Mohon tunggu...
ahmadzakyall
ahmadzakyall Mohon Tunggu... Lainnya - cuma manusia biasa yang di niai dari satu sisi

hobi bertanya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meretas Keheningan: Menggali Kebebasan dan Kegigihan Wiji Thukul dalam Film

31 Mei 2024   18:47 Diperbarui: 31 Mei 2024   19:09 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi sangat dilindungi oleh sistem hukum yang adil dan transparan.

Isi Kebijakan: - Reformasi Peradilan: Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses peradilan, termasuk pelatihan khusus untuk hakim dan jaksa tentang hak asasi manusia. - Perlindungan Terhadap Kriminalisasi: Memastikan bahwa undang-undang pidana tidak digunakan untuk mengkriminalisasi kebebasan berekspresi, dengan revisi atau pencabutan undang-undang yang rentan terhadap penyalahgunaan ini, seperti UU ITE. - Mekanisme Pengawasan: Menciptakan sistem yang memungkinkan para jaksa

4. Persetujuan dan Pelaksanaan Peraturan Internasional Hak Asasi Manusia

Alasan: Meskipun Indonesia telah meratifikasi beberapa instrumen hak asasi manusia internasional, pelaksanaannya masih perlu diperkuat.

Isi Kebijakan: Implementasi yang Konsisten: Mengadopsi dan menerapkan rekomendasi komite internasional hak asasi manusia dalam hukum dan kebijakan nasional; Pelaporan dan Evaluasi Berkala: Melaporkan dan menilai kemajuan dalam instrumen hak asasi manusia dan melibatkan masyarakat sipil dalam proses ini; Harmonisasi Hukum Nasional: Mengharmonisasi hukum nasional dengan standar internasional.

Tujuan dari kebijakan yang disebutkan di atas adalah untuk memperkuat sistem hukum dan lembaga yang ada di Indonesia untuk melindungi hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. Diharapkan situasi yang digambarkan dalam film "Istirahatlah Kata-kata" tidak akan terjadi di masa depan jika digunakan pendekatan yang komprehensif dan diterapkan secara efektif. Kebijakan ini harus dibuat dengan hati-hati dengan mempertimbangkan konteks sosial-politik Indonesia, memastikan partisipasi publik, dan menggunakan metode penyusunan perundang-undangan yang berkualitas.

Latar Belakang Sejarah dan Sosial: Film ini berpusat pada masa Orde Baru Indonesia di bawah pemerintahan Soeharto. Penyair Wiji Thukul, yang puisi-puisinya dengan lantang mengkritik ketidakadilan dan penindasan, dianggap sebagai representasi penentangan rakyat terhadap pemerintahan yang otoriter. Thukul adalah simbol dari suara rakyat yang tertindas yang berani mengatakan kebenaran meskipun menghadapi risiko besar.

Thukul menjadi buronan pemerintah pada tahun 1996 setelah kerusuhan 27 Juli. Ia harus meninggalkan keluarganya dan bersembunyi di tempat-tempat yang berbeda. Film "Istirahatlah Kata-kata" menggambarkan masa persembunyiannya di Pontianak, Kalimantan Barat. Dalam keadaan penuh ketakutan dan ketidakpastian, ia terus berjuang untuk menyelesaikan kata-kata yang ditulisnya.

Penampilan Wiji Thukul: Penampilan Gunawan Maryanto sebagai Wiji Thukul sangat mendalam dan kuat. Maryanto dapat memahami inti karakter Thukul, yaitu seorang pria yang sederhana namun penuh dengan dorongan untuk berlawanan. Dalam film ini, kita melihat Thukul sebagai seorang aktivis dan seorang individu biasa yang mengalami kesepian, merindukan keluarganya, dan menghadapi dilema moral.

Film ini menunjukkan kekuatan puisi Thukul. Kata-kata yang kuat dan menggugahnya menginspirasi banyak orang untuk melawan penindasan. Film ini juga menunjukkan sisi lain kekuatan kata-kata: bahwa kata-kata bisa sangat berbahaya bagi mereka yang mengucapkannya. Inilah yang membuat judul film "Istirahatlah Kata-kata" sangat sarat makna.

Yosep Anggi Noen menggunakan teknik sinematografi dengan gaya dokumenter, yang memberikan kesan yang kuat bahwa itu diambil dari dunia nyata. Dalam film ini, penggunaan ruang sangat penting karena banyak adegan di mana Thukul berada dalam ruangan gelap dan sempit yang mencerminkan perasaan terperangkap dan tidak percaya diri yang ia alami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun