Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Logika Fuzzy - "Something In Your Ice": Problem Fonetik Kedua

11 Agustus 2024   10:58 Diperbarui: 11 Agustus 2024   11:00 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Dan Sistem Pengaburan Makna Bahasa - Dalam; Logika - Fuzzy Languge.

Sebelum   ---    

  masuk lebh detail, adalah  apa yang kemudian di maksud terkait konteks ini sebagai suatu bias bahasa atau mengacu pada landasan sistem logika fuzzy, yakni :

Logika fuzzy adalah suatu bentuk logika bernilai banyak di mana nilai kebenaran variabel dapat berupa bilangan real antara 0 dan 1. Logika ini digunakan untuk menangani konsep kebenaran parsial, di mana nilai kebenaran dapat berkisar antara sepenuhnya benar dan sepenuhnya salah. . [ 1 ] Sebaliknya, dalam logika Boolean , nilai kebenaran variabel hanya boleh berupa nilai integer 0 atau 1.

Istilah logika fuzzy diperkenalkan dengan usulan teori himpunan fuzzy tahun 1965 oleh matematikawan Lotfi Zadeh . [ 2 ] [ 3 ] Logika fuzzy, bagaimanapun, telah dipelajari sejak tahun 1920-an, sebagai logika bernilai tak terbatas ---terutama oleh ukasiewicz dan Tarski . [ 4 ]

Logika fuzzy didasarkan pada pengamatan bahwa orang membuat keputusan berdasarkan informasi yang tidak tepat dan non-numerik. Model fuzzy atau himpunan fuzzy adalah cara matematis untuk merepresentasikan ketidakjelasan dan informasi yang tidak tepat (oleh karena itu istilah fuzzy). Model-model ini mempunyai kemampuan mengenali, merepresentasikan, memanipulasi, menafsirkan, dan menggunakan data dan informasi yang samar-samar dan kurang pasti. [ 5 ] [ 6 ]


"Something In Your Ice - Problem Fonetik Kedua" tampaknya adalah judul atau frase yang menggabungkan bahasa Inggris dan Indonesia.  Dalam hal ini beeberapa problem bahasa sebagai topik, baik dari konteks, popular terkait miskonsepsional bahasa dan juga implemetasinya pada industri musik di kancah internasional semisalnya, maka ini, adalah bagi saya dan pembaca, adalah, "Problem Fonetik Kedua" bisa diterjemahkan sebagai "Masalah Fonetik Kedua". Ini mungkin mengacu pada suatu topik atau pembahasan dalam bidang fonetik, yaitu ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa. Dan, terkait, sistem bahasa pada struktur logika yang termasuk dalam definisi logika merupakan sistem bahasa adalah logika fuzzy.

beberapa lintasan poin dari eksperimen bahasa ini, turut juga menguji, keseksamaan, mengenai :

"Majazi" dalam bahasa Indonesia berarti kiasan atau metafora. Ini adalah ungkapan yang maknanya tidak harfiah, melainkan simbolis atau figuratif. "Spelling Gram" sepertinya mengacu pada ejaan dan tata bahasa (grammar). Namun, ini adalah istilah campuran Inggris-Indonesia yang tidak umum digunakan.


Bias dalam linguistik, 

Hal yang memenuhi kriteria dari klasifikasi bias bahasa dan, terutama dalam semantik, adalah topik yang sangat menarik dan penting. Berikut beberapa poin yang relevan:

1. Bias Semantik:
   - Merujuk pada kecenderungan makna kata atau frasa tertentu untuk condong ke arah tertentu, sering kali tanpa disadari.
   - Dapat memengaruhi interpretasi dan pemahaman dalam komunikasi.

2. Contoh Bias dalam Bahasa:
   - Bias gender: Penggunaan kata yang lebih condong ke salah satu gender.
   - Bias budaya: Kata-kata atau ungkapan yang memiliki konotasi berbeda di berbagai budaya.
   - Bias sosial-ekonomi: Penggunaan bahasa yang mencerminkan atau memperkuat perbedaan kelas sosial.

3. "Something In Your Ice":
   - Bisa jadi ini adalah metafora atau kiasan (majazi) yang menggambarkan sesuatu yang tersembunyi atau tidak langsung terlihat.
   - Mungkin merujuk pada bias yang "tersembunyi" dalam bahasa sehari-hari, seperti es yang tampak bening tapi sebenarnya mengandung sesuatu.

4. "Problem Fonetik Kedua":
   - Bisa mengacu pada masalah sekunder yang muncul dalam fonetik akibat bias semantik.
   - Mungkin menunjukkan bahwa bias tidak hanya memengaruhi makna (semantik) tetapi juga cara pengucapan atau persepsi bunyi (fonetik).

5. Majazi vs. Spelling Gram:
   - Ini mungkin menggambarkan dua aspek berbeda dari bias linguistik:
     a) Majazi: Bias yang muncul dalam penggunaan bahasa kiasan atau metafora.
     b) Spelling Gram: Bias yang muncul dalam ejaan dan tata bahasa, mungkin mencerminkan norma atau aturan bahasa yang bias.

6. Implikasi dalam Linguistik:
   - Pentingnya kesadaran akan bias dalam penelitian dan analisis linguistik.
   - Kebutuhan untuk pendekatan yang lebih inklusif dan beragam dalam studi bahasa.

86: Suatu Asas Kode Etik Tertentu-

Di dalam Lingkungan Lokalitas Wilayah Bahasa.


Pendahuluan.


Bahasa, sebagai instrumen komunikasi yang dinamis, seringkali berkembang melebihi fungsi dasarnya sebagai alat penyampai informasi. Dalam konteks sosial tertentu, bahasa dapat berevolusi menjadi sistem kode yang kompleks, mencerminkan nilai-nilai, norma, dan identitas kelompok penggunanya. Fenomena ini sangat terlihat dalam penggunaan kode "86" di berbagai komunitas lokal, yang menjadi fokus kajian ini.


Latar Belakang.


Penggunaan kode numerik "86" berakar dari tradisi komunikasi radio di Amerika Serikat, di mana angka ini awalnya digunakan untuk mengindikasikan penghapusan atau peniadaan sesuatu. Seiring waktu, penggunaan kode ini menyebar ke berbagai konteks sosial dan profesional, termasuk di Indonesia, mengalami adaptasi dan reinterpretasi sesuai kebutuhan lokal.


Metodologi.


Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografis dan analisis wacana untuk mengeksplorasi penggunaan kode "86" di berbagai komunitas di Indonesia. Data dikumpulkan melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, dan analisis dokumen dari berbagai sumber lokal.

Temuan dan Diskusi.

1. Variasi Makna Lokal
Di berbagai daerah di Indonesia, kode "86" telah mengalami pergeseran makna yang signifikan. Misalnya:
- Di kalangan kepolisian: sering diartikan sebagai "situasi aman" atau "misi selesai".
- Di industri perhotelan: digunakan untuk mengindikasikan bahwa suatu item telah habis atau tidak tersedia.
- Dalam komunitas underground: dapat berarti "hati-hati" atau "bahaya".
2. Fungsi Sosial
Penggunaan kode "86" berfungsi tidak hanya sebagai alat komunikasi efisien, tetapi juga sebagai:
- Penanda identitas in-group
- Mekanisme pertahanan terhadap outsider
- Alat untuk mempertahankan kerahasiaan informasi
3. Implikasi Etis
Penggunaan kode semacam ini memunculkan beberapa pertanyaan etis:
- Potensi eksklusi sosial terhadap mereka yang tidak memahami kode
- Dilema transparansi vs kebutuhan akan privasi kelompok
- Tantangan dalam penegakan hukum dan keadilan sosial
4. Dinamika Linguistik
Fenomena ini menunjukkan bagaimana bahasa lokal dapat:
- Beradaptasi dengan pengaruh global
- Menciptakan makna baru dari elemen yang sudah ada
- Memperkuat ikatan sosial melalui penggunaan bahasa eksklusif

Penggunaan kode "86" di berbagai komunitas lokal di Indonesia merefleksikan kompleksitas interaksi antara bahasa, budaya, dan etika sosial. Fenomena ini tidak hanya menunjukkan kreativitas linguistik masyarakat lokal, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya memahami konteks sosio-kultural dalam interpretasi bahasa.

Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi implikasi jangka panjang dari penggunaan kode semacam ini terhadap kohesi sosial dan dinamika kekuasaan dalam masyarakat.

Suatu Asumsi Mengenai _ Bias Baru - NCD: -

No Code Defined dalam Bahasa Fuzzy dan Logika Matematika


Pendahuluan.

Konsep "No Code Defined" (NCD) dalam konteks bahasa fuzzy dan logika matematika merepresentasikan sebuah paradigma yang menantang dalam teori informasi dan linguistik komputasional. Ini menggambarkan situasi di mana kode atau representasi formal dari suatu konsep tidak dapat didefinisikan secara tepat, mencerminkan ambiguitas inheren dalam bahasa alami dan kompleksitas sistem yang tidak dapat sepenuhnya dikuantifikasi.

Bahasa Fuzzy.

Bahasa fuzzy adalah konsep dalam linguistik dan logika fuzzy yang mengakui bahwa banyak kategori dalam bahasa alami memiliki batas-batas yang tidak jelas. Dalam konteks NCD:

1. Ambiguitas Semantik: NCD mengakui bahwa makna kata atau frasa dapat bervariasi tergantung konteks, tanpa definisi yang tepat.
2. Gradasi Makna: Alih-alih kategori biner, NCD dalam bahasa fuzzy memungkinkan gradasi makna, mencerminkan kompleksitas pemahaman manusia. 3. Konteks-Dependensi: Interpretasi bergantung pada faktor-faktor kontekstual yang mungkin tidak dapat dikodekan secara eksplisit.

Logika Matematika.


Dalam logika matematika, NCD menantang asumsi tradisional tentang presisi dan deterministik, sementara apa yang didefiniskan sebagai suatu sistem logika terkemuka saat ini yang kita kenal sebagai fuzzy, dan jika bahasa dalam wittgenstain, sebagai suatu languge game. maka, beberapa hal yang pokok dan berperan dalam apa yang di sebut sebagai suatu terminologi, dalam pengertia n harfiah "no code defined", meskipun secara simbolis tidak serupa dalam suatu struktur simbol yang berkemungkinan sama namun, berkemungkinan dengan logika yang sama;  1. Logika Fuzzy : NCD sejalan dengan prinsip-prinsip logika fuzzy, di mana kebenaran dinyatakan dalam derajat, bukan biner. 2. Teori Himpunan Fuzzy: Keanggotaan dalam himpunan dapat bersifat parsial, mencerminkan ketidakpastian dalam klasifikasi. 3. Probabilitas Subjektif: NCD dapat diinterpretasikan menggunakan teori probabilitas subjektif, di mana keyakinan dan ketidakpastian dimodelkan secara matematis.

Sementara, itu penerapannya, yakni, Implikasi dalam Pemrosesan Bahasa Alami (NLP). NCD memiliki implikasi signifikan dalam pengembangan sistem NLP: 1. Penanganan Ambiguitas: Sistem harus dirancang untuk menangani input yang tidak dapat dikodekan secara pasti. 2. Pembelajaran Mesin Adaptif: Model harus mampu beradaptasi dengan interpretasi yang berubah-ubah dan konteks-dependen. 3. Representasi Pengetahuan: Basis pengetahuan harus fleksibel untuk mengakomodasi konsep-konsep yang tidak dapat didefinisikan secara rigid.

Aplikasi Praktis.

Dalam penerapan sebagai praktis aplikatif, ada beberapa hal penting dalam konteks ini yakni, 1. Sistem Rekomendasi: Menggunakan NCD untuk menangani preferensi pengguna yang ambigu atau berubah-ubah. 2. Analisis Sentimen: Mengenali nuansa emosi yang tidak dapat dikategorikan secara tegas. 3. Terjemahan Mesin: Menangani idiom dan ekspresi budaya yang tidak memiliki padanan langsung.
Tantangan dan Peluang Penelitian, 1. **Formalisasi Ketidakpastian**: Mengembangkan kerangka matematis yang lebih baik untuk merepresentasikan NCD. 2. **Integrasi dengan Deep Learning**: Menggabungkan konsep NCD dengan arsitektur neural network modern. 3. **Etika dan Transparansi**: Menangani implikasi etis dari sistem yang beroperasi dengan definisi yang tidak pasti. Kesimpulannya, NCD dalam konteks bahasa fuzzy dan logika matematika mewakili pergeseran paradigma dari pemodelan deterministik ke pemodelan yang mengakui dan memanfaatkan ambiguitas inheren dalam bahasa dan pemikiran manusia. Ini membuka jalan bagi pendekatan yang lebih nuansa dan adaptif dalam AI dan pemrosesan bahasa, mencerminkan lebih dekat kompleksitas kognisi manusia.

Referensi.

https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Fuzzy_logic?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc


https://www.google.com/search?gs_ssp=eJzj4tDP1TcwyUguN2D04inPLClJT80rLknNzAMAXC8IMA&q=wittgenstein&rlz=1CADQDT_enID1118&oq=wittges&aqs=chrome.1.69i57j46i10i512j0i10i512l7.11111j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Lotfi_A._Zadeh?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun