Sampai pada pukul 13;00 ketika telah PLN memadamkan arus listrik, secara otomatis jaringan seluler terputus serta semua informasi terhenti sebab internet pun tidak ada.Â
Bantuan perahu karet sudah di gunakan untuk proses evakuasi warga walaupun koordinasi menjadi terhambat dengan matinya listrik tersebut, sehingga warga melakukan proses evakuasi terus berjalan dengan tanpa koordinasi yang terkendala pada saat itu.Â
Sampai sore hari semua warga yang berada di dalam posko telah aman dengan di bantu logistik yang masih seadanya, kaum adam yang masih berjaga dengan debit air yang labil, sebab rasa khawatir akan adanya banjir susulan maka semuanya di koordinasikan dengan cara langsung mendatangi rumah warga dan menghimbau untuk terus waspada
Hal ini belum di tambah kekhawatiran dengan banyaknya warga desa lain yang masuk dalam zona banjir, mencari kesempatan dalam kesulitan. Sehingga pada pukul 18;10 saat adzan maghrib berkumandang semua pemuda di koordinasikan di depan gang masing untuk berjaga demi menepis segala hal yang tidak di inginkan, jangan sampai sudah jatuh tertimpa tangga pula. Â Â Â Â Â
Kondisi gelap gulita memaksa semua warga beradaptasi dengan suasana yang menghawatirkan tersebut. Lilin dan lampu senter menjadi pilihan utama, ini berbeda dengan rumah warga pada blok yang telah tergenang air, menjadi gelap gulita tanpa warga sebab di evakuasi. Namun alasan inilah keamanan menjadi prioritas saat malam tiba.Â
Pukul 21;10 air berangsur surut perlahan-lahan dan listrik kembali menyala, warga mulai bergegas menuju rumah mereka sebelum kembali berjaga atas adanya banjir susulan, sebab kemungkinan-kemungkinan bisa terjadi begitu saja.Â
Hingga air dikatakan surut pada saluran sekunder dan sungai Cimanuk warga masih terus waspada pada malam itu, lelah itu pasti menjangkit setiap mata namun rasa waspada mengalahkan semuanya.Â
Sampai suasana begitu sepi, pada pukul 23;40 kondisi air telah surut dan yang tersisa adalah lumpur serta sampah yang bergumul menyangkut pada sudut gang. Kondisi sebagian desa berantakan.Â