Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Seni

26/07/2024, Sebuah Catatan Subjektif - "Aku Ini Binatang Jalang" - Memperingati Kelahiran Penyair Chairil Anwar

26 Juli 2024   08:35 Diperbarui: 26 Juli 2024   08:38 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

1945

Hal yang terakhir bahwa, puisi ini juga mencerminkan semangat perjuangan dan kegigihan. Baris-baris seperti "Aku mau hidup seribu tahun lagi" dan "Ku mau tak seorang 'kan merayu" menunjukkan tekad yang kuat untuk bertahan dan menjadi diri sendiri, terlepas dari tekanan atau godaan dari luar. Chairil Anwar meninggal pada usia yang sangat muda, 26 tahun, pada 28 April 1949. Namun, dalam hidupnya yang singkat, ia telah meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi sastra Indonesia. Puisi-puisinya, termasuk "Aku", terus dibaca, dipelajari, dan menginspirasi generasi-generasi penyair berikutnya. Hari ini, 26 Juli 2024, tepat 102 tahun sejak kelahiran Chairil Anwar, kita diingatkan kembali pada kekuatan kata-kata dan ekspresi individual dalam puisi. Warisan Chairil Anwar tetap hidup, bukan hanya dalam buku-buku sastra, tetapi juga dalam semangat kebebasan berekspresi yang terus ia perjuangkan melalui puisi-puisinya.

Bandar Lampung, 26/07/2024.

A.W. al-faiz.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun