Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Senjakala Epik, Transformasi Nilai dan Transformasi Sosial

20 Juli 2024   08:13 Diperbarui: 20 Juli 2024   08:55 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esai Pengantar: "Senjakala Epik: Transformasi Nilai & Transformasi Sosial"

Oleh : A.W. al-faiz.

Sebagai awal pembuka, sebelum esai lain saya terbitkan di blog ini sebagai suatu ruang dari hasil berpikir dan kontemplasi dari pencapaian saat ini yang saya kiaskan sebagai senjakala epik. Sebagai sikap matinya kepahlawanan di era globlal yang melapaui lintasan ruang dan waktu di dalam jejaring sosial media dan jaringan internet.

Heroisme & Nihilisasi.

Di ambang fajar milenium baru, kita menemukan diri kita berada di tengah-tengah
sebuah "Senjakala Epik" - sebuah momen transformatif yang menandai pergeseran
besar dalam nilai-nilai dan struktur sosial yang telah lama kita kenal. Esai ini mengajak
kita untuk merenungkan dan menganalisis perubahan mendalam yang sedang
berlangsung dalam masyarakat kita, sebuah perubahan yang tidak hanya mengubah
cara kita berinteraksi dan berkomunikasi, kita mendapati bahwa kepahlawanan adalah interaksi nilai yang bersamaan dengan suatu sikap penjajahan dan feodalisme, yang akan tetapi meski di era kebebasan yang merdeka tetapi juga terkekang untuk bisa menjembatani, dalam hal mengubah fondasi nilai yang menopang kehidupan bersama kita ke arah yang semestinya dan kesehjahteraan.

Transformasi Nilai.
Seperti, menyaksikan sebuah revolusi diam-diam dalam sistem nilai yang telah lama kita
pegang. Nilai-nilai tradisional berhadapan dengan realitas baru yang dibentuk oleh
kemajuan teknologi, globalisasi, dan kesadaran akan keragaman yang semakin
meningkat. Konsep-konsep seperti keadilan, kebebasan, dan kesetaraan sedang
mengalami redefinisi dalam konteks global yang saling terhubung.

Sebagaimana, positivisme, yang pernah muncul dalam diskusi - diskusi iklan moral, (false-positif) semcam isue relatifisme terhdap kemampanan realitas dalm struktur yang nyata, dan di dalam kaitannya dengan hormon tawa, dan panggung satir saat kini
berhadapan dengan kompleksitas dunia post-truth. Bagaimana kita (siapa pun) dan masyarakat saat ini tidak dapat
mempertahankan optimisme dan pencarian kebenaran objektif di tengah lautan
informasi yang sering kali bertentangan? Tantangan ini mendorong kita untuk
mengembangkan literasi digital dan pemikiran kritis yang lebih canggih.

Klaritas persoalan yang merebak sebagai pertanyaan dalam membahas dilema objektifitas suatu presfektif pandangan dalam suatu nilai persoalan di wilyah problematis sebelumnya menjadi semakin relevan dalam konteks ini.
setiap orang di abad ini, ditantang untuk merekonstruksi kategori pemikiran mereka, menghadapi kontradiksi
dengan keterbukaan pikiran, dan mencari solusi yang melampaui dikotomi sederhana.
Nilai-nilai baru seperti keberlanjutan, inklusivitas, dan empati lintas budaya muncul
sebagai kompas moral dalam navigasi kompleksitas global.

Di tengah Transformasi Sosial: Perubahan nilai ini berjalan seiring dengan transformasi
mendalam dalam struktur sosial kita. Era digital telah mengubah lanskap interaksi
manusia secara fundamental. Konsep komunitas, identitas, dan bahkan realitas itu.

sendiri sedang mengalami redefinisi dalam konteks dunia yang semakin terhubung
secara digital.

Substitusi relasi dalam interaksi sosial, seperti yang kita bahas sebelumnya, menjadi
fenomena sentral dalam transformasi ini. Media sosial dan platform digital lainnya
menciptakan ruang-ruang baru untuk koneksi dan ekspresi, tetapi juga membawa
tantangan baru seperti polarisasi, echo chambers, dan krisis privasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun