Jombang-Kertosono bukanlah jarak yang jauh. Bus yang mereka tumpangi sekitar sepuluh menit lagi akan masuk ke wilayah kota kecil itu. Aven sengaja tidak berkabar. Biar menjadi kejutan. Seperti kejutan yang berwujud Mirna. Pasti, Lumbung akan sangat berniat membunuhku. Hahaha. Bangsat. Kenapa aku selalu menuduh manusia alim itu.Â
Â
Begini kira-kira: Lumbung, sahabatmu, sumber inspirasimu, datang berkunjung. Terimalah aku sebagai mahkluk hidup. Jangan kamu samakan aku dengan rumput laut. Eh.Â
Â
Aven membangunkan Lalang. Yang masih pulas dan cantik. Silakan bangun. Silakan membuka mata orang cantik. Lihat, deretan pohon itu. Mereka mendunduk mengaturkan senyum dan kagum. Lihat, bagaimana mereka begitu sangat mencemburuiku. Cepat. Lambaikan tangan untuk mereka. jangan kamu biarkan mereka menabung dendam. Jangan sampai. Mengerikan.
Â
Bus perlahan mulai menghentikan rodanya yang besar-besar. Dua manusia itu segera turun. Lalang selalu dipersilakan lebih dulu. Dengan tenang, Lalang menjatuhkan kaki kirinya dan disusul oleh kaki kanannya.Â
Â
Kondektur bus bilang, mendahulukan kaki kiri adalah cara terbaik untuk mempertahankan keseimbangan. Tubuh tidak akan terhuyung. Akan mendarat dengan aman. Tepat dan selamat.Â
Â
Tetiba saja, Perempuan itu tersenyum. Indah sekali. Ada apa? Doktrin semua harus kanan, tidak berlaku. Hahaha. Aven terbahak.Â