Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Perlunya Suatu Perubahan dalam Ketepatan Situasi Momentum: "Sudah Waktunya" (Re-file, (alm), Nurcholis Madjid, Cak Nur, Terkait Munas Golkar Ke-5)

22 September 2024   01:37 Diperbarui: 22 September 2024   01:48 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber gambar wikipedia.

Perlunya Suatu Perubahan Dalam Ketepatan Situasi Momentum: "Sudah Waktunya" (interview, Nurcholis Madjid, alm).


Politik Keterbukaan dan Pilar-Pilar Kedewasaan Politik.

Dalam konteks Munas kelima Golkar dan perubahan politik Indonesia secara luas, konsep politik keterbukaan dan kedewasaan politik menjadi sangat relevan. Kedua aspek ini menjadi kunci dalam memahami dan mengarahkan transisi demokrasi Indonesia pasca Orde Baru. Dimana, akuntabilitas atau keterbukaan ruang politik, sebagai politik keterbukaan, di dalam, dimensinya, politik keterbukaan merujuk pada sistem politik yang mengedepankan transparansi, partisipasi publik, dan akuntabilitas. Dalam era pasca Orde Baru, termasuk bagi Golkar, ini berarti, menggeser suatu klasifikasi sikap politik kepada, transparansi, sebagai, keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan organisasi. Maupun, dalam hal, penyelenggaraan, partisipasi, secara luas, dalam membuka ruang bagi keterlibatan anggota dan masyarakat dalam proses politik. Baik, juga adalah merupakan, terlaksananya, akses informasi, yang memastikan informasi politik tersedia dan dapat diakses oleh publik. Sehingga, terciptanya, kebebasan berpendapat, dalam menghargai dan memfasilitasi perbedaan pendapat dalam partai dan masyarakat. Yang memungkinkan, kompetisi secara sehat, sebagai upaya yang mendorong kompetisi politik yang adil dan terbuka. Yang menegakkan pilar-pilar kedewasaan politik di dalam negeri, sebagai kedewasaan politik yang menjadi tolak ukur dan meliputi, fondasi penting dalam membangun sistem demokrasi yang stabil dan berkelanjutan. Seperti, beberapa hal, yang berupa pilar utama kedewasaan politik meliputi, bertumbuh dan berkembangnya, literasi politik, dalam meningkatkan, pemahaman masyarakat tentang sistem politik, hak, dan tanggung jawab warga negara. Sebagai, sarana, peningkatan, kemampuan untuk menganalisis isu-isu politik secara kritis. Yang secara, etis, membangun sikap dan etika politik, di dalam, penerapan nilai-nilai moral dan etika dalam praktik politik. Dalam dilema yang menghindari politik uang dan praktik-praktik koruptif. Yang, juga, dapat menciptakan sikap, toleransi dan pluralisme, sehingga tercipta suasana konstelasi untuk saling menghargai, keberagaman pendapat dan latar belakang dalam masyarakat. Dalam, peningkatan dan pertumbuhan, serta kembangnya, kemampuan untuk berkompromi dan mencapai konsensus. Dan, dalam koridor partisipasi yang aktif,  menjembatani keterlibatan masyarakat dalam proses politik tidak hanya saat pemilu. Di dalam, pengawasan aktif terhadap kinerja pemerintah dan wakil rakyat.

Selanjutnya, perihal di atas, merupakan juga fondasi yang sangat penting dalam kaitannya keterbukaan politik, sebagai transisi era, dimana, lnstitusionalisasi politik, sebagai sumberdaya dan jalan, menuju, penguatan kapasitas, dalam penguatan lembaga-lembaga demokrasi. Untuk, dapat membangun sistem checks and balances yang efektif. Di dalam, kemandirian politik, akan kemampuan untuk membuat keputusan politik berdasarkan prinsip dan ideologi, bukan sekedar pragmatisme jangka pendek. Serta, perihal, independensi dari tekanan kepentingan ekonomi atau asing yang tidak sesuai dengan kepentingan nasional.

Kemudian, selanjutnya adalah, dimana, sektor kebudayaan yakni, budaya dialog, di dalam, mengedepankan diskusi dan debat konstruktif dalam menyelesaikan perbedaan. Demi, menghindari politik identitas dan polarisasi yang destruktif. Di dalam konteks Munas kelima Golkar dan perkembangan politik Indonesia selanjutnya, penerapan politik keterbukaan dan pengembangan pilar-pilar kedewasaan politik ini menjadi tantangan sekaligus peluang. Bagi Golkar, ini berarti transformasi dari partai yang dahulu identik dengan kekuasaan Orde Baru menjadi partai yang lebih terbuka, partisipatif, dan mampu berkontribusi positif dalam membangun kedewasaan politik nasional. Proses ini tentu tidak mudah dan membutuhkan waktu. Namun, dengan komitmen yang kuat untuk menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan dan terus-menerus membangun pilar-pilar kedewasaan politik, baik Golkar maupun sistem politik Indonesia secara keseluruhan dapat bergerak menuju demokrasi yang lebih matang dan berkelanjutan.

Tantangan ke depan adalah bagaimana mentransformasi ide-ide ini menjadi praktik politik sehari-hari, tidak hanya dalam lingkup partai tetapi juga dalam interaksi antar partai dan dalam hubungan antara partai dengan masyarakat luas. Ini membutuhkan tidak hanya perubahan struktural tetapi juga perubahan mindset dan budaya politik yang mengakar.(Nurcholis Madjid, Cak Nur, Interview RCTI, Terkait Munas Golkar Ke-5). Dalam konteks Munas kelima Golkar dan perubahan politik di Indonesia pasca Orde Baru, frasa "Sudah Waktunya" yang sering digunakan oleh Nurcholish Madjid menjadi sangat relevan. Frasa ini menekankan pentingnya memahami dan memanfaatkan momentum perubahan dengan tepat. Beberapa aspek penting terkait hal ini antara lain, yakni kematangan situasi yang di refresentasikan pada frase yang diungkapkan oleh, cendeikiawan muslim Indonesia, Nurcholis Madjid, "Sudah Waktunya" mengindikasikan bahwa situasi politik dan sosial telah matang untuk perubahan. Dalam konteks Golkar dan Indonesia secara umum, ini merujuk pada kesiapan masyarakat dan institusi politik untuk bergerak menuju sistem yang lebih terbuka dan demokratis. Dalam pandangan ini, menungkapkan, akan kebutuhan untuk adanya, urgensi tindakan, yang ini juga, menyiratkan adanya urgensi untuk bertindak. Bagi Golkar, ini berarti bahwa menunda reformasi internal dan adaptasi terhadap era baru bukan lagi pilihan yang viable. Pernyataan, yang di liput pada interview oleh, RCTI, Cak Nur, memandang momentum historis, sebagai penafsiran atas yang diukapkannya, dalam kalimat frase, "Sudah Waktunya" menandai suatu momentum historis di mana peluang untuk perubahan signifikan terbuka lebar. Munas kelima Golkar terjadi pada saat yang tepat untuk memanfaatkan momentum reformasi nasional.

                             Hal, ini, meurapakan bentuk pengamatan akan, munculnya suatu, kesadaran Kolektif, oleh tokoh seperti Cak Nur mencerminkan adanya kesadaran kolektif bahwa perubahan tidak hanya diinginkan, tetapi juga diperlukan dan memungkinkan. Baik, dalam bentuk menjawab tantangan ataupun, pada implementasinya, yang meskipun situasi sudah tepat untuk perubahan, implementasinya tetap merupakan tantangan. "Sudah Waktunya" tidak berarti perubahan akan terjadi dengan sendirinya, melainkan memerlukan upaya konkret dan konsisten. Di hal yang bernada lain, bahwa secara mikro dan makro dapat memberi suatu akibat, berupa risiko kehilangan momentum, pada risiko bahwa jika momentum ini tidak dimanfaatkan dengan baik, peluang untuk perubahan signifikan bisa hilang. Bagi Golkar dan sistem politik Indonesia, ini berarti ada urgensi untuk bertindak cepat namun terukur. Meskipun, Golkar akan sedikit menderita. Dalam gradusi dan perubahan yang bertahap, tidak selalu berarti perubahan harus terjadi secara drastis. Dalam konteks Golkar dan transisi demokrasi Indonesia, ini bisa diartikan sebagai dimulainya proses perubahan bertahap yang konsisten.
Hal ini, sepertinya, Cak Nur mencoba, dalam hal ini juga mengajak untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap praktik-praktik politik lama. Bagi Golkar, ini berarti mengevaluasi peran dan posisinya dalam lanskap politik baru Indonesia. Dengan memahami dan merespon tepat terhadap situasi "Sudah Waktunya" ini, Golkar melalui Munas kelimanya, dan Indonesia secara keseluruhan, berpeluang untuk melakukan transformasi politik yang substansial. Transformasi ini tidak hanya tentang perubahan struktur atau kebijakan, tetapi juga perubahan mindset dan budaya politik yang lebih selaras dengan prinsip-prinsip demokrasi dan keterbukaan.
Dalam konteks yang lebih luas, pemahaman akan momentum "Sudah Waktunya" ini menjadi kunci dalam mengarahkan perubahan politik Indonesia menuju demokrasi yang lebih matang dan berkelanjutan. Ini menuntut kesadaran, keberanian, dan komitmen dari semua pihak untuk memanfaatkan momentum perubahan demi masa depan politik Indonesia yang lebih baik.

Harga Keterbukaan Di dalam Pandangan Nurcholish Madjid : Re-file, Seputar Munas Golkar Ke -5.

Mengakhiri pembahasan tentang perubahan politik pasca Orde Baru dan Munas kelima Golkar, penting untuk mengingat kembali pemikiran Nurcholish Madjid tentang "harga" yang harus dibayar dalam era keterbukaan. Dalam konteks Munas Golkar dan perubahan politik yang lebih luas, Cak Nur menekankan beberapa poin kritis. Secara, Independent, politik independent, dimana, Cak Nur berpendapat secara merdeka, bahwa keterbukaan politik bukan hanya memberi kebebasan, tetapi juga menuntut tanggung jawab yang lebih besar dari seluruh elemen masyarakat. Dalam konteks Golkar, ini berarti partai harus siap menghadapi kritik dan kompetisi terbuka. Dimana, era keterbukaan membawa risiko ketidakpastian politik. Bagi Golkar dan partai-partai lain, ini berarti tidak ada jaminan kekuasaan absolut seperti di masa lalu. Cak Nur menekankan bahwa ini adalah "harga" yang harus dibayar untuk demokrasi yang lebih sehat. Dan proses pembelajaran, bagi bangsa, menurut Cak Nur, masa transisi menuju politik terbuka adalah proses pembelajaran yang mungkin akan diwarnai dengan berbagai kesalahan. Ia menekankan pentingnya kesabaran dan kematangan dalam menghadapi proses ini. Terkait, Munas ke-lima (5) Golkar, dimana, memungkinkan, perubahan paradigma, yang diamati, oleh, Cak Nur menyoroti bahwa harga terbesar yang harus dibayar adalah perubahan paradigma berpikir. Bagi Golkar, ini berarti meninggalkan mentalitas partai hegemonik dan beradaptasi dengan realitas multipartai. Yang muncul, sebagai, kompromi dan negosiasi, di dalam konstelasi politik terbuka, kemampuan berkompromi Golkar, dan bernegosiasi menjadi krusial. Cak Nur menekankan bahwa ini adalah "harga" yang harus dibayar untuk mencapai konsensus dalam masyarakat yang plural. Nurcholish Madjid melihat bahwa harga keterbukaan ini, meskipun tinggi, adalah investasi yang diperlukan untuk masa depan demokrasi Indonesia yang lebih baik. Bagi Golkar, Munas kelima menjadi momen penting untuk mulai "membayar" harga ini, dengan melakukan reformasi internal dan beradaptasi dengan tuntutan era baru. Dalam refleksinya, Cak Nur mengingatkan bahwa transisi menuju politik terbuka bukanlah proses yang mudah atau cepat. Namun, ia meyakini bahwa jika semua pihak, termasuk Golkar, bersedia membayar "harga" ini dengan sungguh-sungguh, Indonesia akan dapat membangun fondasi demokrasi yang lebih kokoh dan berkelanjutan. Dengan demikian, Munas kelima Golkar tidak hanya menjadi titik balik bagi partai tersebut, tetapi juga menjadi cerminan dari perjalanan bangsa Indonesia menuju politik yang lebih terbuka, partisipatif, dan demokratis - sebuah perjalanan yang, menurut Cak Nur, layak untuk diperjuangkan meski dengan harga yang tidak murah.

Munas Kelima Golkar: Titik Balik dalam Dinamika Politik Indonesia : Suatu Tolak Ukur Dari Sudut Pandang Dinamis, Pemerhati Politik.

Sudah Waktunya, "Cak Nur": Golkar Melemah, Politik Independent, Terbuka, Baik Secara Makro, Meski Tidak Secara Micro.

Seiring dengan berlangsungnya Munas kelima Golkar dan perubahan yang terjadi dalam tubuh partai, muncul suara-suara yang menggaungkan kebutuhan akan perubahan yang lebih mendasar dalam lanskap politik Indonesia. Salah satu tokoh yang paling vokal dalam menyuarakan perubahan ini adalah Nurcholish Madjid, atau yang lebih dikenal dengan panggilan "Cak Nur".

Peran Cak Nur dalam Wacana Politik Pasca-Orde Baru

Nurcholish Madjid, seorang cendekiawan Muslim terkemuka, telah lama menjadi suara kritis terhadap sistem politik Indonesia. Pasca Orde Baru, pemikirannya tentang politik yang lebih terbuka dan independen semakin mendapat momentum. Cak Nur berpendapat bahwa sudah waktunya Indonesia bergerak menuju sistem politik yang lebih inklusif dan partisipatif.

Dimana pada skala micro, mungkin akan agak sedikit menderita, dan melemahnya Golkar dan implikasi mikronya, yakni, melemahnya Golkar sebagai kekuatan politik dominan membuka ruang bagi munculnya politik yang lebih independen dan terbuka. Fenomena ini dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai pembelajaran, yang beberapa hal mungkin terjadi, sebagai implikasi mikro intern, seperti, diversifikasi kekuatan politik dan berkurangnya dominasi Golkar memungkinkan partai-partai lain dan tokoh-tokoh independen untuk memainkan peran yang lebih signifikan dalam politik nasional. Dan juga bisa, mengarah kepada keberadaan, pergeseran paradigma, dimana secara mikro yang terjadi pergeseran dari politik yang berbasis patronase menuju politik yang lebih berbasis pada ide dan program. Namun, dalam segi makro, peningkatan partisipasi publik, seperti, melemahnya struktur politik lama mendorong masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses politik.

Makro vs Mikro: Tantangan Implementasi.

Meskipun secara makro terlihat adanya pergeseran menuju politik yang lebih terbuka dan independen, implementasinya pada tingkat mikro masih menghadapi berbagai tantangan, yang berupa, seperti, resistensi elit lama, dan serta, banyak elit politik lama yang masih mempertahankan pola dan praktik politik Orde Baru. Juga, di lain sisi, merupakan suatu sarana, bagi, infrastruktur politik, sebagai sistemik, dan infrastruktur politik di tingkat akar rumput belum sepenuhnya mendukung politik yang lebih terbuka. Atau berupa terjadinya, kesenjangan edukasi politik, yang masih terdapat kesenjangan dalam pemahaman dan partisipasi politik antara masyarakat urban dan rural.


Jalan Panjang Menuju Politik Terbuka.

Pernyataan "Sudah waktunya" yang digaungkan oleh Cak Nur dan pemikir lainnya mencerminkan optimisme sekaligus urgensi untuk perubahan. Melemahnya Golkar memang membuka peluang bagi politik yang lebih independen dan terbuka, namun proses ini masih merupakan jalan panjang yang membutuhkan komitmen dari semua elemen masyarakat. Tantangan ke depan adalah bagaimana menjembatani kesenjangan antara perubahan makro yang terlihat menjanjikan dengan realitas mikro yang masih kompleks. Diperlukan upaya berkelanjutan dalam pendidikan politik, penguatan institusi demokrasi, dan transformasi budaya politik untuk benar-benar mewujudkan visi politik yang independen dan terbuka sebagaimana diimpikan oleh tokoh-tokoh seperti Cak Nur.

Munas Kelima Golkar: Titik Balik dalam Dinamika Politik Indonesia.

Musyawarah Nasional (Munas) kelima Partai Golkar yang diselenggarakan pada tahun 1998 menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah politik Indonesia. Acara ini berlangsung di tengah gejolak politik yang intens, tepat setelah jatuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade. Munas ini tidak hanya menandai perubahan internal dalam tubuh Golkar, tetapi juga mencerminkan pergeseran lanskap politik nasional yang lebih luas. Yang di dalam, konteks historisnya, Golkar, yang selama era Orde Baru menjadi kendaraan politik utama Presiden Soeharto, menghadapi krisis identitas dan legitimasi setelah mundurnya sang presiden. Munas kelima ini menjadi ajang krusial bagi partai untuk mendefinisikan ulang perannya dalam era reformasi yang baru dimulai. Sebagai, agenda utama, dari beberapa agenda kunci dalam Munas kelima Golkar meliputi, yakni pemilihan ketua umum baru, dan restrukturisasi organisasi, perumusan platform partai untuk menghadapi era reformasi, serta, upaya membangun kembali citra partai di mata publik setelah dampak dan konsekuensi, perubahan konstelasi politik, hasil dari munas kelima ini yang membawa beberapa implikasi penting, termasuk, perubahan kepemimpinan, dari terpilihnya ketua umum baru menandai era baru dalam kepemimpinan Golkar, yang berusaha memisahkan diri dari bayang-bayang Orde Baru. Terutama, reformasi internal Golkar melakukan sejumlah reformasi internal untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan demokrasi yang lebih terbuka. Dan, repositioning politik oleh partai ini yang berupaya mereposisi dirinya sebagai partai yang lebih modern dan responsif terhadap aspirasi rakyat. Setidaknya, dalam tantangan elektoral, Pemilu, yang meskipun tetap menjadi salah satu partai besar, Golkar menghadapi tantangan berat dalam pemilu-pemilu berikutnya karena persepsi publik yang masih mengaitkannya dengan rezim lama. Munas kelima Golkar merupakan titik balik yang signifikan, tidak hanya bagi partai itu sendiri tetapi juga bagi lanskap politik Indonesia secara keseluruhan. Acara ini menandai dimulainya era baru di mana partai-partai politik, termasuk Golkar, harus beradaptasi dengan sistem multipartai yang lebih kompetitif dan tuntutan demokrasi yang lebih substantif. Meski demikian, proses transformasi Golkar dari partai hegemonik Orde Baru menjadi partai yang benar-benar demokratis bukanlah proses yang singkat atau mudah. Munas kelima hanyalah awal dari serangkaian perubahan yang terus berlangsung hingga saat ini, mencerminkan dinamika politik Indonesia yang terus berevolusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun