Adegan yang menampilkan kota Pontianak dan kehidupan sehari-hari orang-orang di sana menciptakan kontras yang menarik dengan dunia dalam Thukul yang dinamis. Metode ini memberi penonton pemahaman betapa Thukul terisolasi dari dunia luar meskipun berada di tengah-tengah keramaian.
Pandangan dan Relevansi: "Istirahatlah Kata-kata" bukan sekedar film biografi; itu adalah sebuah karya yang mengajak kita untuk merenungkan apa arti keberanian dan kebebasan. Kisah hidup Wiji Thukul memberikan pesan bahwa perjuangan untuk keadilan dan kebenaran seringkali memerlukan pengorbanan besar. Meskipun ada risiko yang besar, kata-kata dan ide-ide yang kuat bisa menjadi alat perlawanan yang efektif.
Film ini juga menunjukkan betapa pentingnya mengingat dan menghormati mereka yang telah berjuang untuk hak asasi manusia dan kebebasan. Luka yang masih belum sembuh dalam sejarah Indonesia adalah kehilangan aktivis seperti Wiji Thukul pada masa Orde Baru. Melalui film ini, Yosep Anggi Noen berhasil menghidupkan kembali sosok Thukul, memberikan suara kepada mereka yang terbungkam, dan mengingatkan kita akan pentingnya terus berjuang untuk keadilan.
Kesimpulannya, "Istirahatlah Kata-kata" adalah film yang membuat Anda menangis dan berpikir. Film ini berhasil menangkap inti dari perjuangan Wiji Thukul dan relevansinya dengan perjuangan demokrasi di Indonesia melalui narasi yang lucu dan penggambaran yang mendalam. Sangat pantas untuk memberikan penghargaan ini kepada seorang penyair dan aktivis yang berani, yang meskipun dia telah meninggal dunia, tulisannya masih menginspirasi banyak orang.
Film ini tidak hanya menceritakan sejarah hitam Indonesia, tetapi juga membuat penonton berpikir tentang bagaimana kata-kata dapat membantu melawan ketidakadilan. Menurut Wiji Thukul, "Hanya ada satu kata: lawan!" adalah seruan yang masih relevan dan terus bergema hingga hari ini. Karya ini mengingatkan kita bahwa semangat perlawanan dan keadilan harus tetap ada dalam diri kita, meskipun kata-kata dapat berhenti berbicara.
Perjuangan Wiji Thukul masih relevan hingga hari ini. Kisah Thukul menjadi inspirasi untuk terus berjuang di tengah tantangan terhadap kebebasan berbicara dan penindasan di seluruh dunia. Kata-kata Thukul menunjukkan bahwa kita harus terus memperjuangkan kebenaran dan keadilan meskipun kita menghadapi risiko besar. "Stop the Words" bukan hanya sebuah film; itu adalah pengingat akan pentingnya suara-suara berani yang menentang tirani. Melalui kisah Wiji Thukul, kita diingatkan bahwa meskipun perjuangan untuk kebebasan dan hak asasi manusia adalah perjuangan yang panjang dan sulit, itu penting untuk terus berjuang.
Apa Guna
Apa guna punya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
Apa Guna
Apa guna punya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
Di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah
kongkalikong
dengan kaum cukong
Di desa-desa
rakyat dipaksa
menjual tanah
tapi, tapi, tapi, tapi
dengan harga murah
Apa guna punya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli
Apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu.
Nama: AHAMAD ZAKY AL GHIFARI
NPM: 41132506230013
Prodi: Ilmu Pemerintahan