diungkapkan oleh pengarang memberi kesan anak yang tidak mau menuruti perkataan orang tua atau susah untuk dinasihati oleh orang tuanya. Pada puisi ini pengarang juga mencoba untuk menggambarkan sifat anak-anak yang sering dilakukan kepada seorang ibu, seorang Chairil Anwar mampu menciptakan dan memberikan pilihan kata sebaik mungkin walaupun kata-kata yang digunakan adalah bahasa percakapan, tetapi lewat kata-kata tersebut Chairil Anwar mampu menghadirkan makna yang sangat dalam bagi penyair dan pendengarnya. Namun ada kata yang tidak biasa diucapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti kata merajuk, manja, melawan, menangis.
 Chairil merupakan salah satu penyair yang tidak selalu terikat pada peraturan sehingga terkadang Chairil tidak pernah memperhatikan bunyi yang ada dalam puisinya. Chairil Anwar berpendapat bahwa sebuah puisi adalah suatu kebebasan.
Meskipun bahasa dalam puisi ini adalah bahasa percakapan sehari-hari namun dibalik kata-kata tersebut Chairil memberikan bahasa kias. Bahasa kias tersebut digunakan pengarang untuk memperdalam makna yang ada dalam puisinya.
 Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada tuhan
 Dari kutipan tersebut terlihat adanya bahasa kamus yang digunakan pengarang seperti kata tersilap. Pengarang menggambarkan seorang anak yang tersilap. Pengarang menggambarkan seorang anak yang setiap kali keliru dalam melakukan kesalahan kepada seorang ibu, ibu menghukumna dengan nasihat. Chairil lewat puisi ini menggambar seorang ibu yang tegar dan selalu mendukung anaknya, walaupun anaknya melakukan kesalahan ibu sellau menasehati. Chairil yang mampu membuat suasana puisi tersebut sebuah karya yang tampak sendu.
Â
Perasaan atau rasa merupakan salah satu unsur isi yang dapat mengungkapkan sikap penyair pada pokok persoalan puisi. Pada puisi di atas merupakan eskpresi jiwa penyair yang menyayangi sosok seorang ibu. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa "Aku sayang padamu", ia menyayangi sosok Ibu jiwanya terikat oleh seorang Ibu, apapun yang terjadi, ia ingin selalu menyayangi seorang Ibu. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair.
Amanat dalam Puisi 'Ibu' karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut :
Seorang Ibu yang tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun   rintangan menghadang demi anaknya.Â
Seorang Anak yang penuh harapan untuk membalas kebaikan seorang ibu yang tanpa batas.Â
Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya atas berkat doa Ibu.
 Pada puisi "Ibu" bertemakan mengenai seorang ibu yang mana didalam puisi tersebut memiliki banyak makna tentang tugas seorang ibu, bisa kita lihat dari puisi tersebut bagaimana kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, ibu rela melakukan segalanya demi kebaikan anaknya meskipun terkadang hal itu di anggap buruk oleh anaknya.
Dalam puisi yang berjudul "Ibu" ini tidak terlalu memuat banyak kata-kata kiasan atau majas yang berlebihan, sehinggap penggunaan kata konkret di dalam puisi ini sangat memiliki porsi yang banyak sehingga dapat membuat orang yang awam akan puisi dapat mengerti dengan mudah. Dan diksi yang dipakai oleh penyair ialah menggambarkan rasa hormat kepada ibu dan menunjukkan perasaan yang dalam karena menggunakan kata-kata yang dalam sehingga mampu menyentuh hati pembaca dan pendengar puisi ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H