Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bergerak Menyelamatkan Owa Jawa, Bersama Pertamina

21 November 2017   12:21 Diperbarui: 22 November 2017   08:03 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda Owa Jawa atau "hylobates moloch" yang bermukim di wilayah barat Pulau Jawa terutama di Jawa Barat, hingga Jawa Tengah ini merupakan hewan langka dan hampir mengalami kepunahan?

Apa yang Anda bayangkan tentang Owa Jawa? Individu Owa Jawa merupakan salah satu individu yang jumlah populasinya di Indonesia yang cukup langka. Dibandingkan dengan binatang terlindungi lainnya. Hingga saat ini, Owa Jawa hannya terdapat di dua lokasi, yakni dikawasan Gunung Malabar, Bandung, dan gunung kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Bodogol, Lido, Kabupaten Jawa Barat. Dari tahun ke tahun jumlah Owa Jawa ini terus mengalami ancaman kepunahan, mulai dari kondisi depresi tingkat tinggi dan ancaman pemburuan, hingga perdagangan ilegal antara negara. Karena, Owa Jawa termasuk satwa langka dan incaran banyak orang.

Seperti apakah jenis Owa Jawa?, Yuk, simak pengalaman kompasianer menjelajah belantara Gunung Gede, Pangrango bersama, PT Phertamina EP Asset 3 Subang Field dalam misi mendukung aktivitas penyelamatan kelestarian Owa Jawa.

Jalan terjal menuju Gunung Gede (Foto Ahyar ros)
Jalan terjal menuju Gunung Gede (Foto Ahyar ros)
Siang itu, Senin 13 Noverber 2017, bersama rombongan kompasianer, kami menapaki kawasan Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango, Lido, Jawa Barat. Empat mobil Hartop merek Land Rover telah menanti kami, untuk menjelajah jalan terjal menuju Gunung Gede, Pangrango. Melintasi jalan terjal, berlumpur dan berkelok menuju kawasan Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango menjadi cerita berkesan. Bagi saya, ini adalah kali pertama mengikuti visit Kompasiana, yang berbeda dengan kegiatan lainnya, seru, hingga menguji nyali. Bagaimana tidak? Jalan berlumur dan berlubang, licin melewati pinggiran bukit, membuat kami harus berpikir sepeluh kali untuk melewati jalur terjal ini.

Sesekali roda mobil Hartop berwarna silver, yang kami tumpanggi mogok karena terpeleset jalan berlubang penuh lumpur. Tamita Wibisono, salah satu dari tim kami teriak histeris, karena baru kali ini menempuh perjalanan melintasi pinggiran Gunung Gede Pangrango, yang menguji nyali. Di tempat inilah, Owa Jawa direhabilitasi, hingga bernak-pinak. Di tempat ini pula menjadi satu-satunya kawasan pusat pemugaran kesehatan Owa Jawa di Jawa Barat, setelah diambil dari pemeliharaan ilegal dan gagal diperjualbelikan secara tidak sah ke luar negeri.

Owa Jawa dalam kandang rehabilitasi (Foto Deta)
Owa Jawa dalam kandang rehabilitasi (Foto Deta)
Kedatangan kami di pintu gerbang kawasan taman nasional Gunung Gede Pangrango disambut suara-suara Owa Jawa. Suara itu terdengar melengking dari kandang pusat rehabilitasi Owa Jawa, yang berjarak 1 kilometer dari pelawangan taman nasional ini. dari salah seorang penjaga taman nasional bercerita pada kami. Suara melengking itu, menandakan kegelisahan Owa Jawa, yang sedang menjalani proses pemulihan, yang yang setelah itu akan dilepasliarkan. Pusat rehabilitas ini dikelola Yayasan Owa Jawa, Conservation International (CI), dan PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field.     

Dalam perjalanan ini, kami merasa beruntung karena, bisa menyaksikan Owa Jawa dari dekat 30 meter. Dari jarak ini, kami menatap tiga ekor Owa Jawa bergelantungan dari dahan pohon Lekong (Kemiri) lainnya. Induk Owa Jawa terlihat tenang sambil mengendong anaknya, yang diperkirakan baru berumur dua bulan itu. Teriakan kami mengundang keramaian membuat pejantan Owa Jawa meloncat ke dahan pohon lainnya.

Kami disambut hangat oleh ibu Badiyah kepala bidang kawasan Gunung Gede Pangrango, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan bersama empat pegawai kawasan Taman Nasional, Bodogol, Jawa Barat mempersilahkan kami duduk dikursi kayu yang telah disediakan. Di teras utama berukuran gedung 4 kali 9 meter itu, pegawai KLHK ini telah menyediakan pisang rebus, sigorke (singkong goreng), dan dua ceret minum Wedang Jahe, serta Teh hangat, menjadi suguhan hangat santap siang kami, sebelum melanjutkan perjalanan ke Canopy, salah satu Gunung Gede Pangrango.      

Ibu Badiyah, diskusi bersama Kompasianer (Ahyar ros)
Ibu Badiyah, diskusi bersama Kompasianer (Ahyar ros)
Ibu Badiyah (47), bercerita pada kami, kawasan hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, tak hannya dijadikan lokasi rehabilitasi, namun menjadi pusat pelestarian Owa Jawa, yang telah dipelihara pemburu secara ilegal. Usai Owa Jawa di rehabiltasi, barulah dilakukan pelepasanliaran ke alam bebas, layaknya satwa liar lainnya. "Se-ingat saya, pada tanggal 27 Maret 2014.  Di kawasan Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango telah melepas dua  jenis keluarga, yang terdiri dari lima individu Owa Jawa, Wili, Sasa, Yatna, dan pasangan Asep, Dompu. Kedua keluarga Owa Jawa ini, pernah menjalani proses pemulihan selama 7-8 bulan," Cerita bu Badiyah pada kami. Sebelumnya, Owa Jawa ini pernah menjalani proses habituasi lebih dari 2 bulan di kawasan Gunung Puntang, Hutan Lindung Malabar, namun atas kerja sama Yayasan Owa Jawa, kedua jenis keluarga ini dibawa ke kawasan Gunung Gede, Pangrango Jawa Barat.   

Owa Jawa terbilang dalam hewan langka. Individu Owa Jawa ini, termasuk hewan monogami (hewan setia sama satu pasangan). Sifat inilah, yang membuat Owa Jawa istimewa dengan satwa lainnya, Owa Jawa dikenal individu paling setia sama satu pasangannya. Jika salah satu pasangan mati atau anaknya hilang, maka induk atau jantannya mengalami depresi tingkat tinggi, sehingga bisa mengalami kematian. Sifat monogami, ini pula, yang menyebabkan Owa Jawa sangat rentan dengan kepunahan. Dan satu keluarga Owa Jawa menguasai 10, hingga 17 hektar wilayah. "Makanya tak berlebihan, jika saya takan mengambil satu Owa Jawa itu, sama dengan membunuh 4 individu. Mereka itu memiliki ketergantungan dan mempengaruhi, stresnya tingkat tinggi, maka kepunahannya pun begitu tinggi," Ucap Anton Ario Manajer Program Conservation International ini.

Sifat monogami ini, menyulitkan proses pelepasan ke habitanya dan upaya peningkatan jumlah populasinya. Anton juga bercerita tentang bagaimana sulitnya, Owa Jawa dilepas kea lam terbuka, butuh pasangan sebelum dilepasliarkan.  "Owa Jawa sangat selektif dalam memilih pasangan, sehingga menemukan pasangannya butuh jangka waktu yang cukup panjang," Tambah pria yang akrab disapa Anton ini.

Opelo menunjukkan peta ke kompasianer (Foto Ahyarros)
Opelo menunjukkan peta ke kompasianer (Foto Ahyarros)
Dari hasil penelitian petugas kawasan Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango. Saat ini, diperkirakan jumlah polpulasi Owa Jawa berjumlah individu 200 sampai 400 individu. Lembaga Conservation International, setidaknya mencatat berbagai penelitian mengenai jumlah Owa Jawa, jumlah populasi yang tersisa diperkirakan mencapai 3.000 hingga 4.000 ekor satwa, yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.  Angka ini sepintas besar, namun satuan terkecil bagi Owa Jawa bukan pada individu, melainkan satu keluarga, di mana dalam satu keluarga Owa Jawa terdapat 3-5 individu, yang terdiri sepasang induk serta 2-3 anaknya.

Berkurangnya hutan tropis di Jawa juga menyebabkan keberadaan Owa Jawa makin hari kian terancam. Karena Owa Jawa masih menjadi target pemburuaan masyarakat setempat untuk dijadikan satwa peliharaan. Melalui Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa (Javan Gibbon Center), yang dibentuk 2003, oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango, Yayasan Owa Jawa, Conservation International, dan PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field, bekerja sama terus mendukung pelestarian Owa Jawa di tanah air.

Menju jembatan Canopy (Foto Ahyarros)
Menju jembatan Canopy (Foto Ahyarros)
Usai diberikan kilas balik Owa Jawa oleh, Ibu Badiyah, dan Anton selama 30 menit. Kami pun dibagi menjadi tiga kelompok, untuk menyisir kawasan Nasional Gunung Gede, Pangrango, Lido Bodogol. Saya masuk kelompok tiga, yang dipandu Paleo. Pria 38 tahun ini menjadi pemandu kelompok kami untuk menjelajah kawasan rimba Gunung Pangrango pusat rehabilitas Owa Jawa itu.       

Komitmen PT Pertamina menjaga Owa Jawa

Populasi Owa Jawa tersebar tak hannya di Jawa Barat, namun juga Jawa Tengah. Jumlahnya diperkirakan mencapai 4.000 ekor ini masih tersebar di alam bebas. Habitat Owa Jawa tersebar di Jawa Barat di Taman Nasional Ujung Kulon, Halimun, Gunung Salak, dan Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango. Untuk mencegah pemburuan Owa Jawa dilakukan patroli polisi hutan di Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango, Lido Bodogol.

Dalam upayannya PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field melakukan kerja sama dengan Yayasan Owa Indonesia, yaitu, pertama, meberikan monitoring evaluasi terhadap individu Owa Jawa, kedua habituasi (pembiaassan dengan lingkungan alam bebas), dan pelepasan Owa Jawa, ketiga, kegiatan promosi dan publikasi Owa Jawa dan terakhir, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field melaksanakan penanaman 1000 pohon dikawasan Gunung Puntang, Malabar, dan Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. 

Sore itu, sekembali dari penjelajahan kawasan Gunung Pangrango, Agustian Fahrudin (Community Development Officer), PT Pertamina EP Asset 3 Subang menambahkan penjelasan, tentang komitmen kantornya, dalam menjaga keberlansungan Owa Jawa. "Memantau perkembangan Owa Jawa, menanam pohon dan melestarikan Owa Jawa merupakan komitmen PT Pertamina EP Asset 3 Subang dalam menjaga Owa Jawa dari kepunahan di Indonensia," Ujar Agustian.

Untuk menjaga Owa Jawa, tentu membutuhkan keseriusan. "PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field terus mendorong dan memberikan sokongan bantuan untuk menyelamatkan Owa Jawa di tanah air," Ucapnya.  Agustian menjelaskan, Owa Jawa adalah satwa langka yang harus dijaga keberlanjutannya. PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field di masa mendatang, melalui CSR (Corporate Social Responsibility), terus terlibat dan memberikan dukungan dalam pelestarian Owa Jawa.

Selain itu, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field turut bergerak melestarikan Owa Jawa.  Sejak 2013, telah menyediakan dana Rp 500 juta rupiah per-tahun untuk pelestarian Owa Jawa di Jawa Barat dan Tengah. "Ini adalah bentuk komitmen, kepedulian PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field dalam menjaga keberlansungan satwa langka Owa Jawa, karena Owa Jawa individu yang sensitif, maka membutuhkan pemahaman dan kesabaran,". Ujar Wahyu Widiatmoko, Petroleum Engenering PT Pertamina ini.    

Di hari kedua, kompasianer berdiskusi bersama, Miranti Putri perwakilan PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field. Disamping itu, lewat SCR-nya, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field aktif memberikan pembinaan dan perberdayaan bagi para ibu rumah tangga dan komunitas anak muda zaman now. Program semacam ini, telah menjadi bagian dari program PT Pertamina.  Menurut, Miranti Putri, PT Pertamina EP Asset 3 Field Subang  punya menginisiasi pembentukan warga peduli AIDS (Wapa) dan pasukan Pasukan Anti Penularan HIV/AIDS (Pantura) di Desa Sukareja, Kecamatan Sukasari, Subang, Jawa Barat.  "Wapa Pantura merupakan salah satu program CSR PT. Pertamina Asset 3 Subang Field. Kami ingin ikut mengambil bagian dalam permberdayaan masyarakat terkait penangguangan HIV/AIDS," Ucap Miranti Putri perwakilan PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field ini.

Miranti Putri perwakilan PT. Pertamina (Foto Ahyarros)
Miranti Putri perwakilan PT. Pertamina (Foto Ahyarros)
Menurut Miranti, dengan melakukan pemeriksaan darah bisa mendeteksi secara akurat, sejauh mana penyebaran HIV/ADIS di wilayah Subang. Ini juga sekaligus bisa mencegah dan menekan resiko penularan HIV/AIDS. "Selain itu juga, kami membentuk klinik HIV/AIDS dan memberikan bantuan penyiapan outlet bagi kelompok wirausaha. Dari hasil penjulannya sebanyak 10 persen dana dari penjualan produk outlet akan disumbangkan kegiatan pencegahan HIV/AIDS," Tutur perempuan berkulit manis ini.

Selain itu, PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field memiliki program best praktis-nya pada saling berbagi inspirasi. Program ini dijuluki Rumah Inspirasi Subang. Di Rumah Inspirasi, oleh PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field, mengajak masyarakat Subang untuk menjaga kebudayaan dan saling memberikan penghargaan antar anggota Rumah Insirasi. Program Rumah Inspirasi, terbagi menjadi tiga program, pertama Sanggar Inpirasi (Sari), kedua rumah sampah, yang berfokus pada lingkungan, dan ketiga pendidikan, yang terdiri dari club belajar Bahasa Inggris, Taman Baca, hingga Pojok Inspirasi.

"Dari sampah ibu-ibu di Subang bisa membuat aneka jenis barang kreatif, seperti dompet, tas dan barnag lainnya. Harga kerajinan bervariasi mulai dari Rp 5.000 sampai 10.000 rupiah," Ucap Miranti. Miranti menjelaskan, melalui kegiatan seperti ini, masyarakat dapat merasakan dampak positif terhadap keberadaan Rumah Inspirasi Subang. Melalui kegiatan di Rumah Inspirasi Subang akan terbentuk kesadaran untuk memanfaatkan sampah sebagai barang jenis olahan kreatif yang bernilai ekonomis.

Di penghujung Yosh Aditiya (pemandu acara kompasianer), menutup acara dengan memberikan tepuk tangan meriah dan sorak gembira gembira atas upaya dan komitmen PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field dalam melestarikan Owa Jawa di tanah air. Save Owa Jawa.  Yuk, kita bergerak bersama Pertamina menyelamatkan Owa Jawa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun