Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Analogi Kisah Naratif: Dua Sisi Mata Uang Pemikiran antara Nalar Logis & "Akal Sehat"

15 Agustus 2024   05:12 Diperbarui: 15 Agustus 2024   09:11 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ini mengarah pada pemahaman bahwa relasi strategis antara nalar logis dan "akal sehat" terletak pada kemampuan untuk menjembatani keduanya. Kebijakan yang efektif harus mampu menerjemahkan logika yang rumit menjadi narasi yang resonan dengan pemahaman umum masyarakat.

Jembatan di Atas Jurang Pemahaman


Dr. Amelia mulai memahami bahwa tugasnya bukan hanya merancang kebijakan yang logis, tapi juga membangun jembatan pemahaman. Ia mulai merevisi proposalnya, kali ini dengan pendekatan yang berbeda.

1. Narasi yang Menghubungkan: Ia menambahkan cerita-cerita nyata tentang bagaimana transisi energi telah mengubah kehidupan masyarakat di negara lain.

2. Visualisasi yang Intuitif: Grafik-grafik rumit diganti dengan infografis yang lebih mudah dipahami, menunjukkan dampak kebijakan dalam konteks kehidupan sehari-hari.

3. Implementasi Bertahap: Kebijakan diubah menjadi tahapan-tahapan kecil yang lebih mudah diterima, alih-alih perubahan besar yang mengejutkan.

4. Dialog Terbuka: Rencana untuk melibatkan masyarakat dalam diskusi dan mendapatkan umpan balik ditambahkan, menciptakan rasa kepemilikan bersama atas kebijakan.

Epilog: Harmoni dalam Kebijakan.


Beberapa bulan kemudian, Dr. Amelia berdiri di podium, mempresentasikan kebijakannya yang telah direvisi. Kali ini, tanggapan yang ia terima jauh berbeda. Ada anggukan pemahaman, pertanyaan yang konstruktif, bahkan dukungan dari kelompok yang sebelumnya menentang.

Nalar logis dan "akal sehat" akhirnya menemukan harmoni dalam kebijakan ini. Bukan berarti semua orang setuju, tapi setidaknya ada pemahaman bersama. Dr. Amelia tersenyum, menyadari bahwa inilah esensi dari pembuatan kebijakan yang efektif: memadukan kecerdasan analitis dengan kebijaksanaan kolektif masyarakat.

Dalam perjalanan pulang, Dr. Amelia merenungkan kembali prosesnya. Ia menyadari bahwa relasi strategis antara nalar logis dan "akal sehat" bukanlah tentang memilih salah satu, melainkan tentang orchestrasi keduanya dalam simfoni kebijakan yang harmonis. Inilah tantangan sejati bagi para pembuat kebijakan di era modern---menjadi konduktor yang mahir dalam memadukan nada-nada logika dengan melodi intuisi publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun