Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memoar Banjir Desa di Indramayu; Rekaman Sejarah Banjir Sukaperna

12 Februari 2021   11:41 Diperbarui: 12 Februari 2021   12:02 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi sudut desa pada pukul 09;04 |Dokumen Pribadi

Banjir belakangan ini menjadi sedikit populer di pedesaan, sedikit menggeser budaya ekologis desa yang ramah lingkungan, sebab belakangan desa juga sudah sering di timpa bencana banjir lazimnya sebuah tata kota kumuh nan semerawut. 

Bendungan Rentang Jatutujuh Majalengka merupakan zona penampungan air juga kontrol utama debit air yang di alirkan pada saluran sekunder maupun primer, saat ini tidak mampu menampung debit air sebab tingginya curah hujan. dan pada 08 Februari 2021 pukul 00;48 data menunjukkan status awas dengan standar status AWAS pada =1200M3/dtk namun pada saat itu 1.236,704 m3/dtk dengan keterangan Debit Air Naik, sehingga melebihi kapasitas bendungan. wal hasil ketika media sosial ramai memposting status Rentang menunjukan Awas, semua berjaga.   

Rempagan, titik pertama pukul 05;44|Dokumen Pribadi
Rempagan, titik pertama pukul 05;44|Dokumen Pribadi

Minggu malam 07 Februari 2021, sekitar pukul 22; 30 WIB yang saat itu tengah kebagian piket malam di balaidesa Sukaperna, Tukdana Indramayu. Ketika rinai hujan saat itu, kami mendapati wa bumi (sebutan untuk raksa bumi) mondar-mandir di depan balaidesa. 

Hingga pukul 23;50 kasi desa atau kliwon di hubungi untuk membantu seorang warga yang sedang menambal cekungan tanggul sungai Cimanuk. Selang beberapa menit kemudian kliwon mengabarkan untuk bersiaga lantaran debit air yang meninggi dengan dengan cepat. sementara ia sibuk membangunkan warga yang rumahnya berada di bantaran sungai Cimanuk untuk bersiaga dan waspada. 

Pada Senin pukul 00;40, Kepala Desa atau Kuwu PJ (Pelaksana Jabatan) telah stand by di Rempagan, tempat yang menjadi barometer debit air masuk ke pemukiman warga.

Namun sampai pukul 02;50 pak kuwu belum menginstruksikan untuk memberitahukan kepada warga untuk bersiaga - hanya mereka yang mendiami bantaran sungai yang paling awal di berikan himbauan, mesikpun tetangga desa telah terdengar himbauan siaga namun pak kuwu punya barometer tersendiri untuk memberikan himbaukan kepada warga. 

Sampai pada pukul 03;30 debit air mulai meninggi dan beberapa warga mulai mendatangi tempat tersebut. Baru kemudian kliwon mengajukan permintaan untuk segera menghimbau kepada warga melalui pengeras suara masjid dan juga mushala. 

Selang beberapa menit kemudian, setelah di umukan melalui pengeras suara warga berdatangan meskipun dalam kondisi mengantuk dan rintik hujan yang belum selesai mengguyur. 

Titik ke 2 pukul 06;56|Dokumen Pribadi
Titik ke 2 pukul 06;56|Dokumen Pribadi

Pada pukul 05;00 Warga mulai mengumpulkan karung untuk di isi dengan tanah terdekat yang kemudian akan di jadikan sebagai penahan arus air yang sudah merangsek masuk ke jalan desa. 

Semuanya bergotong-royong, seperti yang imajinasikan semua orang tentang budaya di desa, ibu-ibu mempersiapkan logistik semacam kopi dan seadanya demi mensuport mereka yang sedang bergotong-royong. 

Berjarak 200m dari Rempagan, arus air ternyata lebih tinggi dari Rempagan dikarenakan permukaan tanah yang lebih landai dari Rempagan sehingga air sudah berhasil masuk pada saluran sekunder desa yang dan menghantarakannya menuju desa tetangga, akantetapi warga masih fokus membangun benteng pertahanan di Rempagan tersebut. 

Fokus warga pecah dengan adanya titik yang lebih urgent namun masih belum selesai pada titik awal, sementara lupakan sejenak sawah yang tertimpa lumpur di sebelah saluran sekunder tersebut lantaran air meninggi dan mulai memasuki gang dan perlahan masuk ke rumah warga. 

Kondidi Rempagan pukul 06;11, air memasuki jalan desa|Dokumen Pribadi
Kondidi Rempagan pukul 06;11, air memasuki jalan desa|Dokumen Pribadi

Kecemasan warga sudah nampak sedari air memasuki rumah mereka, kerja bakti masih terus di upayakan demi meminimalisir debit air yang masuk ke dalam zona pemukiman warga. 

Hingga pukul 08;00 warga mulai membagi konsentrasi mereka, antara melanjutkan penanhanan tanggul yang langsung di jebol oleh arus air sungai Cimanuk dan membuat pertahanan atas saluran sekunder yang memang juga telah meninggi dalam waktu yang singkat. 

Sebab melalui saluran sekunder tersebut air dengan leluasa menjangkau rumah warga secara keseluruhan. Bagaimanpun sifat air adalah konstan, ia akan mencari tempat yang lebih rendah. 

Lapangan Bola pada pukul 07;25|Dokumen Pribadi
Lapangan Bola pada pukul 07;25|Dokumen Pribadi

Warga terus membuat pertahanan pada saluran tersebut mekipun air sudah telah merangsek masuk ke rumah warga, terutama blok paling belakang, karena memang kondisi tanahnya yang landai (Jawa; lebak) sehingga blok tersebut menjadi titik utama arus air bermuara menuju Tempat Pemakaman Umum dan melepasnya di sawah milik warga. 

Warga mulai membuat pertahanan pada saluran sekunder, pukul 09;36|Dokumen Pribadi
Warga mulai membuat pertahanan pada saluran sekunder, pukul 09;36|Dokumen Pribadi

Warga yang telah panik tak kuasa menahan diri untuk segera mengamankan properti berharga milik mereka masing-masing, mulai dari motor hingga perabotan elektronik lainnya yang memang rentan terhadap kerusakan saat kontak langsung dengan air. 

Motor dan barang-barang elektronik di tempatkan di tempat yang tidak mudah di jangkau oleh arus air yang meninggi dengan cepat. Sebelum proses evakuasi warga mulai di lakukan demi keselamatan warga masih dengan sibuknya mengamankan semua properti yang bisa di jangkau oleh mereka. 

Sehingga pada pukul 10;30 warga mulai di arahkan untuk di evakuasi mengingat arus air yang mengganas ditamah debit air semakin meninggi hingga mencapai 150cm maka warga harus sesegera mungkin di evakuasi, terutama sekali lansia, anak-anak dan perempuan yang menjadi prioritas dari proses evakuasi tersebut. 

Sementara kaum adam terus berupaya bahu-mambahu menolong warga lainnya, membantu proses evakuasi hingga segala hal yang bermuara pada proses tolong-menolong dan saling jaga terhadap warga lainnya. 

Proses evakuasi dengan bantuan perahu karet, pukul 12;42|Dokumen Pribadi
Proses evakuasi dengan bantuan perahu karet, pukul 12;42|Dokumen Pribadi

Dua tempat yang henadak di jadikan sebagai posko pengungsian sementara telah disiapkan, berlokasi di tempat yang aman dari terjangan arus dan pada dataran yang sedikit lebih tinggi. Semua warga yang di evakuasi di tempatkan pada kedua posko tersebut, sampai pada waktu yang belum ditentukan saat itu. 

Evakuasi lansia sebelum bantuan datang, pukul 10;28|Dokumen Pribadi
Evakuasi lansia sebelum bantuan datang, pukul 10;28|Dokumen Pribadi

Tidak sedikit ekspersi pasrah di representasikan oleh mereka yang sedang di evakuasi ataupun yang telah berada di dalam posko, sebab merasa khawatir akan tempat tinggal mereka mengingat kondisi arus yang mengganas dan meninggi dengan begitu cepatnya. 

Saat itu arus air mencapai dada orang dewasa. Dan pada blok yang menjadi arus utama jalannya air tersebut sudah terlihat benda-benda hanyut terbawa derasnya arus muali gerobak dagangan sampai alat dapur sudah banyak yang hanyut oleh arus menuju titik air berkumpul. 

Hal ini pun yang melatarbelakangi warga yang di evakuasi menjadi lemas dan hanya bisa pasrah seraya berdoa agar arus air sesegara mungkin surut, sebab segala upaya telah dilakukan dengan semaksimal mungkin maka doa adalah upaya terakhir sebelum pasrah terhadap kehendak-Nya. 

Ketinggian air pada pukul 12;32|Dokumen Pribadi
Ketinggian air pada pukul 12;32|Dokumen Pribadi

Sampai pada pukul 13;00 ketika telah PLN memadamkan arus listrik, secara otomatis jaringan seluler terputus serta semua informasi terhenti sebab internet pun tidak ada. 

Bantuan perahu karet sudah di gunakan untuk proses evakuasi warga walaupun koordinasi menjadi terhambat dengan matinya listrik tersebut, sehingga warga melakukan proses evakuasi terus berjalan dengan tanpa koordinasi yang terkendala pada saat itu. 

Kondisi sawah pada 09 Feb 2021|Dokumen Pribadi
Kondisi sawah pada 09 Feb 2021|Dokumen Pribadi

Sampai sore hari semua warga yang berada di dalam posko telah aman dengan di bantu logistik yang masih seadanya, kaum adam yang masih berjaga dengan debit air yang labil, sebab rasa khawatir akan adanya banjir susulan maka semuanya di koordinasikan dengan cara langsung mendatangi rumah warga dan menghimbau untuk terus waspada

Hal ini belum di tambah kekhawatiran dengan banyaknya warga desa lain yang masuk dalam zona banjir, mencari kesempatan dalam kesulitan. Sehingga pada pukul 18;10 saat adzan maghrib berkumandang semua pemuda di koordinasikan di depan gang masing untuk berjaga demi menepis segala hal yang tidak di inginkan, jangan sampai sudah jatuh tertimpa tangga pula.         

Kondisi gelap gulita memaksa semua warga beradaptasi dengan suasana yang menghawatirkan tersebut. Lilin dan lampu senter menjadi pilihan utama, ini berbeda dengan rumah warga pada blok yang telah tergenang air, menjadi gelap gulita tanpa warga sebab di evakuasi. Namun alasan inilah keamanan menjadi prioritas saat malam tiba. 

Posko Satu pada pukul 22;24|Dokumen Pribadi
Posko Satu pada pukul 22;24|Dokumen Pribadi

Pukul 21;10 air berangsur surut perlahan-lahan dan listrik kembali menyala, warga mulai bergegas menuju rumah mereka sebelum kembali berjaga atas adanya banjir susulan, sebab kemungkinan-kemungkinan bisa terjadi begitu saja. 

Hingga air dikatakan surut pada saluran sekunder dan sungai Cimanuk warga masih terus waspada pada malam itu, lelah itu pasti menjangkit setiap mata namun rasa waspada mengalahkan semuanya. 

Sampai suasana begitu sepi, pada pukul 23;40 kondisi air telah surut dan yang tersisa adalah lumpur serta sampah yang bergumul menyangkut pada sudut gang. Kondisi sebagian desa berantakan. 

Batas desa pada pukul 09;31 |Dokumen Pribadi
Batas desa pada pukul 09;31 |Dokumen Pribadi

Hari berganti, Selasa 09 Februari 2021. Warga mulai kembali ke rumah meraka masing, mengecek kondisi rumah serta membersihkan sisa-sisa banjir. Pendataan mulai di lakukan dengan membagikan logistik kepada mereka yang terdampak secara langsung. 

Bantuan telah datang sejak Senin malam, dari makanan pokok, perlengkapan balita hingga air bersih yang akan di distribusikan pada dua posko, meskipun terdapat kendala pada saat itu. 

Pembagian logistik kepada warga terdampak pada 09 Feb |Dokumen Pribadi
Pembagian logistik kepada warga terdampak pada 09 Feb |Dokumen Pribadi

Sampai ini di tuliskan setidaknya terdapat 375 rumah yang terdampak langsung atau tergenang arus air. Relawan dan donasi telah memenuhi posko dan langsung turun ke lapangan untuk membantu warga. 

Obat-obatan dan alat kebersihan menjadi hal prioritas selain makanan pokok yang memang sesegare mungkin di distribusikan langsung kepada mereka. Informasi yang beredar bahwa terdapat 21 kecamatan di Indramayu yang terdampak banjir yaitu Bongas, Terisi, Jatibarang, Kertasemaya, Sukagumiwang, Widasari dan Krangkeng. 

Kemudian, Lohbener, Indramayu, Pasekan, Sindang, Cantigi, Losarang, dan Tukdana. Berikutnya, Cikedung, Gabuswetan, Kandanghaur, Anjatan, Haurgeulis, Kroya, dan Lelea. 

Pembagian logistik oleh pemuda desa pad 09 Feb|Dokumen Pribadi
Pembagian logistik oleh pemuda desa pad 09 Feb|Dokumen Pribadi

Sukaperna sendiri menurut para lansia, baru pertama kali ini di terjang banjir, sebelumnya pada 2015 memang air telah masuk wilayah Rempagan namun tidak sampai seperti saat ini. 

Oleh sebabnya ini adalah kali pertamanya dalam sejarah desa mengalami kebajiran, meski tidak satu desa hanya 4 (empat) Rt namun menjadi sebuah cacatan berharga bagi semua warganya, bukan hanya pemerintah desa namun semua elemen warganya.

Data Dari Diskominfo Indramayu
Data Dari Diskominfo Indramayu

Tulisan ini berangkat dari apa yang disaksikan oleh penulis ketika kejadian berlangsung, sudah barangtentu masih banyak dokumentasi yang belum terekam oleh penulis sendiri, dan penulis berharap semoga desa pulih dan bangkit dari keterpurukan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun