Mohon tunggu...
Aida
Aida Mohon Tunggu... Lainnya - Aida
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar di universitas maritim raja Ali haji

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sastra dari Puisi Ibu Karya Chairil Anwar

14 September 2022   19:24 Diperbarui: 14 September 2022   19:32 5889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KRITIK SASTRA KARYA CHAIRIL ANWAR

Penulis: Aida

Puisi Chairil Anwar -- Ibu

Pernah aku ditegur

Katanya untuk kebaikan 

Pernah aku dimarah

Katanya membaiki kelemahan

Pernah kau diminta membantu 

Katanya supaya aku pandai

Ibu.....

Pernah aku merajuk 

Katanya aku manja

Pernah aku melawan 

Katanya aku degil

Pernah aku menangis 

Katanya kau lemah

Ibu.....

Setiap kali aku tersilap

Dia hukum aku dengan nasihat

Setiap kali aku kecewa

Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat

Setiap kali aku dalam kesakitan

Dia ubati dengan penawar dan semangat

Dan bila aku mencapai kejayaan

Dia kata bersyukurlah pada tuhan

Namun .....

Tidak pernah aku lihat air mata dukamu

Mengalir dipipimu

Begitu kuatnya dirimu....

Ibu.....

Aku sayang padamu.....

Tuhanku.....

Aku bermohon padamu

Sejahterakanlah dia

Selamanya....

KRITIK SASTRA 

 Puisi pertama datang dari sastrawan terkenal yaitu Chairil Anwar. Beliau menuliskan sebuah puisi indah dengan tema ibu. Puisi ini bercerita tentang bagaimana sang penulis mendapat perlakuan dari sang ibu. Setiap ibu memiliki cara tersendiri untuk membimbing dan mendidik anaknya.

Kesabaran dan ketelatenan itulah yang mencoba dituangkan oleh Chairil. Meski cara yang mereka lakukan berbeda, ada yang mendidik dengan penuh kelembutan, ada pula yang mendidik dengan penuh ketegasan. Meski semua itu berbeda-beda, namun pengorbanan dan tujuan seorang ibu tetaplah sama, yaitu memberikan kasih sayang demi kebaikan sang anak. Seperti dalam penggalan sajaknya,

"Setiap kali aku tersilap, ia hukum aku dengan nasehat. Setiap kali aku kecewa, dia bangun di malam sepi untuk bermunajat. Setiap kali aku dalam kesakitan, dia obati aku dengan penawar dan semangat."

 Puisi ibu karya Chairil Anwar, puisi yang bertemakan ibu ini adalah salah satu karya dari penyair indonesia yaitu Chairil Anwar, karya-karya nya yang sealu dijadikan sebuah pedoman dari generasi ke generasi terutama penerus bangsa, dan karya-karya nya selalu dikenang. Dan bahkan banyak anak muda yang menggunakan puisi-puisi karya Chairil Anwar dengan maksud untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dialami. Puisi-puisi ciptaan Chairil Anwar cukup banyak beragam, mulai dari kisah percintaan, situasi Negara, refleksi diri sendiri, hingga kecintaan terhadap keluarga.

 Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar sangat menyentuh hati sehingga bagi orang yang membacanya akan membuat mata berkaca-bekaca yang disebabkan mirisnya kata-kata yang sangat menyentuh hati kita yang mengingat besarnya pengorbanan seorang ibu kepada sang anaknya. Karya yang dihasilkan oleh Chairil Anwar tidak diragukan lagi banyak hasil karyanya yang dicari oleh orang-orang yang menyukai karya sastra.

 Dalam Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar memberikan banyak pilihan kata yang terlihat biasa saja dan terkesan memiliki kata-kata yang biasa digunakan dalam kesehariannya. Tetapi pada puisi "Ibu"ini si pengarang membungkus kata-kata dalam puisi tersebut dengan menggunakan bukan arti kata yang sebenarnya, yang terdapat pada kalimat.

Pernah aku ditegur

Katanya untuk kebaikan 

Pernah aku dimarah

Katanya membaiki kelemahan

Pernah kau diminta membantu 

Katanya supaya aku pandai.

 Kata " katanya memperbaiki kelemahan" dari kata tersebut merupakan sebuah harapan Chairil sebagai bahwa ibu memarahi anaknya agar seorang anak memperbaiki kesalahan yang diperbuat.

Pernah aku merajuk 

Katanya aku manja

Pernah aku melawan 

Katanya aku degil

Pernah aku menangis 

Katanya kau lemah

 Kata "degil" yang diungkapkan oleh pengarang memberi kesan anak yang tidak mau menuruti perkataan orang tua atau susah untuk dinasihati oleh orang tuanya. Pada puisi ini pengarang juga mencoba untuk menggambarkan sifat anak-anak yang sering dilakukan kepada seorang ibu, seorang Chairil Anwar mampu menciptakan dan memberikan pilihan kata sebaik mungkin walaupun kata-kata yang digunakan adalah bahasa percakapan, tetapi lewat kata-kata tersebut Chairil Anwar mampu menghadirkan makna yang sangat dalam bagi penyair dan pendengarnya. Namun ada kata yang tidak biasa diucapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti kata merajuk, manja, melawan, menangis.

 Chairil merupakan salah satu penyair yang tidak selalu terikat pada peraturan sehingga terkadang Chairil tidak pernah memperhatikan bunyi yang ada dalam puisinya. Chairil Anwar berpendapat bahwa sebuah puisi adalah suatu kebebasan.

Meskipun bahasa dalam puisi ini adalah bahasa percakapan sehari-hari namun dibalik kata-kata tersebut Chairil memberikan bahasa kias. Bahasa kias tersebut digunakan pengarang untuk memperdalam makna yang ada dalam puisinya.

 Setiap kali aku tersilap

Dia hukum aku dengan nasihat

Setiap kali aku kecewa

Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat

Setiap kali aku dalam kesakitan

Dia ubati dengan penawar dan semangat

Dan bila aku mencapai kejayaan

Dia kata bersyukurlah pada tuhan

 Dari kutipan tersebut terlihat adanya bahasa kamus yang digunakan pengarang seperti kata tersilap. Pengarang menggambarkan seorang anak yang tersilap. Pengarang menggambarkan seorang anak yang setiap kali keliru dalam melakukan kesalahan kepada seorang ibu, ibu menghukumna dengan nasihat. Chairil lewat puisi ini menggambar seorang ibu yang tegar dan selalu mendukung anaknya, walaupun anaknya melakukan kesalahan ibu sellau menasehati. Chairil yang mampu membuat suasana puisi tersebut sebuah karya yang tampak sendu.

 

Perasaan atau rasa merupakan salah satu unsur isi yang dapat mengungkapkan sikap penyair pada pokok persoalan puisi. Pada puisi di atas merupakan eskpresi jiwa penyair yang menyayangi sosok seorang ibu. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa "Aku sayang padamu", ia menyayangi sosok Ibu jiwanya terikat oleh seorang Ibu, apapun yang terjadi, ia ingin selalu menyayangi seorang Ibu. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair.

Amanat dalam Puisi 'Ibu' karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan  dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut :

Seorang Ibu yang tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun   rintangan menghadang demi anaknya. 

Seorang Anak yang penuh harapan untuk membalas kebaikan seorang ibu yang tanpa batas. 

Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya atas berkat doa Ibu.

 Pada puisi "Ibu" bertemakan mengenai seorang ibu yang mana didalam puisi tersebut memiliki banyak makna tentang tugas seorang ibu, bisa kita lihat dari puisi tersebut bagaimana kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, ibu rela melakukan segalanya demi kebaikan anaknya meskipun terkadang hal itu di anggap buruk oleh anaknya.

Dalam puisi yang berjudul "Ibu" ini tidak terlalu memuat banyak kata-kata kiasan atau majas yang berlebihan, sehinggap penggunaan kata konkret di dalam puisi ini sangat memiliki porsi yang banyak sehingga dapat membuat orang yang awam akan puisi dapat mengerti dengan mudah. Dan diksi yang dipakai oleh penyair ialah menggambarkan rasa hormat kepada ibu dan menunjukkan perasaan yang dalam karena menggunakan kata-kata yang dalam sehingga mampu menyentuh hati pembaca dan pendengar puisi ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun