Mohon tunggu...
Dina Ahsanta Puri
Dina Ahsanta Puri Mohon Tunggu... Guru - Your story teller

Menyukai kehidupan yang damai dan sedikit lucu. Dulu sempat bercita-cita jadi atlet badminton oleh karenanya gemar menulis. Mengimani filsafat lingkaran; kebaikan melingkar, keburukan melingkar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan dan Sejarah: Menilik Kisah Buram Jugun Ianfu

21 Maret 2023   17:00 Diperbarui: 21 Maret 2023   17:07 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin malam, ruang PKM berukuran 5x6 meter makin sesak dipenuhi peserta diskusi sebanyak 38 orang. Mereka bertambah antusias ketika Rukardi menjelaskan mengenai  latar belakang terbentuknya jugun ianfu. Banyak dari peserta diskusi berebut mengajukan pertanyaan.

Rukardi bercerita bahwa kala itu tentara Jepang banyak yang terserang penyakit kelamin. Aso, dokter yang dikirim dari Jepang menyarankan untuk mendirikan tempat pelacuran khusus. Usul Aso direalisassikan tahun 1973. Rukardi juga menayangkan fasilitas rumah bordil untuk tentara di barak-barak militer Japang yang biasa disebut Ian-joe. Di sana para jugun ianfu mengalami kekerasan seksual. Para peserta diskusi bergidik ngeri ketika di layar ditampilkan alat pengecek kesehatan kelamin perempuan yang biasa disebut cocor bebek. Alat berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 10cm, cara gunanya ialah dimasukan ke lubang kelamin perempuan.

Banyak peserta diskusi menyampaikan rasa kesal terhadap pemerintah Jepang, pula rasa sesal sebab korban jugun ianfu tak mendapat perlindungan bearti dari pemerintah. Priyo, seorang guru MTS dari Kudus menyayangkan buku-buku sejarah yang digunakan di lingkup sekolah. Sejarah menjadi kabur dan dikaburkan, salah satunya ialah persoalan jugun ianfu ini. Ia mengharapkan para guru untuk "melek" sejarah, bisa dilakukan dengan membaca buku sastra, misalnya karya-karya Pram.

Diskusi yang berakhir pukul 23.00 WIB, merucut pada bahsan tentang kelanjutan perjuangan menuntut keadilan untuk korban jugun ianfu. Akankah mereka menemui titik terang atau tidak. Rukardi mengatakan tersebut dirasa sulit, karena kasus yang masuk pelanggaran HAM ini bisa dikatakan sejarah yang kabur. Waktu kian berjalan, para korban jugun ianfu kian tua dan satu-per-satu dari mereka, saksi mata sejarah, akan mati. 

Telah dimuat di Kompas, 28 April 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun