35 %
58 %
Tingkat kekerasan terhadap anggota keluarga
25 %
43 %
Sumber: dailymail.co.id dan mirror.co.id
Galau
Apa kita harus percaya 100 % terhadap penelitian itu? Menurut pimpinan peneliti Dr Sara Solnick "Mungkin ada hubungan sebab-akibat yang langsung, mungkin karena kandungan kafein dan gula dalam minuman ringan itu, atau mungkin ada faktor lain, belum ditemukan dalam analisis kami, yang menyebabkan tingginya hubungan antara mengkonsumsi minuman ringan dengan tingkat agresifitas," sebagaimana dikutip dari dailymail.co.id Artinya ada beberapa faktor lain yang menyebabkan perilaku kekerasan pada orang-orang muda.
Namun penelitian yang pertama kali dipublikasikan di situs online Injury Prevention Journal ini, mendukung kesimpulan penelitian yang dilakukan sebelumnya di Belanda dan Inggris. Diperkirakan gizi buruk yang didapat dari Franchise-Franchise Junk Food (termasuk minuman bersoda dan berkafein) bisa menjadi pemicu perilaku antisosial. Hal ini dimungkinkan karena itu mengarah ke tingkat rendahnya bahan kimia yang mengalir ke otak lalu mempengaruhi tingkat kegalauan kemudian dapat meningkatkan agresifitas seseorang.
Sederhananya begini, ada dua penyebab mengapa seseorang remaja sering galau? Pertama, ia terlalu banyak meminum kafein ditambah ia menderita gizi buruk. Mari mencirikan remaja yang terkena sindrome galau; (1). Ia mengutamakan perasaan gelisah daripada logika, (2) Akibat dari poin pertama, ia sesaat kehilangan tanggung jawab pribadi, (3). Lalu, ia mudah tersugesti pada situasi emosi yang destruktif. Nah, ada hubungannya kan antara tingkat kegalauan dengan perilaku anarkis?
Tiga Musim, Datang Secara Bersamaan
Sebagai penutup, coba perhatikan tiga musim (baca: fenomena sosial) yang datang hampir bersamaan, khususnya di Jakarta. Pertama, remaja perkotaan sebagian besar akhir-akhir ini lebih suka nongkrong dan gaul di Sevel. Tanggapan pun datang dengan merebaknya Sevel dimana-mana. Musim kedua, akhir-akhir ini juga di daerah Jakarta intensitas tawuran antar remaja (baik yang terjadi antar sekolahan maupun antar kampung) sering terjadi (coba baca media-media pemberitaan di tahun 2011). Dan musim terakhir ini sering terjadi di dunia maya, yakni sebagian besar remaja seringkali mewacanakan (menuliskan atau membicarakannya) kata “galau”. Kompas pun memperhatikan fenomena galau ini dengan menuliskannya di rubrik “komodifikasi” di hari Minggu (16/10).
Nah, apakah ketiga musim itu saling berhubungan? Penelitian yang dipaparkan di atas mungkin bisa menjawabnya. Atau, kalian ada jawaban lain?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H