Segata ; Pantun Lampung Menceritakan Nasihat & Asal-usul - Yang Bukan Terkait, Sejarah.
Dalam budaya Lampung yang kaya, terdapat dua tradisi lisan yang menarik untuk dibahas: Segata dan Pantun. Meskipun keduanya merupakan bentuk sastra lisan, mereka memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda dalam masyarakat Lampung. Esai ini akan mengeksplorasi Segata dan Pantun Lampung, dengan fokus pada nasihat yang terkandung di dalamnya serta asal-usulnya, sambil menekankan bahwa keduanya tidak terkait secara langsung dalam sejarah.
Segata: Nasihat dalam Bentuk Puisi (Sastra -Lisan).
Segata adalah bentuk puisi tradisional Lampung yang biasanya disampaikan secara lisan. Puisi ini sering digunakan untuk memberikan nasihat, petuah, atau ajaran moral kepada pendengarnya. Segata memiliki struktur yang khas, biasanya terdiri dari bait-bait pendek dengan rima yang teratur. Nasihat yang disampaikan melalui Segata mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti:
1. Etika dalam bermasyarakat
2. Pentingnya menghormati orang tua dan sesama
3. Nilai-nilai kejujuran dan kerja keras
4. Anjuran untuk menjaga tradisi dan adat istiadat
Asal-usul Segata tidak dapat dipastikan secara tepat, namun tradisi ini telah ada sejak lama dan diturunkan dari generasi ke generasi. Segata menjadi bagian integral dari upaya masyarakat Lampung untuk melestarikan nilai-nilai luhur mereka melalui sastra lisan.
Pantung Lampung: Kisah Asal-usul dalam Bentuk Cerita.
Di sisi lain, Pantun Lampung adalah bentuk cerita rakyat atau legenda yang juga disampaikan secara lisan. Berbeda dengan Segata yang berfokus pada nasihat, Pantun Lampung lebih sering menceritakan asal-usul suatu tempat, suku, atau tradisi dalam masyarakat Lampung. Beberapa karakteristik Pantun Lampung meliputi, kemungkinan, narasi yang lebih panjang dan detail dibandingkan Segata. Dan, seringkali mengandung unsur-unsur supernatural atau magis, dalam menjelaskan fenomena alam atau sosial melalui cerita.Â
Dan, dapat juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat identitas kultural. Asal-usul Pantun Lampung juga sulit dilacak secara pasti, dalam pengertian suatu kodifikasi karya literal di dalam sejarah suku Lampung, namun tradisi ini telah menjadi bagian penting dalam menjaga dan mentransmisikan sejarah oral masyarakat Lampung.
Perbedaan dan Ketidakterkaitan.
Meskipun Segata dan Pantun Lampung sama-sama merupakan tradisi lisan, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan, di dalam bentuknya, segata berbentuk puisi lama atau pantun, sementara fungsi utama, segata lebih berfokus pada pemberian nasihat, sedangkan pantun dalam pengertian tradisi Lampung lebih menekankan pada penceritaan asal-usul. Dan, dari struktur panjang, dimana, Segata cenderung lebih pendek dan padat, sementara Pantun Lampung biasanya lebih panjang dan terperinci.Â
Adalah hal, penting untuk dicatat bahwa meskipun keduanya berasal dari tradisi Lampung, Segata dan Pantun Lampung tidak memiliki keterkaitan langsung dalam sejarah perkembangannya. Keduanya berkembang secara paralel sebagai bentuk ekspresi budaya yang berbeda dalam masyarakat Lampung.
Segata dan Pantun Lampung, keduanya dalam struktur isilah yang berbeda dalam kontekstuasi dari prioritas topik di dalam khazanahnya, segata adalah suatu karya yang berbentuk mirip secara komposisional pantun secara umum, mewakili kekayaan tradisi lisan dalam budaya Lampung. Meskipun keduanya memiliki fungsi dan bentuk yang berbeda, baik Segata maupun Pantun Lampung sama-sama berperan penting dalam melestarikan nilai-nilai, sejarah, dan identitas masyarakat Lampung.Â
Memahami dan menghargai kedua bentuk sastra lisan ini tidak hanya penting bagi masyarakat Lampung sendiri, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin memahami keragaman dan kekayaan budaya Indonesia secara lebih mendalam.
Segata: Nasihat dalam Bentuk Puisi.
Seperti di atas, bahwa nasihat yang disampaikan melalui Segata mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti, dalam konteks nilai-nilai tradisi, etika di dalam bermasyarakat, atau, pentingnya menghormati orang tua dan sesama, nilai-nilai kejujuran dan kerja keras, anjuran untuk menjaga tradisi dan adat istiadat, atau, nasihat tentang perkawinan, dan petuah mengenai kematian dan kehidupan setelah kematian.
Nasihat Perkawinan dalam Segata
Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Lampung. Segata sering digunakan untuk memberikan nasihat kepada pasangan yang akan menikah atau yang baru menikah. Beberapa nasihat perkawinan yang umum ditemui dalam Segata antara lain, seacara umum topiknya, adalah, seperti, pentingnya menjaga keharmonisan rumah tangga, dan tanggung jawab suami dan istri dalam keluarga, atau cara mengatasi perselisihan dengan bijaksana, dan pentingnya saling menghormati dan menghargai pasangan, dan anjuran untuk mempersiapkan generasi penerus yang baik
Contoh bait Segata tentang nasihat perkawinan (dalam bahasa Lampung dan terjemahannya):
Guwai sai niku mulai
Dang lupa jama janji
Rasanni rumah tangga sai suci
Haga dijaga setiap rani
Pekerjaan yang engkau mulai
Jangan lupa pada janji
Pekerjaan rumah tangga yang suci
Harus dijaga setiap hari
Petuah tentang Kematian dalam Segata.
Kematian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan masyarakat Lampung juga memiliki kearifan lokal dalam menghadapi peristiwa ini. Segata yang berisi petuah tentang kematian sering disampaikan dalam upacara pemakaman atau peringatan kematian. Beberapa nasihat terkait kematian yang sering muncul dalam Segata meliputi, pesan-pesan, pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian, atau anjuran untuk selalu berbuat baik selama hidup, pesan-pesan, nasihat untuk keluarga yang ditinggalkan agar tabah dan sabar, pesan peringatan bahwa kematian bisa datang kapan saja, dan atau; pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama selama hidup
Contoh bait Segata tentang kematian (dalam bahasa Lampung dan terjemahannya):
Mati khani wat waktuni
Mak ngedok urik sai kekal di dunya
Bekal akhirat sai utamani
Amal ibadah jama sesama
Kematian juga ada waktunya
Tidak ada hidup yang kekal di dunia
Bekal akhirat yang utama
Amal ibadah pada sesama
Nasihat-nasihat ini mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat Lampung dalam menghadapi peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan. Melalui Segata, kebijaksanaan ini diwariskan dari generasi ke generasi, membantu masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan menghadapi tantangan-tantangan yang muncul. (awe).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H