“Sam[1]! Bagi kopinya. Peh[2]!” Suara Kun besar, serak dan memuakkan. Gelegarnya membuyarkan upacara pagi itu.
Baca juga: Siluet-Buku I (Laki-laki Udara-Capter 1)
“Pancet, ae![3]” Aven menggerutu.
“Eh, kamu, kan, sudah kuanggap saudara sendiri, Sam!” Kun menampakkan wajah yang lugu. Aven bergeming. Pandangannya tetap lurus ke atas langit. Tangan besar Kun sudah meraih cangkir kopi yang duduk manis di sebelah kanannya. Hidung Kun mengembang seketika. Kepulan asap kopi dan udara Malang pada pagi hari berebut masuk ke dalamnya. Kun dijamah sesuatu yang tak kasatmata.
“Kamu dapat apa dari langit pagi ini?” tanya Kun lancar. Lidahnya sudah basah dengan kopi. Licin dan mudah untuk mengeluarkan suara.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!