Mohon tunggu...
Ahmad Zainudin
Ahmad Zainudin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tempat diskusi paling bebas dan aman adalah ruang kelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Argument: Mengenali Macam-macam Sesat Berpikir (Logical Fallacy)

4 Januari 2020   16:01 Diperbarui: 4 Januari 2020   16:02 4907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh

Ahmad Zainudin

Kita sebagai manusia memiliki kemampuan untuk membuktikan sesuatu fakta atau dengan kata lain kemampuan manusia untuk memahami sesuatu hal. Proses untuk memahami suatu hal tersebut adalah kemampuan penalaran. Setelah mampu bernalar, kita mampu  menghasilkan argumen. Kita membuat dan mendengar argumen setiap hari dan terkadang kita tidak sadar sudah menciptakan sebuah argumen.

Perlu diketahui argumen terdiri dari premise (alasan) dan conclusion (kesimpulan). Premis harus didukung dengan nalar, bukti pendukung, dan pernyataan. Berikut saya sediakan contoh sebuah argument yang logis:

- Premise 1: Seluruh manusia adalah makhluk hidup

- Premise 2: Einstein adalah manusia

- Conclusion: Einsten adalah makhluk hidup

Jika premise benar, maka kesimpulan pasti benar. Namun, ada beberapa kasus dimana kesimpulan dalam sebuah argumen dilandaskan kepada kemungkinan, seperti contoh:

- Premise 1:  Setiap hari sabtu murid-murid ekskul

- Conclusion: Sabtu depan anak-anak akan ekskul

Karena kemungkinan sabtu depan sekolah mengadakan kegiatan lomba, maka kemungkinan ekskul diliburkan.

Argumen bisa ditemukan dimana saja dalam diskursus publik. Kamu membuat argumen, dan kamu mendengar argumen. Persoalannya ketika kamu menemukan argumen, kamu akan menemukan sesat berpikir (Logical Fallacy) dalam argumen dan sesat berpikir dalam penalaran. Seperti contoh:

"Jangan menumbuhkan kumis, karena Hitler punya kumis, oleh karena itu, kamu akan menjadi seperti Hitler!"

Diatas merupakan contoh argument logical fallacy, tidak mungkin bisa ditarik kesimpulan jika menumbuhkan kumis maka seperti hitler atau seperti orang yahudi. Seperti kebanyakan masyarakat kita akhir-akhir ini mengaitkan dengan aspek Teologi (hal yang berhubungan dengan keyakinan agama)

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami cara beragumen dan berpikir yang benar dan dapat mengidentifikasi Logical fallacy dalam berargumen. Berikut 8 Logical Fallacy yang umum terjadi:

1. Circular Reasoning, terjadi ketika argumen diulangi berputar-putar tanpa dibuktikan. Di lain kata, dari pada menjelaskan kenapa sesuatu terjadi benar atau tidak benar, kamu hanya kembali kepada argument semula sebagai pendukung, contoh:

  • X: Menjual dan mengkonsumsi minuman keras itu salah karena melanggar hukum.
  • Y: Kenapa bisa melanggar hukum?
  • X: Karena itu salah.

2. Hasty Generalization, dimana membuat kesimpulan berdasarkan skala kecil tanpa mempertimbangkan seluruh fakta, contoh:

  • X: Saya banyak mantan pacar. Cowok di daerah A banyak php, begitu juga cowo di daerah B dan C. Saya simpulkan semua cowok di kota ini tukang php!
  • X: Ayahku merokok 3 bungkus sehari dan hidup sampai umur 70 tahun. Oleh karena itu merokok tidak terlalu buruk untukmu.

Kamu tidak bisa membuat kesimpulan secara umum hanya dengan mengambil beberapa contoh kasus. Seperti contoh pertama, bisa saja cowok di daerah lain di kota tersebut ada yang baik dan serius dalam berhubungan, dan kamu tidak bisa mengambil resiko untuk kesehatanmu dengan hanya meneliti satu kasus seorang pria perokok seperti contoh kedua. Hasty Generalization bisa dihindari dengan mengamati setiap aspek dari argumen yang dibahas.

3. Slippery slope, adalah satu langkah kejadian yang dimana satu langkah kecil bisa menimbulkan efek yang siginifikan biasanya negatif, persoalannya yang membuat argumen ini sesat adalah langkahnya yang terlalu panjang. Misal, A-B-C-D-M-P-V-Z. Kesimpulannya jika kita menginginkan A terjadi, maka Z yang tidak diinginkan akan terjadi artinya A semestinya tidak terjadi, seperti contoh:

  • X: Jika kamu tidak belajar di hari minggu, nilaimu akan kecil. Jika nilaimu kecil, kamu tidak akan lulus kuliah dengan predikat cumlaude, artinya kamu tidak mendapatkan pekerjaan. Jika kamu tidak mendapatkan pekerjaan, kamu akan tinggal di jalanan

Ini bisa disimpulkan, jika tidak belajar di hari minggu, kamu akan menjadi pengangguran. Namun dalam beberapa kasus, Slippery Slope sering dimunculkan dalam sesuatu lelucon hiburan.

4. Straw Man atau orang-orangan sawah dimana sesorang membuat argumen palsu untuk diserang agar bisa menipu orang-orang yang mendengar argumen tersebut, seperti contoh:

  • X: Bagaimana pendapatmu tentang penyebab banjir di jakarta?
  • Y: Saya belum membaca berita terkait untuk bisa menyimpukan faktor penting penyebab banjir di Jakarta.
  • X: Bagaimana bisa kamu tidak peduli dengan lingkungan? Kamu kan seorang akademis sekaligus peneliti harus cepat tanggap dong dengan kejadian terbaru. Ini soal bangsa!
  • Y: Saya hanya bilang belum mempelajari sumbernya bukan tidak peduli sesama.

5. Ad hominem, ini sering terjadi di dalam diskursus publik politik kita, dimana argumen tersebut ditujukan untuk menyerang pribadi seseorang, bukan menyerang argumen itu sendiri.

  • X: Pemerintah tidak berhak menghambat romansa seseorang untuk menikah dengan menerbitkan peraturan sertifikat layak nikah.
  • Y: Kenapa sibuk mengurus hal seperti ini. Anda sendiri sudah tua belum menikah. Atau,
  • X: Kamu sudah tes dan lulus beasiswa untuk melanjutkan S2. Kenapa kamu tidak ambil?
  • Y: Setelah saya pikir, saya masih ingin melanjutkan kemajuan di daerah ini tempat saya mengabdi. Saya diberi tanggung jawab lebih.
  • X: Ah bilang saja kamu malas untuk belajar dan mengincar proyek disini.

6. Appeal to emotion, ketika seseorang menggunakan bahasa berdasarkan emosi/ekspresi mencoba untuk mempengaruhi seseorang. Seperti contoh:

  • X : Saya layak untuk mendapatkan kesempatan kedua untuk mengumpulkan tugas tersebut. Minggu ini sangat sibuk bagiku. Saya selalu telat untuk latihan sepakbola, banyak tugas di pelajaran lain, dan saya baru saja putus.

Argument ini dibuat untuk mengklaim bahwa minggu ini apa yang dialaminya tidak sesuai rencana, dan menganggap hal tersebut tidak adil.

7. Appeal to belief, dimana sesorang menyampaikan argumen berdasarkan suatu kepercayaan yang diyakini bukan berdasarkan logika rasional untuk memberikan atau menyanggah suatu argumen.

  • X: Jangan memotong kuku di malam hari karena bisa menghilangkan rezeki besok, atau
  • X: Jangan duduk di depan pintu, bisa mendatangkan bencana.

Dua contoh argumen di atas adalah argumen yang dilandaskan kepercayaan zaman dulu. Bisa jadi sebenarnya, orang dilarang memotong kuku malam hari karena alasan zaman dulu belum ada penerangan yang memadai. Begitu juga duduk di depan pintu, ini bisa jadi benar mendatangkan bencana karena mengganggu orang untuk keluar-masuk melalui pintu. LOL.

Negara kita yang sangat mengentalkan aspek belief, seseorang bisa menghasilkan Logical Fallacy dalam dialog sehari-hari.

  • X: Kenapa kamu hobi liburan bukannya itu menghamburkan uang? Lebih baik ditabung karna kamu mau nikah tahun ini.
  • Y: Tidak perlu takut rezeki sudah ada yang ngatur.

Benar saya pribadi pun setuju rezeki sudah diatur oleh Tuhan, tapi alangkah rasionalnya jika Y menyanggah pernyataan X dengan memberi penjelasan logis seperti, "Saya sudah menyisihkan uang untuk liburan dan nikah. Jadi semuanya sudah dipersiapkan. Saya juga butuh dong reward untuk menyegarkan pikiran sebelum pernikahan".

8. False Dichotomy, ketika kita menganggap suatu argumen hanya ada dua pilihan alternatif kalau tidak baik ya buruk, atau kalau tidak A ya B, X atau Y. Meskipun sebetulnya masih banyak pilihan alternatif.

  • X: Silahkan duduk, kamu mau minum kopi atau susu?

Percakapan diatas merupakan False dichotomy bisa saja orang yang ditanya tidak ingin minum keduanya kopi dan susu, melainkan ingin minum jus. Hal lain, percakapan antara ibu dan anak dimana ibu meminta anaknya terhadap 2 pilihan:

  • X: Waktunya tidur.
  • Y: Bu, bisakah saya begadang atau menonton film dulu?
  • X: Sekarang kamu pilih mau tidur atau bangun sebentar selama 30 menit untuk membaca buku?
  • Y: Ini tidak adil!

Terakhir pernyataan horor false dichotomy dalam sebuah hubungan jika kekasihmu sedang marah cemburu dan bilang, "Kamu pilih dia atau aku??" Jawab saja, "Saya pilih keduanya."

Nah diatas merupakan beberapa Logical Fallacy yang banyak digunakan di masyarakat. Semoga kita lebih dapat berpikir secara logis dalam beragurmen dan mengenali Logical Fallacy dari argumen seseorang yang berusaha menipu kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun