Buthun dan qalb, dua saksi,
Atas kebesaran Sang Ilahi.
Dalam lapar dan dalam rindu,
Keduanya berbisik: "Ya Rabbi."
Mata perut, mata hati,
Dua nikmat tak terperi.
Mengingatkan kita setiap waktu,
Akan kehadiran Yang Maha Esa.
Dalam puisi ini, saya menggunakan istilah Arab "'Ain al-Buthun" (عين البطون) yang berarti "mata perut" dan "'Ain al-Qalb" (عين القلب) yang berarti "mata hati". Puisi ini menggambarkan hubungan antara kebutuhan fisik (yang direpresentasikan oleh perut) dan kebutuhan spiritual (yang direpresentasikan oleh hati) dalam konteks pencarian makna dan kedekatan dengan Tuhan.
Beberapa poin penting :
1. 'Ain al-buthun dikaitkan dengan rasa lapar akan makna, sementara 'ain al-qalb dengan kehausan akan hikmah.
2. Kedua "mata" ini digambarkan sebagai alat untuk menembus hakikat yang lebih dalam dari realitas.
3. Puisi ini juga menyinggung konsep rezeki dan rahasia Ilahi, menghubungkan kebutuhan fisik dan spiritual dengan pencarian spiritual.
4. Ada referensi terhadap zikir dan doa, menunjukkan bagaimana kedua aspek ini berperan dalam ibadah dan pendekatan diri kepada Tuhan.
Mari kita kembali ke topik, setelah puisi ini. :
Naluri, Intuisi, dan Kebijaksanaan Tubuh: Menjembatani Biologi dan Metafisika.
picture Graph. TD.
  A[Tubuh] --> B[Sistem Peringatan]
  B --> C[Naluri Lapar]
  B --> D[Intuisi/'Mata Batin']
 Â
  E[Bahasa & Budaya] --> F[Butun/Perut dalam Bahasa Arab]
  F --> G['Mata Perut'/Intuisi Perut]
 Â
  H[Mitologi] --> I[Alarm Tubuh dalam Narasi Kultural]
 Â
  J[Biologi Kepercayaan] --> K[Pengaruh Pikiran pada Fungsi Tubuh]
 Â
  C --> L[Integrasi Naluri dan Intuisi]
  G --> L
  I --> L
  K --> L
Tubuh manusia adalah sebuah sistem yang kompleks, tidak hanya dalam aspek biologisnya, tetapi juga dalam cara ia berkomunikasi dengan kesadaran kita. Esai ini mengeksplorasi hubungan antara naluri biologis, intuisi metafisik, dan bagaimana keduanya membentuk apa yang bisa kita sebut sebagai "kebijaksanaan tubuh".
Naluri sebagai Sistem Peringatan Biologis.
Naluri, seperti rasa lapar, adalah mekanisme dasar yang telah berkembang melalui evolusi untuk memastikan kelangsungan hidup kita. Damasio (1994) dalam bukunya "Descartes' Error" menjelaskan bagaimana emosi dan perasaan, termasuk naluri dasar seperti lapar, berperan penting dalam proses pengambilan keputusan dan kesadaran diri[1]. Naluri-naluri ini beroperasi pada tingkat yang lebih dalam dari kesadaran kita, sering kali mendahului pemikiran rasional.