Setelah memahami bagaimana menglola sumber daya sekolah menggunakan pendekatan berbasis asset, maka langkah berikutnya adalah bagaimana mengimplementasikan pendekatan ini dalam tugas keseharian guru baik sebagai pengajar di kelas, peran tambahannya di sekolah maupun eksistensinya dalam masyarakat. Salah satu bentuk implementasi yang dilakukan sebagai pengajar di kelas adalah kita dapat memberdayakan kebutuhan murid kita di kelas agar mereka merasa nyaman belajar di kelas.Â
Kebutuhan murid tersebut kemudian dieksplorasi melalui berbagai pertanyaan pemantik kepada murid terkait kekuatan apa saja yang dimiliki kelas dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kebutuhan tersebut.Â
Dalam hal ini, guru dapat menghimpun potensi-potensi murid seperti keterampilan mereka dalam menggambar, mendesain interior, memenej teman-temannya, menghimpun dana kas, melakukan jejak pendapat dengan orang tua wali, serta mengeksekusi keputusan bersama menata kelas pada hari yang ditentukan. Dalam pembelajaran, guru juga dapat menerapkan pembelajaran terdiferensiasi dengan mengembangkan strategi konten, proses maupun produk sesuai dengan kemampuan dan gaya belajar murid.
Selain sebagai pengajar dan wali kelas, kemungkinan guru juga memperoleh tugas tambahan di sekolah seperti staf kurikulum pengembang sekolah, pembina ekstrakurikuler, pembina kesiswaan. Dalam hal ini, guru tidak dapat bertindak sendiri. Program sekolah harus dikerjakan dalam bentuk kolaborasi dan sinergi tim. Oleh karena itu, guru dapat mengoptimalkan potensi tim dan sarana prasarana yang ada sesuai dengan kapasitas masing-masing.Â
Sebagai contoh adalah ketika akan menyelnggarakan program pameran hasil karya murid. Pada tahap persiapan dapat diawali dengan membentuk tim untuk merumuskan kegiatan dan sarana prasarana apa saja yang dibutuhkan. Dalam tahap proses pelaksanaaan, ketua tim pelaksana dapat mengerahkan ketujuh asset sekolah yang dimiliki seperti manusia, lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya, sosial, dan fisik dapat diberdayakan secara optimal. Termasuk pada saat evaluasi, guru dapat merefleksi asset apa saja yang belum diberdayakan secara optimal untuk diperbaiki pada kegiatan pameran yang akan datang.
Sebelum saya mempelajari modul ini, terkadang saya merasa bahwa saya tidak memiliki kapasitas yang cukup berarti untuk menjadi bagian dari perubahan dan pengembangan sekolah karena keterbatasan yang saya miliki. Tetapi ketika memahami modul ini secara seksama, selama ini saya tersadarkan bahawa, begitu banyak asset sekolah yang saya abaikan demi memberikan kontribusi yang positif bagi sekolah dimana saya bertugas. Dengan demikian, saya termotivasi untuk terus mengembangkan potensi saya untuk membangun sinergi dengan semua kekuatan yang ada di sekolah saya. Sehingga sekolah saya lebih maju dan mencapai visinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H