Mohon tunggu...
AH Media
AH Media Mohon Tunggu... Dosen - Inklusif dan Toleran

Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membersihkan Diri dengan Istighfar

17 Oktober 2024   20:52 Diperbarui: 17 Oktober 2024   20:55 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membersihkan Diri Dengan Istighfar

Oleh : M Fatikhun, S.Ag., M.H.

Dosa barangkali menjadi perbuatan lumrah manusia. Sampai ada ungkapan dalam baha Arab yang cukup populer yaitu :


Artinya : Manusia itu tempatnya salah dan lupa. Ungkapan tersebut tidak ada yang membantah, sehingga sepertinya menjadi suatu kebenaran. Maksudnya, tidak ada satu pun manusia yang tidak memiliki salah atau dosa, baik disengaja maupun karena lupa.

Oleh karena itu, tidak ada satu pun manusia yang bersih dari dosa dan kesalahan. Maka dapat dipahami bersama bahwa manusia biasa seperti kita tidak ada ma'shum (orang yang dilindungi dari dosa kecil maupun dosa besar). Artinya manusia seperti kita ini pasti tidak lepas dari salah ataupun dosa.

Orang yang dalam kategori ma'shum hanyalah para Nabi, mereka dilindungi oleh Alloh dari dosa kecil maupun dosa besar. Sehingga mereka tidak memiliki dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar.

Dalam kenyataannya banyak sekali kesalahan ataupun dosa yang kita lakukan, dan kebanyakan kita tidak menyadarinya. Baik itu dosa atau kesalahan yang dilakukan dalam hubungan dengan sesama makhluk, maupun dalam konteks hubungan kita dengan sang Khalik Allah SWT.

Orang Jawa bilang : "menungso kuwi nggone salah".

Sebagai orang  yang tidak lepas dari salah ataupun dosa, menjadi keharusan bagi kita semua untuk menyadari. Al-Quran sebagai pedoman umat manusia telah menjelaskan mengenai apa yang harus dilakukan oleh orang yang telah berbuat salah dan dosa. Allah memerintahkan kepada kita semua untuk "beristighfar" - memohon ampunan kepada Alloh dari segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.

Dalam Surat An-Nisa Ayat 106 disebutkan :

Artinya : Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat ini menyebutkan istighfar dalam bentuk perintah. Artinya istighfar itu merupakan perintah  wajib bagi setiap umat manusia terutama bagi orang yang telah melakukan perbuatan salah dan dosa.

Kemudian dalam Surat An-Nisa Ayat 110 disebutkan :

Artinya: Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat ini memberikan penjelasan kepada kita bahwa setiap orang yang ber-istighfar atau memohon ampunan kepada Allah pasti Alloh akan mengampuninya.

Berarti, istighfar merupakan hal besar dan sangat penting bagi Alloh SWT. Mengingat pentingnya keberadaan"istighfar" tersebut, ada tiga washiat (perkataan penting) dari Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Hasan (Cucu Nabi), dan Sayyidina Ali menantu Nabi Muhammad SAW sekaligus Ayah Sayyidina Hasan).

Pertama, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :

Artinya : Demi Allah sesungguhnya saya memohon ampun dan bertobat kepada Allah lebih dari 70 kali setiap hari.

Nabi Muhammad SAW adalah orang yang Ma'sum,  dilindungi dari perbuatan dosa baik dosa besar maupun dosa kecil, bahkan sudah dijamin oleh Allah masuk surga, ternyata beliau masih merasa bersalah dan memohon ampun kepada Allah SWT. Setidaknya dalam sehari beliau memohon ampunan dan taubat tidak kurang dari 70 kali.

Lantas bagaimanakah dengan kita, yang tidak ma'sum tapi justru penuh dosa dan kita belum tahu nasibnya kelak di akhirat? Mestinya lebih banyak dari Nabi Muhammad SAW.

Kedua, Sayyidina Hasan RA berkata : perbanyaklah istighfar di rumahmu, di meja makanmu, di jalan-jalan, di pasar-pasar, di majelis-majelis, di forum-forum, dan di manapun kalian berada, karena kamu sekalian tidak tahu kapan ampunan itu diturunkan oleh Alloh.

Dalam hal ini Sayyidina Ali RA, berpesan kepada kita semua untuk selalu beristighfar dimana pun dan kapan pun kita berada. Karena hal itulah yang memungkinkan kita mendapatkan Ampunan dari Alloh SWT.

Ketiga, Ali bin Abi Thalib RA berkata : Allah tidak mungkin memberi Ilham kepada seorang hamba untuk beristighfar apabila Allah menghendaki untuk menyiksa hamba tersebut.

Artinya ketika kita diberi Ilham oleh Allah untuk beristighfar berarti Allah tidak menghendaki untuk menyiksa kita. Maka pada saat hati kita atau pikiran kita memiliki kesadaran dan kemauan untuk bersitighfar, bersegeralah untuk menunaikannya. Karena sebenarnya itu bagian dari rahmat Alloh kepada kita semua. Yaitu Alloh memberi kesempatan untuk membersihkan diri kita dengan beristighfar.

Oleh karena itu marilah kita bersama-sama meningkatkan kesadaran kita untuk selalu mengaku bersalah di hadapan Allah dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Semoga kita semua akan mendapatkan Ampunan dari Alloh SWT. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun