"Ahh.."
Setelah kelelahan, Dio berhenti menindih dan menciumku kembali dengan sedikit permainan lidah. Kemudian berdiri membenarkan celana dan pakaian lalu membersihkan keringatku dan keringatnya.Â
Aku merasa aneh dengan sensasi ini, namun bikin candu. Aku mulai meraba sendiri tubuhku dan memandanginya wajahnya yang licin karena dibasahi keringat.
"Jangan kasih tau siapa-siapa, kasih tau aku saja jika ada apa-apa" ucapnya.
"Kenapa Dio?" suaraku agak serak.
"Gak kenapa-kenapa, kamu juga suka bukan?" jawabnya sambil membenarkan resleting celana.
Aku menatap diriku yang telah masuk dalam kubangan itu. Kotor! Ini yang membuatku menjadi pendendam kepada siapapun laki-laki hipokrit semacam ini!
Selang beberapa bulan, aku mendapati perubahan perut yang tidak seperti biasanya.Â
Awalnya kukira menjadi gemuk atau berat badan naik. Kekhawatiran terus menghantuiku. Setelah di cek lebih lanjut, ternyata diriku sedang hamil. Astaga! Aku segera menemui Dio dan mendampratnya di pojok kelas.
"Aku ingin berbicara empat mata denganmu!"
"Hmm.. Kita bicarakan ini nanti sepulang sekolah"