Mohon tunggu...
Ai Hikmawati
Ai Hikmawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang guru sains yang selalu merasa tidak nyaman dengan "zona nyaman". Karena itu membuat saya mati rasa. Oleh karena itu saya selalu mencari hal-hal baru yang menantang kemampuan saya untuk mengembangkan diri. Tapi di sisi lain saya juga adalah seorang yang sangat moody. Ini merupakan dua hal yang kontradiktif menurut saya. Tapi sejauh ini saya masih merasa enjoy dengan keadaan ini. Sehingga dengan alasan inilah mudah-mudahan saya dapat menyimpan hal dan kejadian yang kontardiktif ini dalam media ini. Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

2 Maret 2023   04:32 Diperbarui: 2 Maret 2023   04:36 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa, salah satu peran guru penggerak adalah sebagai Pemimpin Pembelajaran. Melalui peran ini, diharapkan guru penggerak dapat menginternalisasikan nilai-nilai, meresonansikan semangat-harapan-antusiasmenya baik di kelas, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. 

Dalam hal ini, filosofi among Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulada (menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain meliputi perbuatan, kelakuan, sifat dan lain-lainnya), Ing Madya Mangun Karsa (memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta Tut Wuri Handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju) merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola sumber daya yang ada di sekitarnya sebagai ekosistem pendidikan yang mempunyai keterkaitan yang saling bersinergi baik dari unsur biotik maupun unsur abiotiknya. 

Unsur biotik dalam ekosistem sekolah meliputi murid, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait maupun pemerintah daerah. Sedangkan unsur abiotik dalam ekosistem sekolah meliputi keuangan, sarana dan prasarana serta lingkungan alam.  Kedua unsur ini diharapkan dapat menjadi sebuah ikatan yang selaras dan harmonis melalui inetraksi dan keterlibatan setiap unsurnya.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan peran pemimpin pembelajaran sebagai pengelolan sumber daya sekolah dengan pendekatan perbasis asset atau kekuatan yang dikenal dengan Asset Based Approach. Pendekatan ini dikembangkan oleh seorang pakar psikologi, Kathryn Cramer, yang dipahami sebagai suatu cara praktis menemukenali hal-hal positif dalam kehidupan yang dapat dijadikan sebagai inspirasi kekuatan atau potensi positif. 

Jika selama ini, seorang pemimpin pembelajaran hanya menggunakan pendekatan berbasis masalah yang hanya focus pada masalah dan isu, focus mencari bantuan dan sponsor, merancang program dan mengatur jkelompok, maka mungkin kita bisa memulai pendekatan berbasis asset ini dengan focus pada asset dan kekuatan, membayangjan masa depan, berpikir tentang kesuksesasn yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya, merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, serta melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.

Pendekatan ini kemudian dikembangkan dalam bentuk Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) atau Asset-Based Community Development (ABCD). Pendekatan ini menekankan oada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia, memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan dan potensi yang dimiliki komunitas sehingga dapat menciptakan kesehatan dan kesejahteraan.

Dalam pengembangannya, pendekatatan ini menekankan agar komunitas dapat memberdayakan asset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan asset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna dan mandiri dalam menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi.

Dengan menggunakan pendekatan PKBA, sekolah dipandang sebagai komunitas yang sehat dan resilien, dengan karakteristik sebagai berikut : mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat, menumbuhkan komitmen terhadap tempat, membangun koneksi dan kolaborasi, mengenal dirinya sendiri dan membangun asset yang ada, membentuk masa depannya, bertindak dengan obsesi ide dan peluang, serta merangkul perubahan yang bertanggung jawab dan menghasilkan kepemimpinan. 

Jika dipahami, maka karakteristik ini sangat relevan dengan bagaiaman seorang pemimpin pembelajaran dapat memberdayakan sumber daya atau asset sekolah melalui sebuah Prakarsa perubahana yang diawali dengan perumusan visi sekolah dan diejawantahkan melalui alur BAGJA.

Untuk mewujudkan alur BAGJA ini, maka kita juga harus memahami asset apa saja yang dimiliki sekolahs ehingga dapat diberdayakan secara optimal. Menurut Green dan Haines (2016) terdapat 7 modal utama atau asset sekolah yang meliputi : modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal lingkungan/ alam dan modal finansial. Relevan dengan ketujuh asset sekolah ini, dalam standar mutu sekolah dikenal sebagai standar sarana dan prasarana. Standar ini merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi sekolah.

Setelah memahami bagaimana menglola sumber daya sekolah menggunakan pendekatan berbasis asset, maka langkah berikutnya adalah bagaimana mengimplementasikan pendekatan ini dalam tugas keseharian guru baik sebagai pengajar di kelas, peran tambahannya di sekolah maupun eksistensinya dalam masyarakat. Salah satu bentuk implementasi yang dilakukan sebagai pengajar di kelas adalah kita dapat memberdayakan kebutuhan murid kita di kelas agar mereka merasa nyaman belajar di kelas. 

Kebutuhan murid tersebut kemudian dieksplorasi melalui berbagai pertanyaan pemantik kepada murid terkait kekuatan apa saja yang dimiliki kelas dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kebutuhan tersebut. 

Dalam hal ini, guru dapat menghimpun potensi-potensi murid seperti keterampilan mereka dalam menggambar, mendesain interior, memenej teman-temannya, menghimpun dana kas, melakukan jejak pendapat dengan orang tua wali, serta mengeksekusi keputusan bersama menata kelas pada hari yang ditentukan. Dalam pembelajaran, guru juga dapat menerapkan pembelajaran terdiferensiasi dengan mengembangkan strategi konten, proses maupun produk sesuai dengan kemampuan dan gaya belajar murid.

Selain sebagai pengajar dan wali kelas, kemungkinan guru juga memperoleh tugas tambahan di sekolah seperti staf kurikulum pengembang sekolah, pembina ekstrakurikuler, pembina kesiswaan. Dalam hal ini, guru tidak dapat bertindak sendiri. Program sekolah harus dikerjakan dalam bentuk kolaborasi dan sinergi tim. Oleh karena itu, guru dapat mengoptimalkan potensi tim dan sarana prasarana yang ada sesuai dengan kapasitas masing-masing. 

Sebagai contoh adalah ketika akan menyelnggarakan program pameran hasil karya murid. Pada tahap persiapan dapat diawali dengan membentuk tim untuk merumuskan kegiatan dan sarana prasarana apa saja yang dibutuhkan. Dalam tahap proses pelaksanaaan, ketua tim pelaksana dapat mengerahkan ketujuh asset sekolah yang dimiliki seperti manusia, lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya, sosial, dan fisik dapat diberdayakan secara optimal. Termasuk pada saat evaluasi, guru dapat merefleksi asset apa saja yang belum diberdayakan secara optimal untuk diperbaiki pada kegiatan pameran yang akan datang.

Sebelum saya mempelajari modul ini, terkadang saya merasa bahwa saya tidak memiliki kapasitas yang cukup berarti untuk menjadi bagian dari perubahan dan pengembangan sekolah karena keterbatasan yang saya miliki. Tetapi ketika memahami modul ini secara seksama, selama ini saya tersadarkan bahawa, begitu banyak asset sekolah yang saya abaikan demi memberikan kontribusi yang positif bagi sekolah dimana saya bertugas. Dengan demikian, saya termotivasi untuk terus mengembangkan potensi saya untuk membangun sinergi dengan semua kekuatan yang ada di sekolah saya. Sehingga sekolah saya lebih maju dan mencapai visinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun