People Who Loves To Eat Are Always The Best People (Julia Chlid)
Etiket makan datang dari orang terbaik. Orang yang sudah mengerti dan belajar bagaimana caranya mengkonsumsi suatu makanan, itulah orang yang terpilih (baca: terbaik). Termasuk juga etiket mencicipi daging Wagyu, ada caranya tersendiri. Tujuannya selain menghargai sejarah makanan Wagyu yang berasal dari Jepang serta pengolahan dagingnya yang berkualitas, juga agar rasa steak Wagyu ternikmati secara maksimal. Di Steak Hotel by Holycow milik Wynda Mardio, para orang terpilih dapat menemukan pengalaman terbaik makan steak Wagyu. Dari bagaimana cara mengolahnya, tingkat kematangan daging, sampai menikmati steak Wagyu yang berkualitas, juicy, dan halal.
Dari balik semak-semak rumput, mengintip sepasang mata liar. Pelan-pelan pemilik mata itu mengendap-endap di antara saling silang rerumputan liar. Dari tatapannya, terlihat rasa lapar yang cetar membahana. Benar saja, empat kaki pemilik mata itu langsung melesat mendobrak belukar rerumputan. Berlari bagai setan kesurupan, menuju satu target, yaitu kumpulan sapi yang sedang makan. Tak sampai hitungan jam, satu korban sapi sudah mati tergigit lehernya.
Tak lama setelah sang macan menjinakkan satu ekor sapi, keluarlah lima anaknya dari balik semak. Mereka nampak senang berlarian menuju induknya. Ya karena di TKP (Tempat Karnivora Pesta) telah terhampar hidangan lezat seberat kerbau dewasa.
Etiket makan wagyu
Pesta segera digelar. Di mana ada gumpalan daging, enam macan itu berebutan sampai hanya tersisa tulang-tulangnya saja. Setelah kekenyangan, mereka bai kana meninggalkan serak-serak tulang di mana-mana.
Itulah gambaran adegan acara Flora dan Fauna di televisi. Mereka para hewan karnivora ganas dalam bersaing dan mencari makan demi kelangsungan rantai ekosistemnya. Bagaimana dengan manusia? Tentu manusia lebih dari karnivora, maka disebut sebagai omnivora. Tapi di dalam diri omnivora benama manusia, jelas juga ada nafsu karnivora bila mereka lapar.
Akan tetapi walaupun manusia dikenal sebagi pemakan segala, dari tetumbuhan sampai daging. Sebagian besar dari mereka jelas mempunyai etiket bagaimana memakan santapannya. Ya karena manusia adalah makhluk sosial. Itu satu. Kedua, manusia dibekali pikiran bagaimana caranya bersopan santun dalam segala hal.
Contoh misalnya ketika kita makan potongan daging sapi (atau yang dikenal sebagai steak), ternyata ada aturan bagaimana cara menyantapnya. Di saat kita makan steak atau wagyu, di saat itu pula insting karnivora kita keluar. Nah untuk mengontrol insting itu, etiket makan diperlukan.
Apalagi kalau kita makan bersama dengan yang lainnya, sangat perlu untuk fokus bagaimana menyantap wagyu secara benar. Seperti yang penulis alami pada saat event #GetUrbanized dari Kompasiana danUrbanesia di Steak Hotel by Holycow, Jalan Kemang Raya No 95, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan (Sabtu, 01/12/12). Ternyata, ada cara makan yang benar ketika menyantap wagyu, dan penulis belum tahu itu karena memang baru pertama kali mecoba wagyu.
Curiganya ketika berada di #TKPKemang, penulis melihat Quote dari Julia Child di dinding lantai dua tempat dari cabang #TKPRadal ini: People Who Loves To Eat Are Always The Best People. Kalau penulis menerjemahkan bebas, artinya adalah: Orang yang mencintai makan kudu ngerti caranya memilih makanan lalu bersantap yang benar agar ia jadi orang yang terbaik.
Nah, tapi sayang kecurigaan itu tidak penulis teruskan dengan mengetahui apa dan bagaimana etiket menyantap wagyu. "Kalau di TKP kita, cara makan wagyu berbeda dengan tempat yang lain. Kebanyakan orang melumuri sauce di atas dagingnya sehingga mereka tidak tahu rasa originalitas daging itu sendiri. Nah kalau kita menyarankan jangan dilumuri terlebih dahulu. Lebih baik rasakan dahulu potongan daging awal baru setelah itu, boleh potongan daging yang lain dicocol ke sauce, ujar Dyani Suhartini, Marcomm Manager Steak Hotel by Holycow. Ya cuma dari hal itu yang saya tahu, selebihnya tentang bagaimana menyantap hidangan wagyu, luput penulis pertanyakan ke Dyani.
Alhasil, ketika hidangan Wagyu Tenderlion hadir di depan mata, penulis hanya mengikuti cara makan teman-teman penulis Koimpasiana yang potong, makan, potong, makan, begitu seterusnya. Belakangan penulis baru tahu bahwa ternyata ada dua cara ketika menyantap Wagyu. Yakni cara Amerika dan Eropa. Kalau cara Amerika, wagyu dipotong kecil-kecil terlebih dahulu dengan garpu di tangan kiri sedangkan pisau di tangan kanan. Setelah semuanya terpotong, baru dinikmati dengan alihkan garpu ke tangan kanan. Lalu kalau cara Eropa, memotong dan memakan steak dilakukan pada saat bergantian berulang-ulang.
Tingkat kematangan daging
Itu untuk cara makannya, untuk cara memesan wagyu pun penulis masih mengikuti selera kebanyakan orang Indonesia. "Pengunjung bisa memilih Wagyu sesuai dengan tingkat kematangan daging. Ada rare, medium, medium well, dan well done. Biasanya kalau customer baru kita mengedukasi apa itu tingkat kematangan rare dan sebagainya. Semua tingkat kematangan daging itu layak dimakan karena memang sudah digrill terlebih dahulu," begitu papar Dyani kepada penulis. Tapi ya itu ketika memesan penulis malah mengikuti yang lain yaitu Wagyu Tenderlion dengan tingkat kematangan well done. Usut punya usut, ternyata untuk Wagyu Tenderlion enaknya dipesan dengan tingkat kematangan rare sampai medium well. Alasannya, jaringan lemak (marble) yang ada di dalam daging masih terasa sensasi rasanya yang juicyketika berada di mulut.
Well done sendiri adalah istilah dalam memanggang (grill) daging sapi dengan suhu minimal 80 derajat celcius. Sedangkan tingkat kematangan di bawahnya medium, dipanggang dari suhu 70 sampai 80. Kalau rare, daging dibakar dari 60-70 derajat celcius. Nah untuk variasinya seperti medium rare, medium well, tinggal dipanggang di antara suhu-suhu tiga ukuran tingkat kematangan daging.
Namun walaupun belum memahami cara memesan tingkat kematangan daging, penulis mengacungi dua jempol terhadap rasa Wagyu Tenderlion Steak Hotel by Holycow. Keratan demi keratan daging yang berada di mulut berasa asin, gurih dan manis, semuanya bercampur jadi satu tidak terasa kering seperti daging sate. Itu baru dari rasa murni Wagyunya, belum dicampur dengan saus. Ada empat pilihan saus, yaituHomemade Mushroom Sauce, Buddy's Special Sauce, Blackpepper sauce, dan BBQ Sauce.
[caption id="attachment_222794" align="aligncenter" width="640" caption="Wagyu Tenderlion Homemade Mushroom Sauce Beserta Yang Penulis Pesan"]
Penulis sendiri memilih Homemade Mushroom Sauce. Luar biasa rasa saus yang saya pesan, tidak tabrakan dengan rasa Wagyu. Rasa keju dan jamur pada saus mushroom, menambah juicy keratan dagig ketika berada di mulut. Penulis sampai memesan satu lagi saus mushroom karena memang enak dan untuk mendampingi menghabisi potongan-potongan kentang. Steak Hotel by Holycow bisa saja membuat pengunjung penasaran untuk bertandang kembali. Ya karena dari rasa daging wagyu sampai sausnya, membekas lalu tersimpan rapih di syaraf otak bagian indera pengecap.
Halal
Oia ketika menikmati keratannya yang tidak kering, daging juga berasa empuk. Menurut Wynda Mardio, pemilik Steak Hotel by Holycow, rasa empuk pada daging memang sudah menjadi prioritas Steak Hotel by Holycow dan tidak akan pernah memilih kualitas nomer dua, tiga, dan seterusnya. "Untuk kualitas daging nomer satu, kami memilih sapi wagyu dari Aussie. Di Aussie ini memang lingkungannya menunjang, jadi untuk berternak sapi Wagyu memang cocok, kata pemilik yang awalnya mendirikan warung tenda steak.
Sebenarnya sumber asli sapi wagyu dari Jepang, terlihat dari arti kata wagyu sendiri yang terdiri dari Wa = Jepang, Gyu = Sapi. Wynda Mardio sendiri tidak memilih langsung dari Jepang karena sulit mencari importir di Indonesia yang dapat memperoleh daging wagyu dalam jumlah besar secara berkesinambungan. "Tapi jangan khawatir, kami menjamin bahwa daging Wagyu yang kami peroleh dari Aussie itu paling enak dan halal pula," begitu papar Wynda yang bulan Desember ini ke Australia untuk melihat langsung pengolahan daging wagyu.
Nah dari melihat langsung pemotongan sapi wagyu sampai penggolahannya inilah, Wynda menginformasikan bahwa penyembelihan sapi di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Rangers Valley Australia dilakukan oleh penjagal muslim bersertifikat. "Ini penting untuk diklaim halal. Penyembelihnya pun harus muslim dan disertifikasi Australian Halal Food Service," tutur Wynda yang akan membuka cabang ketiga Steak Hotel by Holycow di Jalan Sabang ini.
Eco-friendly
Jadi bagi kalian penikmat steak atau karnivore sejati, datanglah ke Steak Hotel by Holycow karena dijamin menu-menu steaknya halal, enak, serta juicy. Tidak hanya menunya yang terjamin kualitasnya, untuk Tempat Karnivore Pesta (TKP) juga nyaman serta ramah lingkungan. Penulis sendiri mendatangi TKP Steak Hotel by Holycow yang berada di Kemang. Begitu masuk ke dalam, penulis langsung disambut oleh Dyani Suhartini, Marcomm Manager Steak Hotel by Holycow.
Di TKP Kemang, ruangan terdiri dari dua lantai bertingkat. Lantai bawah berisi dapur pembakaran daging wagyu. Pengunjung bisa melihat sendiri bagaimana koki meng-grill steak. Ketika menuju ke lantai dua, penulis melihat quote "People Who Loves To Eat Are Always The Best People" terpajang di dinding penghubung antara tangga ke ruang makan. Di lantai dua, penulis disambut oleh warna merah menyala yang mendominasi dinding ruangan. Ruangan tetap nyaman karena warna merah menyala tidak beradu dengan sinar lampu yang terang benderang. Ya benar pendaran remang di lantai dua cukup dengan sejumlah lampu bohlam agar timbul nuansa ramah lingkungan.
[caption id="attachment_222798" align="aligncenter" width="640" caption="Mood Yang Timbul DariWarna Merah Menyala Membuat Pengunjung Makin Bergairah Menghabiskan Steak Wagyu"]
"Jangan salah kita menggunakan lampu bohlam bukan karena ingin menimbulkan kesan romantis di ruang makan ini, tetapi memang penghematan energi sesuai dengan campaign Steak Hotel yaitu eco-friendly. Masih banyak yang kita lakukan demi mengkampanyekan eco-friendly seperti desain bangunan TKP itu bekerjasama dengan arsitek tropis dan mendukung kegiatan-kegiatan bertema ramah lingkungan," ujar Dyani.
Untuk kerjasamanya dengan @ArsitekTropis, hasilnya adalah desain bangunan di TKP Radio Dalam terbuat dari kontainer bekas. Di TKP Kemang sendiri pintu masuk ruangan juga terbuat dari pintu kontainer. Sedangkan untuk kegiatan ramah lingkungan yang didukung Steak Hotel seperti sayuran Kangkung pendamping menu utama itu berasal dari komunitas @IDBerkebun.
Lengkaplah sudah mengenyam pengalaman berwisata kuliner di Steak Hotel by Holycow. Bagi kalian yang ingin mencicipi variasi steak di Steak Hotel, jangan khawatir harga masih terjangkau dibandingkan harga steak yang berada di hotel-hotel bintang lima. Kualitas sajiannya juga jangan diragukan karena sudah banyak media atau blogger yang mereview dengan nilai dua jempol. Untuk harga Wagyu Tenderlion, pengunjung tinggal membayar Rp 147. 500. Berturut-turut: Wagyu Rib Eye, Rp 109.000. Wagyu Sirloin, Rp 99.000. Wagyu Bolar Blade, 89.000, dan masih banyak variasi sajian steak dengan harga terjangkau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H