Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kiai Husein Bercerita Layla yang Dipaksa Menikah Tanpa Cinta

1 Maret 2021   20:49 Diperbarui: 1 Maret 2021   21:22 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hatiku menangis sepanjang hari sepanjang malam manakala aku memikirkan itu."

Tak berbeda dengan Layla, Qais juga tak bisa bertemu Layla. Tembok rumah Layla begitu kokoh dan menjulang. Pikirannya menjadi kacau. Dadanya terus bergemuruh dan bergetar, menahan kecewa dan rindu. Bibirnya selalu menyebut nama Layla. Ia acap melamun sendiri di taman di belakang rumahnya.

Ayah Qais mengerti keadaan anaknya. Ia juga berduka, tetapi tak berdaya. Ia kemudian mengajak Qais pergi ke Makkah untuk mengobati hatinya. Kepada Qais, ia bilang akan mengunjungi kakek moyangnya. Tetapi Qais dibawanya menuju ke Masjid al-Haram. Tiba di latarnya sambil menunjuk ke arah Kakbah, "Bait Allah" (Rumah Tuhan) ia berpesan kepada anaknya:

"Lihatlah, semoga engkau menemukan obat bagi sakitmu. Peganglah kiswah (kain penutup) Kakbah dan berdoalah agar Allah menghilangkan rasa cintamu itu."

Setelah mendengar nasihat ayahnya itu, Qais menangis dan tertawa sendiri. Sambil tangannya memegang kelambu Kakbah itu ia berdoa, "Aku telah menjual ruhku dalam ruang sirkuit rindu-dendam yang menderu-deru. "Isyq" (rindu dendam) adalah makananku, tanpa itu aku akan mati. Jangan takdirkan aku tanpa rindu-dendam kepada Layla. Duhai Tuhan, tuangkan air bening rindu. Cemerlangkan mataku dengan celak hitam selamanya. Duhai Tuhan, tambahkan aku rindu kepadanya. Bila umurku pendek, tambahkan rindu itu kepadanya. Duhai Tuhan, tambahkan rinduku kepada Layla, dan jangan biarkan aku melupakan dia selama-lamanya."

Cerita mengenai Layla yang dipaksa menikah, tanpa cinta

Selang waktu kemudian, cerita berlanjut, Layla akhirnya dinikahkan ayahnya dengan laki-laki lain, tanpa dia sendiri menyukai apalagi mencintanya. Ia menerima laki-laki pilihan ayahnya itu tanpa bisa menolaknya, karena tradisi yang mengakar akan menghukumnya, bila ia menolak. Tradisi di banyak tempat di dunia sejak zaman klasik, dan selama berabad-abad, tak membenarkan perempuan menolak kepentingan ayah.

Pandangan keagamaan juga menegaskan "hak Ijbar" (hak memaksa) ayah atas anak perempuannya. Perempuan seperti tak punya hak atas tubuhnya sendiri. Tubuh dan kehendak perempuan diatur dan didefinisikan oleh kehendak laki-laki, meski ia (perempuan), seperti juga siapa pun, kelak akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Setelah mengetahui serta Qais mendengar hari perkawinan kekasih hatinya itu, dan ia langsung jatuh pingsan, hatinya terbakar. Ia menangis menderu-deru, meraung-raung, sepanjang hari sepanjang malam. Ia menyesali diri telah mencintai Layla. Ia sempat mengatakan bahwa Layla tidak setia, dan ia akan menyingkir dari kehidupannya. Katanya:

"Duhai hatiku, hiduplah menyepi, tinggalkan mencintai orang yang tak setia."

Qais mengekspresikan kekecewaannya itu dalam puisinya:

"Aku menyesali apa yang telah terjadi, bagai penyesalan orang yang tertipu saat menjual."

Tetapi ia tak bisa menolak kehadiran cinta itu yang telah merasuk diam-diam dan kemudian menyatu ke dalam jantung jiwanya. Ia menjadi "gila"(majnun).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun