Ini mengarah pada pemahaman bahwa relasi strategis antara nalar logis dan "akal sehat" terletak pada kemampuan untuk menjembatani keduanya. Kebijakan yang efektif harus mampu menerjemahkan logika yang rumit menjadi narasi yang resonan dengan pemahaman umum masyarakat.
Jembatan di Atas Jurang Pemahaman
Dr. Amelia mulai memahami bahwa tugasnya bukan hanya merancang kebijakan yang logis, tapi juga membangun jembatan pemahaman. Ia mulai merevisi proposalnya, kali ini dengan pendekatan yang berbeda.
1. Narasi yang Menghubungkan: Ia menambahkan cerita-cerita nyata tentang bagaimana transisi energi telah mengubah kehidupan masyarakat di negara lain.
2. Visualisasi yang Intuitif: Grafik-grafik rumit diganti dengan infografis yang lebih mudah dipahami, menunjukkan dampak kebijakan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
3. Implementasi Bertahap: Kebijakan diubah menjadi tahapan-tahapan kecil yang lebih mudah diterima, alih-alih perubahan besar yang mengejutkan.
4. Dialog Terbuka: Rencana untuk melibatkan masyarakat dalam diskusi dan mendapatkan umpan balik ditambahkan, menciptakan rasa kepemilikan bersama atas kebijakan.
Epilog: Harmoni dalam Kebijakan.
Beberapa bulan kemudian, Dr. Amelia berdiri di podium, mempresentasikan kebijakannya yang telah direvisi. Kali ini, tanggapan yang ia terima jauh berbeda. Ada anggukan pemahaman, pertanyaan yang konstruktif, bahkan dukungan dari kelompok yang sebelumnya menentang.
Nalar logis dan "akal sehat" akhirnya menemukan harmoni dalam kebijakan ini. Bukan berarti semua orang setuju, tapi setidaknya ada pemahaman bersama. Dr. Amelia tersenyum, menyadari bahwa inilah esensi dari pembuatan kebijakan yang efektif: memadukan kecerdasan analitis dengan kebijaksanaan kolektif masyarakat.
Dalam perjalanan pulang, Dr. Amelia merenungkan kembali prosesnya. Ia menyadari bahwa relasi strategis antara nalar logis dan "akal sehat" bukanlah tentang memilih salah satu, melainkan tentang orchestrasi keduanya dalam simfoni kebijakan yang harmonis. Inilah tantangan sejati bagi para pembuat kebijakan di era modern---menjadi konduktor yang mahir dalam memadukan nada-nada logika dengan melodi intuisi publik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H