Mohon tunggu...
Mustofa Ludfi
Mustofa Ludfi Mohon Tunggu... Lainnya - Kuli Tinta

Bapak-bapak Beranak Satu :)

Selanjutnya

Tutup

Roman

Siluet-Buku I (Tuhan Maha Pemberi Kejutan)-6

29 Agustus 2024   10:54 Diperbarui: 31 Agustus 2024   13:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Perempuan dalam Kata

Di kaki Mahameru itu, Aven menggigil hebat. Ia pun lupa arah perputaran jam. Ia lupa semua hal. ia juga lupa tagihan kos di minggu depan. Semua yang ada menjadi serba gelap. Pedihnya, Aven lupa jika Kun itu manusia. Titisan Bung Karno. Pewaris sah tahta perjuangannya. Semua Menegang. Rimbun semak tak berhenti mengawasi mereka. Aven, Kun, bisa menjadi pengisi kengeriannya. Semak itu terus menunjukkan keinginannya untuk mengunyah dua manusia yang hampir-hampir rubuh karena hawa dingin yang berlebihan. 

Beberapa menit terlewat. Aven membuka kedua matanya lagi. Yang gelap, menjadi terang. Kun dengan bibir yang tebal, setia berada di sampingnya. Ingatan yang terberai kembali utuh. Darahnya kembali mengalir dengan lancar. Ia juga ingat kembali tentang perputaran jarum jam, termasuk tagihan kos minggu depan. 

Tubuhnya kembali hangat. Aven melihat Kun tersenyum aneh memandanginya. Kemudian menepuk bahu kanannya dengan ceria. Raut wajahnya berseri-seri. Ada titik kepuasan dari wajah Kun yang tertangkap oleh dua mata Aven. Tapi saat ia bertanya tentang apa yang terjadi dengannya, Kun tidak menjawab. Ia berlalu dari hadapannya dan memilih untuk merebus air.

 "Kamu tadi pingsan!" Suara itu meluncur dari mulut Kun dengan tiba-tiba. Aven baru sadar. Beberapa menit yang lalu ia tidak di tempat itu. Dinginnya Ranu Kumbolo memaksanya untuk hilang ingatan.

Aven telah kembali. Ia tak pernah tahu bagaimana caranya kembali. Hanya ada Kun bersamanya. Percuma tanya manusia itu. Gerutu Aven. Semua dibiarkan menggantung begitu saja. Dengan tuduhan, Kun telah memperkosanya. Tapi sesaat setalahnya, angel heart itu membuyarkan semua lamunannya.

"Liburan, Mas?" Ia bertanya lagi. Aroma tubuhnya menguasai semuanya.

"Aku mencari dukuh Paruk!" jawab Aven tanpa ekspresi. Perempuan itu tidak menanggapi lagi.

Suasana kembali bening lalu hening. Hanya suara bising bus yang terdengar di telinga mereka. 

Ada jeda tercipta. Aven membuka mulutnya.

"Mbak, tadi dari mana?" tanyanya ragu. Tubuhnya tidak bisa diam. Bukan karena tarian bus di kelok-kelok jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun