Sebagai anak berdarah Jawa Sunda, menu nasi kebuli bukanlah menu yang familiar.
Maksudnya bukan menu saya akrabi, kalau diurut dari garis ibu atau ayah dijamin tak ada yang bisa mengolah.
Nenek dari ayah jagonya bikin sambal pecel, sementara nenek dari ibu --termasuk ibu-- jagonya bikin lalapan  plus sambal yang pedas abis.Â
Jadi mau diapa-apain, tidak ada bakat mengolah makanan berbahan daging kambing.
Konon daging kambing cukup susah memilih dan memilah -- kalau bukan ahlinya-, dimulai dari proses menyembelih juga harus tepat.
Jagal yang pintar, akan menguasai tehnik menyembelih dengan baik. Binatang (kambing) siap dipotong, dibuat tidak stres agar darah mengalir lancar.
Menurut ahli perdagingan (bener ga sih bahasanya---hehe), bau  prengus disebabkan binatang hendak disembelih tidak relaks/ stres.  Sehingga darah di tubuh binatang ini, tidak bisa mengalir sepenuhnya alias tertahan.
E'tapi tidak berhenti di proses sembelih saja, cara mengolah daging kambingpun ada tehniknnya.
Chef jagoan inilah, yang menguasai strategi menyulap daging kambing sehingga tidak alot saat disantap.
Sementara ibu saya, maap-maap yak---hehehe. Nggak berani janji deh, bisa memilih dan mengolah daging kambing seideal jago masak.
Bukan berarti ibu tidak bisa masak yes, hanya di menu kebuli saya sangsikan---maafkan anakmu ya ibu.
----
Tapi nasi kebuli satu ini sungguh beda, saya dapat dari mengikuti kegiatan Komunitas Ketapels.
Ya, baru-baru ini di Instagram ada kuis tujuh belasan Ketapels. Dan hadiahnya adalah paket nasi kebuli, dengan toping daging kambing dan ayam.
Kali pertama membuka boxnya -- yang lucu--, pandangan ini disambut penampakan menu yang elegan.
Nasi kebuli yang pernah saya lihat sebelumnya, warna cenderung coklat kehitaman. Kalau yang ini beda, dan aroma rempah khas timur tengah langsung tercium.
Dari awal ada rasa penasaran yang mengemuka, saya tak sabar ingin menyantap daging kambingnya.
Daaan, rasa suudzon saya terpatahkan tanpa sisa.
Sungguh, daging kambing di nasi kebuli saya nikmati luar biasa endeus.
Sama sekali tidak ada rasa prengus, kemudian empuknya, empuk dalam arti sebenarnya.
Saya yang tidak suka makan tanpa sendok, dengan mudah mencukil daging dengan ujung sendok.
Citarasa rempah meresap, bahwa sampai ke setiap suwiran dagingnya.
Acar-nya wooow, campuran irisan mentimun dan buah nanas. Air dari keduanya, berpadu dengan cabe diulek.
So, menyantap kebuli yang rempahnya cenderung nempel di lidah. Sensasinya lebih unik, ketika ada acar yang menyertai. Â Â
Kompasianer penasaran, musti cobain nasi kebuli by Beeyah Corner.
Selain nasi kebuli kambing dan ayam, tersedia juga nasi cumi cabe ijo, Â ayam bakar, gudeg Solo, salad solo, camilan biji ketapang dan masih banyak lagi.
Di penghujung tulisan, saya sampaikan terima kasih banyak untuk Ketapels.Â
Kompasianer dan Teman Ketapela, saatnya menyantap nasi kebuli tanpa tapi.Â
Salam sehat dan sukses selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H