Sejahterakanlah dia
Selamanya....
KRITIK SASTRAÂ
 Puisi pertama datang dari sastrawan terkenal yaitu Chairil Anwar. Beliau menuliskan sebuah puisi indah dengan tema ibu. Puisi ini bercerita tentang bagaimana sang penulis mendapat perlakuan dari sang ibu. Setiap ibu memiliki cara tersendiri untuk membimbing dan mendidik anaknya.
Kesabaran dan ketelatenan itulah yang mencoba dituangkan oleh Chairil. Meski cara yang mereka lakukan berbeda, ada yang mendidik dengan penuh kelembutan, ada pula yang mendidik dengan penuh ketegasan. Meski semua itu berbeda-beda, namun pengorbanan dan tujuan seorang ibu tetaplah sama, yaitu memberikan kasih sayang demi kebaikan sang anak. Seperti dalam penggalan sajaknya,
"Setiap kali aku tersilap, ia hukum aku dengan nasehat. Setiap kali aku kecewa, dia bangun di malam sepi untuk bermunajat. Setiap kali aku dalam kesakitan, dia obati aku dengan penawar dan semangat."
 Puisi ibu karya Chairil Anwar, puisi yang bertemakan ibu ini adalah salah satu karya dari penyair indonesia yaitu Chairil Anwar, karya-karya nya yang sealu dijadikan sebuah pedoman dari generasi ke generasi terutama penerus bangsa, dan karya-karya nya selalu dikenang. Dan bahkan banyak anak muda yang menggunakan puisi-puisi karya Chairil Anwar dengan maksud untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dialami. Puisi-puisi ciptaan Chairil Anwar cukup banyak beragam, mulai dari kisah percintaan, situasi Negara, refleksi diri sendiri, hingga kecintaan terhadap keluarga.
 Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar sangat menyentuh hati sehingga bagi orang yang membacanya akan membuat mata berkaca-bekaca yang disebabkan mirisnya kata-kata yang sangat menyentuh hati kita yang mengingat besarnya pengorbanan seorang ibu kepada sang anaknya. Karya yang dihasilkan oleh Chairil Anwar tidak diragukan lagi banyak hasil karyanya yang dicari oleh orang-orang yang menyukai karya sastra.
 Dalam Puisi "Ibu" karya Chairil Anwar memberikan banyak pilihan kata yang terlihat biasa saja dan terkesan memiliki kata-kata yang biasa digunakan dalam kesehariannya. Tetapi pada puisi "Ibu"ini si pengarang membungkus kata-kata dalam puisi tersebut dengan menggunakan bukan arti kata yang sebenarnya, yang terdapat pada kalimat.
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikanÂ